Drainase Jalinsum Bandar Putih Menuai Protes

Pekerjaan Drainase Jalinsum Bandar Putih Menuai Protes
LAMPUNG UTARA

Drainase Jalinsum Bandar Putih Menuai Protes

Lampung Utara, lampungvisual.com-
Pekerja pembangunan Drainase Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) Bandar Putih, Kecamatan Kotabumi Selatan mengeluhkan harga upah diterima. Sebab, menurut pengakuan mereka hanya mendapat upah Rp 50.000/M3 yang dalam sehari pendapatan Rp 100.000.

Pekerja Drainase Jalinsum Bandar Putih Menuai Protes

Sementara, Para pekerjanya disana tak mendapatkan perlengkapan APD sebagaimana diatur dalam pelaksanaan pekerjaan, apalagi saat ini pandemi sehingga tak memakai saat bekerja. Bahkan diantaranya menggunakan perlengkapan pribadi sekenanya.

“Kalau pakaian itu tidak ada, sepatu yang dipakai ini memang milik pribadi karena beli sendiri. Selebihnya tak ada, kami mempersiapkannya sendiri,” ujar salah seorang pekerja, Ramlan di lokasi pekerjaan berada dekat gerbang masuk Kotabumi desa setempat, Minggu, (28/11/ 2021).

Mereka mengaku bahwasanya pekerjaan dilakoni tersebut hanya untuk mengisi kekosongan saja, karena upah yang mereka dapat tak sebanding dengan pekerjaan biasa dilakoni. Yakni tukang bangunan, namun hal itu tetap dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

“Kalau ada yang menawari pekerjaan lain, pasti kami tidak disini. Tapi sekarang sedang sepi order, sehingga memilih disini dengan bayaran Rp 50/m untuk siring pasang ukuran 90. Dengan lebar permukaan 90 cm, lantai 50 cm, ketebalan dinding 20 cm, kedalaman lantai 4 cm, topi 20cm,” terangnya.

Baca Juga:  Anggaran Media di DPRD Lampura terserap 1,8 M, Kasat reskrim : lakukan pemanggilan sejumlah Biro media

Dengan adukan bervariasi, 1:4 dan 1;3, pengerjaan itu dilakukan sepanjang lebih dari 900 m. Mulai dari Simpang Surabaya sampai depan areal pemakaman warga disana, melintasi gerbang masuk ke pusat Kotabumi.

“Kalau dihitung-hitung ya bang rugi kami ini, tapi bagaimana lagi kondisinya begini,” timpal pekerja lainnya, Burhan. Yang mengaku pakaiannya ada, namun karena basah terkena hujan sehingga tak dipakainya bekerja. Meski seharusnya dipakai, apalagi itu berada tepat pinggir jalan lintas.

Informasi dikumpulkan, ternyata pengerjaan itu dilakukan hanya melalui gambar tanpa mengetahui pasti spek pekerjaan. Dan mereka bekerja dilapangan tidak mengetahui detail harga satuan (HOK), hanya tahu dibayar dengan kontrak bervariasi Rp400 ribu/m3 – Rp490 ribu/m3.

“Kalau kami hanya upahan (subkon) bang kepada perusahaan yang mengerjakan (rekanan), mortal pasangan batu dengan panjang 900 m lebih type 90 Bekerja hanya diberi tahu gambar serta tak mengetahui nilai kontrak sesungguhnya. Dan disini kita bekerja dengan orang lain sesuai dengan kesepakatan dibuat,” ujar salah seorang subkon asal Way Kanan, Lampung.

Baca Juga:  Pasien covid-19 Lampura Jalani Isolasi Harapkan Perhatian Khusus

Dan ia tak dapat menyebutkan secara rinci jenis maupun nilai dari pekerjaan itu. Sebab, hanya mendapatkan gambar dan nilai pekerjaan dari pihak ketiga dengan harga Rp 400 ribu/M3. Dan menyebut itu hanya pas-pasan dari jasa pemasangan, material dan penunjang pekerjaan lainnya.

Padahal itu jelas program pusat yang mengacu kepada standarnya ditentukan, namun di lapangan dipihak ketigakan lagi dengan kontrak asalan. Dan hari ini dikabarkan warga menolak secara keras melalui aksi di lapangan, memberhentikan pekerjaan karena dinilai tidak baik.

“Padahal kalau mau pakai logika, untuk jalan kabupaten saja dengan type 60 panjang 400 itu lebih dari Rp 200 juta nilai kontrak. Nah ini, panjang lebih dari 800 m type 90 nilai kontraknya sama dengan milik pemkab atau berasal dari APBD. Padahalkan jelas ini dari APBN karena orang balai yang mengawasi dan konsultan asal provinsi, jadi wajar saja bila dilaksanakan sekenanya atau asal jadi,” ujar sumber yang berkaitan dengan pekerjaan dilakukan mulai dari Terbanggi Besar, Lamteng – perbatasan Sumsel itu.

Baca Juga:  Bulan Suci Ramadhan Membawa Berkah Bagi Ridho Penjual Es Kelapa Muda

Selain itu, Belum selesai pengerjaan, pembangunan drainase tersebut mulai mengalami kerusakan. Berdasarkan pantauan di lapangan, pembangunan infrastruktur siring pasang yang berada di jalan negara itu tampak mulai mengalami kerusakan. Meski itu masih dalam tahap pengerjaan, seperti didaerah lantai siring telah mengelupas bahkan ada genangan air karena tak mengalir. Sehingga terjadi kerusakan, sehingga masyarakat disana berharap dapat diperbaiki sebab belum dipakai.

“Harapannya ya dimaksimalkan, apalagi ini berada tepat di pinggir Jalinsum. Sebab getarannya kuat sehingga bila tidak kuat akan mengalami kerusakan akibat getaran dari kendaran yang melintas. Dan kalau diperhatikan ya semau-mau pekerjaan itu, terbukti ini sudah mulai ada yang mengelupas sehingga air mampet tidak mengalir begini,” Kata salah seorang warga disana, Fadli, (Andrian Folta)

VIDEO : LV

 320 kali dilihat

Tagged