Pesta Sekura, Pesta Rakyat Bukan Hura-Hura (5)

Pesta Sekura, Pesta Rakyat Bukan Hura-Hura (5)
Suasana gebyar semebyar Festival Tuping Sekura, Lampung Barat September 2016, yang kala itu memecahkan Rekor MURI dan Rekor Dunia. Foto bidikan Endang Guntoro. | Fansbase Facebook Lampung Sai/Muzzamil
PROFIL & SOSOK

BANDARLAMPUNG, (LV)
Bagi mayoritas warga masyarakat Lampung Barat, melestarikan budaya Sekura sekaligus merupakan upaya pelestarian identitas budaya tradisional daerah setempat.

Salah satu nilai yang terkandung dari acara tradisi ini, demikian Yopie Pangkey, adalah rasa gotong royong dan kekeluargaan, khususnya dalam momen seusai menjalani ibadah puasa Ramadan setiap tahunnya.

Lokasi penyelenggaraan tradisi Sekura berganti-ganti, dari satu desa ke desa lain.

“Para pesertanya berkeliling kampung mengenakan kostum dan penutup muka beraneka ragam. Lalu dilanjutkan dengan berbagai atraksi lain setelahnya. Seperti berpantun, pencak silat, dan panjat pinang. Peserta panjat pinang biasanya adalah peserta yang mengenakan Sekura Kamak. Rangkaian acara ditutup dengan lomba panjat pinang. Yang hanya diikuti peserta yang kenakan Sekura Kamak,” tulis Yopie.

Baca Juga:  Kadafi mengajak masyarakat peduli lingkungan

Menyempurnakan keterangan unggahan budayawan Lampung, Zulkarnain Zubairi sebelumnya, ternyata pusat acara pesta Sekura 2022 ada 17 titik lokasi pekon (desa).

Kepala Bidang (Kabid) Promosi Wisata, Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Lampung Barat, Endang Guntoro, melalui media sosialnya, Minggu (8/5/2022) mewarta, sebanyak 17 tempat penyelenggaraan pesta budaya di tahun ini mulai dari 1-6 Syawal sukses helat dengan Beguai Jejama, gotong royong.

“Kemarin (6 Syawal, Sabtu, red) pesta budaya Sekura berakhir di Pekon Canggu dan Pekon Watas. Terasa sekali momen silaturahminya, saling bermaafan, saling membesarkan, saling bantu, saling menghargai dengan tujuan yang sama yaitu silaturahmi, perayaan kemenangan, pelestarian budaya, wadah berkreatifitas,” ungkap pria asli Pekon Canggu, Kecamatan Batubrak ini.

Baca Juga:  Habiskan Rp2 Triliun, 6 Manfaat Bendungan Way Sekampung Bagi Rakyat

“Saya pribadi sangat bangga budaya ini masih bertahan, lestari dengan balutan budaya yang masih kental ditengah arus modernisasi,” ujar dia, menandasi walau ada pergeseran cara-cara namun pakem-nya masih dipertahankan.

Memang ada evaluasi dia, satu dua hal yang mengganjal, dilakukan oknum, Sekura yang tidak berpakaian baik, terlalu vulgar, terlalu bebas berekspresi. “Ke depan semoga oknum-oknum tersebut takkan ada lagi kita jumpai. Kita menyajikan budaya jadi harus berbudaya. Kedepan kita akan melibatkan pihak kepolisian, Pol PP menertibkan Sekura yang tidak sopan (diduga menjurus porno), demikian juga hal mengganggu lainnya akan ditertibkan. Karena sesungguhnya budaya kita tak seperti itu, budaya kita tak ajarkan hal yang demikian. Kham Khambak budaya, jadi harus berbudaya,” wanti dia berpesan.

Baca Juga:  "Rakyat Tidak Boleh Susah, Tetangga Sakit Kita Bantu" (4)

Bestie, benar demikian. Meskipun judulnya pesta, nun ini pesta budaya. Keseronokan alih-alih seksploitasi, misal, harus dijauhkan, agar pesta Sekura dapat terus digadang sebagai salah satu jalan lempang merawat keluhuran peradaban. Masih lanjut lagi ya. Bersambung. [red/Muzzamil]
Mohon dengan tidak mengurangi rasa hormat kami “SUBSCRIBE” Video Kami youtube.com/c/lampungvisual/videos. Atas partisipasinya Kami ucapkan terima kasih yang setinggi tingginya.

 409 kali dilihat