Selamat Hari Ibu, Perempuan Berdaya Indonesia Maju

(Perempuan Berdaya, Indonesia Maju. Tema raya Peringatan Hari Ibu ke-92 Tahun 2020, jatuh hari ini, Selasa (22/12/2020). | Kemen PPPA)
BANDAR LAMPUNGPROFIL & SOSOK

Bandar Lampung, lampubgvisual.com-
Saat artikel ini hampir rampung disusun, sebuah surat elektronik satu warganet yang kontani permintaan izin pemuatan dengan alot kesepakatan tak menyebut namanya, memprotes dua hal.

Pertama, masih ada saja orang yang menyebut Peringatan Hari Ibu (PHI), ini ke-92, jatuh pada Selasa (22/12/2020), dengan sebutan Happy Mothers Day.

“Hari Ibu, ya Hari Ibu! Titik. Diambil dari tanggal peristiwa Kongres Perempuan Pertama 22 Desember 1928. Dirayain mulai pas Kongres Perempuan Ketiga di 1938. Mohon jangan disimplifikasi jadi Mothers Day. Beda makna. Jauh,” protesnya. Ia perempuan.

Kedua, ia komplain ihwal tema raya PHI 2020 ini. “Kenapa kok pakai kata Perempuan sih, nggak pakai kata Ibu? Bukannya lebih keren, more in depth (lebih berkedalaman, red)? Ini kan bukan Hari Perempuan Sedunia, why?” cecarnya, tak urung bikin garuk kepala.

Ia baru menghentikan korespondensi saat diinfokan, ada baiknya mencoba berkirim hasil lukisan virtual yang telah apik disaji raksasa data, Google, dalam Google Doodle tematik Hari Ibu hari ini.

Ya, diketahui, seperti judul di atas, Perempuan Berdaya Indonesia Maju, tema raya PHI tahun pandemi ini, tahun sulit termasuk bagi kaum perempuan dan juga didalamnya para ibu.

Sesosok makhluk Tuhan paling ‘seksi’, kalau kata judul lagu biduan asal Garut ibu empat anak –Tyarani Nugraha dan Daffi Nugraha dari pernikahan pertama dengan Harry Nugraha, Safeea Ahmad dan Ahmad Syailendra Aerlangga dari pernikahan keduanya dengan musisi Ahmad Dhani Prasetyo–, kini anggota DPR/MPR dapil Jawa Barat XI dari Partai Gerindra, Mulan Jameela.

Sesosok makhluk yang masih terus berjalan, walau tapak kaki penuh darah penuh nanah, dan kasih yang ia berikan seperti udara, sehingga anak-anaknya disebut tak mampu membalas, oleh musisi legendaris Tanah Air, Iwan Fals, dalam bait lagu legendarisnya pula.

Sesosok makhluk, yang meskipun tak disebut namanya oleh Kepala Negara, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam unggahan akun Twitter-nya hari ini, sosok “tercinta” yang telah berpulang, yang selalu hadir, menguatkan, dan mendoakan langkahnya.

Sesosok makhluk, yang kerap dijumpai di jalanan padat merayap lalu lalang kendaraan ramai lancar, dibonceng penumpangnya, berhelm khas korporat aplikator transportasi ojek online (ojol), siap mengantar penumpang selamat tiba di tempat tujuan, demi sekadar menyambung hidup, agar dapur tetap ngebul, untuk beli susu, biaya sekolah anak-anaknya, cukup.

Ibu, julukan terindah anugerah terindah itu, bagi yang telah sandang status sah perkawinan baik siri atau resmi.

Ibu, sesosok makhluk multi-tasking, yang di Indonesia sembilan bulan ini, turut dipaksa keadaan untuk menjadi pula juru remote control, alarm sakti, dan manajer pengendali pencegahan transmisi penularan COVID-19 di rumah tangga.

Mereka berkekuatan; berkemampuan; bertenaga; mempunyai akal (cara dan sebagainya) untuk mengatasi sesuatu dan sebagainya; kata Kamus Besar Bahasa Indonesia. Mereka berdaya.

Kendati, kaum ibu termasuk lagi-lagi bagian kelompok rentan kekerasan. Fisik ataupun non fisik (mental), atau bahkan dua-duanya. Baik kekerasan domestik/rumah tangga, kekerasan lingkungan, maupun kekerasan negara.

