Kisah pilu Sandi, Warga Abung Tinggi Korban Aksi Main Hakim Sendiri

LAMPUNG UTARA

Lampung Utara, lampungvisual.com-
Senja kelam menyelubungi langit gelap di Desa Pulau Panggung, Kecamatan Abung Tinggi dan sekitarnya, ada seorang warga yang sedang terbaring beralaskan karpet merintih menahan sakit di bagian rahang dan sekujur tubuhnya. Keterbatasan ekonomi untuk menyembuhkan memar akibat aksi kekerasaan seorang oknum wakil rakyat dari dapil III Fraksi Partai Demokrasi Indonesia (PDI Perjuangan) hanya mengandalkan obat seadanya saja.

Dia adalah Sandi (27) anak pertama dari lima bersaudara pasangan dari almarhum Unang dan Masbiah (63). Ia merupakan tulang punggung keluarga semenjak di tinggal sang ayah. Kesehariannya bekerja sebagai kuli panggul kayu di tempat seorang oknum Anggota DPRD Lampura. Namun beberapa hari ini, dia terpaksa tidak bisa mencari nafkah akibat aksi kekerasan yang dialaminya.

“Masih nyeri semua kak, habis kejadian kemarin. Sampai sekarang saya belum berobat, Rahang saya yang memar diobati dengan menggunakan obat obatan tradisional, “kata dia sambil menahan nyeri di sekujur tubuhnya. Nampak beberapa noda hitam (lebam) akibat dicekik dengan balutan putih dari beras kencur untuk sedikit meringankan rasa nyerinya. Sementara wajah masih tampak kemerahan akibat terkena pukulan dengan cara di tabok.

Baca Juga:  Panwaslu Lampura Mendapati Ribuan Data Pemilih Ganda

“Saya disini juga berperan sebagai tulang punggung keluarga. Maklum ayah sudah tua tak kuat lagi bekerja, sehingga hanya ada ibu bekerja sebagai buruh serabutan,”terangnya lirih sampai tak dapat menahan air matanya berlinang di sekitar mata.

Sang ibu, Marbiah pun tak tahan melihat keadaan anaknya yang sedang terbaring di pembaringannya itu. Dengan suara serak karena pilu sampai air mata berlinang tak dihiraukannya, diceritakannya bahwasanya Sandi selama ini menjadi tulang punggung keluarganya. Bekerja sebagai buruh serabutan, sampai pada akhirnya menjadi kuli panggul kayu log atau sebutan masyarakat disana kayu bulat di Sumil milik Oknum anggota dewan terpilih dari PDIP tersebut.

Baca Juga:  Berpakaian Baju Dogi, Personil Polres Lampung Utara Latihan Beladiri Polri

“Sejak kecil dia telah kami ajarkan untuk bekerja keras membantu kebutuhan keluarga yang tidak mampu ini. Sekolah pun hanya dapat menamatkan jenjang Sekolah Dasar (SD), dan sekarang begini makan pun sulit karena susah menelan, “lirihnya.

Sehingga, kata dia, pihak keluarga hanya memberikan perubatan seadanya di gubuknya itu. Meski itu tidak seberapa, namun karena keadaan saat ini. Hanya itu yang dapat diperbuat, sering kali terdengar jeritan sakit kecil seperti longlongan dikeluarkan sang anak menambah kepiluan keluarga yang telah di tinggalkan mendiang orang tua laki-laki menghadap keharibaannya.

“Sedih saya pak begini, meski telah diberi beras kencur di lehernya karena bengkak di sebelah kanan bekas cekikan oleh oknum anggota dewan kami, “ujarnya.

Dan anehnya, lanjutnya, pasca kejadian ketika pihak keluarga korban menghampiri sang wakil rakyat terhormat disana. Hanya menjawab sekenanya saja, Seolah-olah tidak ada permasalahan yang terjadi.

Baca Juga:  Pringati Palang Merah Sedunia, PMI Lampura gelar donor darah

“Dia seperti meremehkan saya sebagai ibu kandung Sandi. Seperti tidak terjadi masalah, memang kami rakyat kecil tapi jangan begitu karena kita semua didunia ini adalah makhluk tuhan yang sempurna, “tegasnya.

Dan untuk menutupi kebutuhan hidupnya, sang ibu yang kini menjadi tulang punggung keluarga. Meski tidak banyak diperoleh, maklum saja dengan keterbatasan tenaga dan pikiran yang dimiliki hanya bisa menjadi buruh serabutan. Itu pun hasilnya cuma cukup memenuhi kehidupan sehari hari.
Penulis: (Andrian Folta)

 1,001 kali dilihat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.