CEO Edukasi 4.0 Rejive Dewangga: UMKM Harus Akrab Digital, Konsumen Beli “Brand”

CEO Edukasi 4.0 Rejive Dewangga: UMKM Harus Akrab Digital, Konsumen Beli "Brand"
CEO Edukasi 4.0, Rejive Dewangga (tengah, menghadap kamera) dalam Pelatihan Wirausaha 2021 Seri 5 Lampung Post-Coca-Cola di Gerai UMKM Apindo, Bandarlampung, Kamis (10/6/2021). | Apindo
BANDAR LAMPUNGPRODUK & JASA

Bandar Lampung, (LV) —

Founder/CEO Edukasi 4.0, Rejive Dewangga, menggarisbawahi pesan impresif agar pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Lampung, terus menggali berbagai inovasi bisnis ditengah dinamika tuntutan dan kebutuhan percepatan transformasi ekonomi digital ala era digitalisasi ekonomi-bisnis dewasa ini.

Dimana, inovasi bisnis melalui berbagai saluran/kanal digital, telah mewujud menjadi sebuah kebutuhan inti di era ekonomi digital atau ekonomi berbasis internet saat ini.

Digitalisasi pemasaran produk barang-jasa UMKM semakin menjadi alternatif terdepan melipatgandakan valuasi bisnis. Sehingga, mau tak mau dalam prosesnya memerlukan strategi pemasaran digital yang bukan saja tepat, juga cepat dan kaya manfaat.

Angga, demikian Rejive Dewangga biasa disapa, menyorong pemisalan ide kreatif. Pelaku UMKM cetus dia, tak perlu lagi tabu, justru dapat memanfaatkan tren pengusaha yang telah transformatif jadi sadar digital, semisal dengan menggandeng influencer.

“Itu bisa dipraktekkan. Misal beli kopi atau mi goreng, di kemasannya itu kita cantumkan dan desain sedemikian rupa agar menarik. Untuk promosi produk bisa memanfaatkan berbagai macam kanal digital yang gratis. Juga bisa lewat aplikasi media sosial seperti Instagram, Facebook, lalu marketplace. Brand dari produk kita pun harus yang gampang terbaca Google,” sebut Angga.

Dia menekankan hal tersebut saat berbicara menarasumberi Pelatihan Wirausaha 2021 Seri 5 taja bareng Harian Umum Lampung Post dan Coca-Cola, bertajuk Strategi Pemasaran Digital untuk UMKM, di Gerai UMKM Apindo Lampung, Jl Prof Dr Sumantri Brodjonegoro, jalur dua Universitas Lampung (Unila), Gedongmeneng, Bandarlampung, Kamis (10/6/2021).

Pada pelatihan dibimbing erat protokol kesehatan 5M cegah kendali COVID-19 itu, digelar via hybrid, diikuti puluhan peserta luring yang hadir fisik dan peserta lainnya daring melalui Zoom dan livestreaming akun ofisial media sosial Facebook Harian Umum Lampung Post, moderator, ekonom Asrian Hendicaya menggarisbawahi ulasan Angga.

Baca Juga:  Berkah Ramadhan, Polsek Panjang Bagikan Paket Sembako di Dua Lokasi Berbeda

“Digital marketing, ternyata tidak sulit selagi kita mau terus belajar. Punya kemauan untuk belajar, dan dari sisi biaya ini ternyata tidak membebani bahkan gratis, begitu ya. Hanya persoalannya (pelaku UMKM) harus berubah, sebab tren pasar sejauh ini pembeli atau konsumen tak hanya membeli produk, tetapi mereka membeli “brand”. Jadi UMKM harus pintar mengemas produknya agar menarik,” rangkum Asrian.

Bagaimana uraian terhadap UMKM di Lampung, menurut Rejive (Dewangga) sejauh mana respons UMKM memanfaatkan kanal gratis untuk menjual, mempromosikan produk-produknya?

Dipancing tanya sang moderator, Angga pun menarik kail. “Dari tahun 2015, dinas lokal (menyebut sejumlah dinas/instansi Pemprov Lampung dan Pemkot Bandarlampung) pun hampir mayoritas telah berupaya dalam memfasilitasi UMKM. Harus diakui urusan digitalisasi ini dari unsur birokrasi cukup antusias. Persoalannya kemudian, dalam proses transisi ke arah digital, UMKM tidak punya wadah yang mendampingi,” kuaknya.

Padahal, cetus dia, UMKM butuh wadah khusus yang secara day to day melakukan monitoring terhadap proses pengembangan kapasitas usahanya, tata kelola manajemen usahanya, dan sebagainya. “Butuh wadah. Butuh pendampingan, pelatihan segala macem. Nah ini kan harus ada organisasi yang konsen kesitu, salah satunya Apindo,” Angga menjelenterehkan.

Dalam hal ini, mantan karyawan BUMN telekomunikasi terbesar di Tanah Air ini melanjutkan, Apindo Lampung mencoba mengolaborasikan dan mengelaborasikan upaya sinergi pendampingan dimaksud.

