IWD2022, Aktivis 98: Kesetaraan Gender Tercapai 135 Tahun Lagi, Tantangan Kita Semua

IWD2022, Aktivis 98: Kesetaraan Gender Tercapai 135 Tahun Lagi, Tantangan Kita Semua
Dua perempuan remaja menyilangkan kedua belah tangannya, simbolisasi tema raya Hari Perempuan Internasional 2022, #BreakTheBias. | dok. internationalwomensday.com
PROFIL & SOSOK

Bandar Lampung, (LV)
Aktivis 98 asal Lampung, Muzzamil, melesakkan dua hal agenda setting kaum perempuan Indonesia menyambut peringatan Hari Perempuan Sedunia (International Women’s Day/IWD) 2022, yang akan jatuh Selasa (8/3/2022).

Muzzamil mengatakan, sebagai perayaan global soal prestasi sosial, ekonomi, politik, maupun budaya perempuan, IWD 2022 yang menajuk tema raya “Break The Bias” secara telak bukan hanya sebatas membunyikan pesan bahwa bias membuat perempuan sulit untuk maju, karenanya mengetahui adanya bias saja tidaklah cukup, tetapi lebih berkedalaman diperlukan tindakan yang signifikan untuk mencapai kesetaraan.

“Dari latar tersebut, kepada seluruh kaum perempuan penyala Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote, izinkan saya menohok dua resolusi yang saya yakini dapat dijadikan sebagai jala pemajuan kesetaraan,” ucap dia.

Pertama, ujarnya, kaum perempuan penyala Indonesia agar sedapat mungkin mengakses ruang aspirasi publik yang sejauh ini terus setia mengarus-utamakan agenda juang pelestarian nasionalisme kebangsaan Indonesia berdasar Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945 (“PBNU”), serta advokasi kebijakan legislasi nasional dan daerah terkait isu perempuan, berikut eksekusinya hingga tingkat tapak.

Baca Juga:  Pekik "Hattrick!" Warnai Pengajuan Bacaleg PDI Perjuangan ke KPU Lampung

“Kaum perempuan Indonesia sepatutnya tak lagi hanya sebatas tahu sejarah besar berabad-abad perjuangan total gerakan perempuan dunia dan Tanah Air, tidak saja sebatas tahu aspek perlindungan dan pemenuhan hak normatif, hak sipil politik serta hak ekonomi, sosial, dan budaya, kesetaraan gender, kebijakan afirmasi anti bias gender, pro-akses literasi keuangan dan literasi digital semata,” ujar Muzzamil.

Lebih jauh tandas dia, kaum perempuan Indonesia juga patut mengunci purwarupa agenda prioritas utama pemuliaan dan penghormatan bagi kaum perempuan yang mana, terutama yang berlandas nilai-nilai kearifan lokal dan kebajikan sosial setempat yang hingga kini dipandang belum terpenuhi secara paripurna. Untuk lanjut diakomodasi, diagregasi, dibeleidkan, dan dijamin negara.

“Sudahkah tiba saatnya, kekayaan tradisi seni budaya dan adat istiadat segenap suku bangsa Indonesia yang mengandung jala pemuliaan dan penghormatan pada kaum perempuan dan kaum ibu di seluruh wilayah Nusantara dibeleidkan khusus oleh negara, oleh pemerintah?” dia memantik pemisalan.

Kedua, khususnya dalam aspek regenerasi kepemimpinan dalam pemberdayaan politik, kaum perempuan penyala Indonesia, utama generasi milenial dan generasi Z saat ini, tiba saatnya memanfaatkan momentum dini pra tahapan pelaksanaan umum dan teknis Pemilu 2024, untuk secara utuh dan terukur mendedah, menelaah, mengkaji peluang partisipasi, berikut merumuskan besaran kuantifikasi dan kualifikasi, dan muaranya menetapkan diri menyukseskan agenda pemenuhan kuota perempuan di parlemen.

Baca Juga:  Debat Publik Cawalkot Bandarlampung Malam Ini Dipandu Regina Valeria Putri

Artinya? “Kaum perempuan, sekali lagi, pantang alergi dan kudu melek politik. Bila siap jangan ragu, saat tiba waktu daftarkan diri sebagai bakal calon anggota legislatif di parpol peserta pemilu legislatif Februari 2024. Ketimpangan sosial ekonomi atas perempuan dan kaum ibu, penindasan patriarki, keputusan politik yang tidak sensitif gender akan lebih besar teratasi dengan partisipasi politik progresif kaum perempuan itu sendiri,” sorong Muzzamil.

Bahkan dia berharap, pada Pilpres 2024 yang juga bakal digelar bersamaan Pileg 2024, dan pilkada serentak nasional pada November 2024 mendatang, juga muncul banyak nama calon perempuan potensial, serta semakin banyak calon laki-laki yang sama visi pro-kesetaraan, sensitif gender, guna bersama meretas ketertinggalan indeks aksesibilitas pendidikan, kesehatan, penghidupan layak, dan partisipasi politik.

Baca Juga:  IWD2022, Gita Rahma Putri: Pendidikan Jadi Modal Dasar Prioritas Perempuan Hadapi Ini

Ketua Badan Pekerja CeDPPIS ini menyebut, derajat pemajuan kesetaraan perempuan di Indonesia kuat temali dengan upaya senada komunitas global. Laporan Kesenjangan Gender Global 2021 rilisan Forum Ekonomi Dunia, dari empat indikator: partisipasi dan peluang ekonomi, pencapaian pendidikan, kesehatan dan kelangsungan hidup, dan pemberdayaan politik, Indonesia berada di peringkat 101 dari 156 negara.

Forum memprediksi, kesetaraan gender global baru bisa tercapai 135 tahun lagi, kesetaraan gender di bidang ekonomi baru bisa tercapai 267 tahun mendatang. “Ini tantangan global kita semua, bukan hanya perempuan semata. Ini tantangan semua kita. Selamat Hari Perempuan Sedunia,” pungkasnya. [red/rls]

 311 kali dilihat