FKPPI Rayon Bumiayu Brebes Praktek Langsung Pembuatan Pupuk Organik di Lokasi TMMD

JAWA TENGAH

Brebes –
Anggota FKPPI Rayon Bumiayu, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, juga ikut melakukan praktek langsung pembuatan pupuk organik, dalam kegiatan non fisik TMMD Reguler 109 Kodim 0713 Brebes, di Desa Kalinusu, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Rabu (14/10/2020).

Tampak mereka dipandu secara bergantian oleh petugas Dinas Pertanian Kabupaten Brebes, Bambang Priambodo, SP, Staf Dinas Pertanian Kabupaten Brebes, petugas PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) Bumiayu, Agus Murozak, dan juga Ketua Poktan Sumber Tani Kalinusu, Meiharto (50), pengusaha pupuk organik asal Dusun Kutagaluh RT. 03 RW. 02.

Dijelaskan Agus Murozak, tujuan dari pelatihan tersebut adalah untuk mengajarkan masyarakat khususnya para petani untuk memanfaatkan limbah pertanian dan peternakan, untuk diolah menjadi pupuk organik yang dapat memangkas biaya produksi pertanian mereka, dan juga menyayangi lingkungan.

Baca Juga:  Jelang Nataru, Babinsa Komsos dengan Penjual Sayur Pasar Ngancar

“Kami mengajak kepada masyarakat dan para petani untuk lebih menyayangi alam dengan mengembalikan kesuburan tanah, meningkatkan kesibukan mikroba tanah, meningkatkan kualitas hasil panen tanpa residu kimia, yaitu dengan pupuk organik,” ungkap Bambang Priambodo, SP, yang juga merupakan Ketua FKPPI Cabang 11.13 Kabupaten Brebes itu.

Menurutnya, pupuk organik mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan membuatnya lebih kuat terhadap serangan penyakit.

Baca Juga:  Babinsa Kunti Dampingi Penyerahan Bantuan Sapi

“Jika pH tanah sudah normal di angka 6,5 sampai 7,5, maka penambahan pupuk kimia untuk mempercepat pertumbuhan dan hasil bisa dilakukan,” imbuhnya.

Sementara disampaikan pemateri praktek lainnya, Meiharto, dalam praktek yang digelar di tempat usahanya itu, limbah tani dan ternak yang dimaksud adalah jerami padi/jagung dan kotoran ternak.

“Untuk bahan-bahannya adalah kotoran sapi dan jerami padi atau serbuk gergaji kayu, yang kemudian disemprot dengan starter EM4 yang sebelumnya telah diaktifkan, kemudian dikomposkan selama satu bulan, yaitu ditutup dengan terpal atau bahan lain,” bebernya.

Lanjutnya, setiap 3 hari sekali dapat dilakukan pengadukan untuk membantu proses aerasi. Untuk tanda selesainya proses pengomposan, adalah jika suhunya sudah tidak tinggi lagi.

Baca Juga:  Babinsa dan Aparat Terkait Cecar Patroli Yustisi AKB

“Saya berharap ilmu ini selalu berguna untuk membantu program pemerintah tentang swasembada dan ketahanan pangan. Atau paling tidak bisa kita praktekan sendiri untuk pertanian di pekarangan rumah atau kantor masing-masing,” tutupnya. (Rus/Aan)

 284 kali dilihat