“Contoh seperti (dengan pihak) Coca-Cola. Supaya apa, supaya pelaku UMKM ini makin memahami, dan mempraktekkan langsung strategi pemasaran melalui kanal digital tadi agar sinambung meningkatkan kapasitas usahanya. Kita tahu kendala UMKM ini kan salah satunya paling sulit mengatur waktu. Bagaimana mengatur aktivitas produksi, distribusi, pemasarannya. Nanti kami akan mencoba mendampingi,” Angga berikhtiar.

Baca Juga:  Harmonis : KPTR Jangan Golput

Ditargetkan, masih ujar dia, dalam waktu sekian bulan, bisa mandiri (memaksudkan bagi UMKM peserta pelatihan melalui fasilitasi bersama jejaring Apindo, red). “Ini tantangan yang baru disebutkan tadi sebagai gambaran bagaimana supaya digitalisasinya berlanjut,” tambahnya.

Memasifkan pelatihan dan pendampingan? Pengampu portal edukasiempatnol.com ini memastikan. “Tentu, agar kedepan UMKM lebih siap memanfaatkan jejaring pemasaran termasuk contohnya melibatkan Apindo, Kadin, perguruan tinggi, manfaatkan kanal-kanal yang ada, kanal yang gratis,” cecarnya.

Maka dari itu, tohok dia, UMKM harus dapat membiasakan diri untuk “akrab digital”. “Maka itu ya harus banyak berkomunikasi. Kami sih mengharapkan UMKM ini terus menggali potensi. Melakukan program ini agar lebih banyak lagi pemanfaatan, lebih banyak lagi manfaat yang bisa diperoleh, termotivasi, terinspirasi,” kata dia. Berharap.

Success story-nya mana, ada? Menyebut salah satu brand sebagai ilustrasi, Angga memetikkan sejumlah capaian usahanya. Dari peningkatan omset, penaikan brand, termasuk (pembukaan) cabang, profit via Google, Instagram, dan Facebook. Sebagai pengusaha, mau tidak mau harus bergerak bertransformasi menjadi pengusaha digital.

Kedua, belajar dari kisah sukses tersebut, maka pelaku UMKM tidak bisa tidak harus memanfaatkan fasilitasi bejibun marketplace ter-listing yang sudah besar. “Seperti Shopee, Tokopedia. Bila perlu kita hire sumberdaya khusus untuk me-manage kanal digitalnya mudah diakses,” paparnya.

Terakhir, “Jangan lupa kelemahan di UMKM itu juga calon pembeli banyak nanya beli nggak, CLBK (prokem: cuma lihat beli kagak). Ini terkait soal preferensi konsumen. Artinya, harus disetarakan, diseimbangkan, kemasan, kualitas, harga.”

“Nah, mengaturnya kan harus melibatkan banyak tenaga kerja. Makanya ada program link and match, kita bisa cari tenaga kerja di lingkup sekitar. Misal pelajar, mahasiswa yang punya waktu lebih fleksibel, membantu menyusun laporan keuangan. Tantangannya, ya namanya anak muda, susah direkrut, butuh organisasi untuk wadah pecahkan persoalan semacam itu,” pungkas dia, yang juga didapuk calon Koordinator Subbidang Ekonomi Digital Bidang UKMK-IKM DPP Apindo Lampung 2021-2026.

Baca Juga:  Gubernur Lampung Meminta Seluruh ASN Tingkatkan disiplin

Melengkapi informasi, pelatihan bertema Strategi Pemasaran Digital untuk UMKM itu, disebut terinspirasi kisah sukses Coca-Cola, korporat raksasa produsen pembotolan dan fast-moving consumer goods (FMCG) terbesar di dunia, membangun-tingkat dan pertahankan kinerja bisnis global sejauh ini.

Dihadiri Ketua DPP Apindo Lampung Ary Meizari Alfian, dimoderatori ekonom FEB Unila yang juga periset aktif Pusat Studi dan Informasi Pembangunan (Pusiban) Institute, Asrian Hendicaya. Membersamai Angga selaku narasumber, berbicara melalui Zoom, CEO The Honey To The Bee, UKM kuliner pastry, bread, cake di Jakarta, Deki Andika.

Pelatihan, dimagnitudo penyelenggara guna membangun optimisme untuk bangkit dan tumbuh lebih kuat (build optimism to rise and grow stronger. Didukung sinergi 20 institusi, per abjad: Apindo, Askha Jaya Keripik, FISIP Unila, Forum CSR Lampung, Indonesia Chef Association (ICA), Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya, Institut Teknologi Sumatera (Itera), Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Lampung.

Berikut, Lampung Investment Tourism Board (LITB), Melty Vanana, Perkumpulan Chef Profesional Indonesia (PCPI), Perhumas Indonesia, Pemerintah Provinsi Lampung, ruangjurnalistik.id, STIE Gentiaras, toko108.com, Universitas Bandar Lampung (UBL), UIN Raden Intan Lampung, Universitas Mitra (UMITRA) Indonesia, dan Universitas Muhammadiyah (UM) Lampung. [red/Muzzamil]

 724 kali dilihat

Tagged