Sebut saja, kekerasan verbal orang terdekat rumah tangga, penyiksaan, pemasungan fisik, pengekangan pergaulan, eksploitasi ekonomi termasuk didalamnya seksploitasi –eksploitasi seks atas dasar motif ekonomi, pelecehan seksual (sexual harrasment) termasuk body shaming, malpraktik perdagangan orang (human trafficking), penelantaran fisik/sosial, perundungan sosial (bullying) di dunia nyata maupun maya.

Belum lagi, kejahatan bioteknologi melalui selubung kimiawi pada barang konsumsi rumah tangga, diskriminasi gender, diskriminasi rasial, kekerasan dalam situasi bencana maupun konflik sosial, perampasan/pembelengguan aspirasi, keyakinan politik bahkan kekerasan atas nama keyakinan berketuhanan (agama).

Minus contoh kasus, fakta di lapangan fenomena gunung esnya notabene masih terjadi. Kekerasan dan ketidakadilan terhadap perempuan, nyata. Mengancam sekeliling kita.

Meskipun lain sisi, kudu diakui juga bahwa kehadiran negara seolah tak ada kurangnya menanggulanginya.

Tersebut, setiap warga negara berhak untuk mendapatkan perlindungan dan keadilan dari segala bentuk diskriminasi dan kekerasan. Seperti diamanatkan konstitusi, Pasal 28 (i) Batang Tubuh UUD 1945.

Bahwa, “Setiap orang berhak bebas dari perilaku diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif tersebut.”

Juga, UU 7/1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita, hasil ratifikasi Convention on the Elimination of All Forms Discrimination Against Women, dikenal Konvensi CEDAW.

Di skala daerah, selaras harmonisasi kebijakan, telah jamak Raperda atau peraturan kelapa daerah yang menala perlindungan HAM perempuan/anak.

Membedah satu isu saja, redaksi ajak menyimak kembali penjelasan virtual Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati Puspayoga, pada webinar “Online Gender Based Violence” pada 16 Desember 2020 lalu, dihelat British Embassy Jakarta.

Baca Juga:  Gubernur Arinal Berkomitmen Majukan Olahraga Renang Lampung

Mengutiki patologi Kekerasan Berbasis Gender (KBG) melalui media online, khususnya dalam bentuk penyebaran konten intim non-konsensual atau non-consensual dissemination of intimate image (NCII), yang disebut meningkat selama pandemi COVID-19.

Dari total 169 kasus aduan publik ke Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet), Maret-Juni 2020, naik nyaris 400 persen dari 2019. Dimana, NCII terjadi ketika pelaku memanfaatkan konten intim/seksual (gambar/video) milik korban untuk mengancam-mengintimidasi korban agar menuruti kemauannya.

Menteri Bintang bilang, landa pandemi global COVID-19 selama 2020 bawa tantangan tersendiri. Intensitas penggunaan platform digital melonjak sejak pandemi.

“Melakukan aktivitas sehari-hari melalui ruang digital bukan lagi sebuah pilihan, melainkan kebutuhan,” ujar menteri perempuan pertama asal Pulau Dewata Bali ini.

Adanya pembatasan sosial, fisik, dan tingginya intensitas stres, kata Bintang, menyebabkan KBG meningkat secara eksponensial. Ikut pelototi, “Sejalan perkembangan saat ini, KBG dilakukan berbagai bentuk, seperti online dan melalui teknologi informasi dan komunikasi,” sebutnya.

Ia menggarisbawahi, pemerintah melalui Kemen PPPA telah berupaya mengatasi masalah ini, sesuai satu dari lima program prioritas Kemen PPPA, yakni penurunan kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Upaya ini diantaranya menginisiasi Gerakan Bersama Jaga Keluarga Kita (BERJARAK) untuk memastikan terpenuhinya hak-hak dasar perempuan dan anak dalam situasi pandemi COVID-19; mempublikasikan protokol dan pedoman perlindungan perempuan dalam penanganan kekerasan terhadap perempuan selama pandemi; pengembangan Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA); dan Layanan Psikologi Sehat Jiwa (SEJIWA).

“Internet, hal fundamental bagi kita. Karenanya banyak sekali orang bergantung kepada internet dalam kehidupan mereka. Meski internet telah membantu kita banyak hal, satu sisi pandemi telah memperlihatkan berbagai macam risiko dari internet. Diantaranya banyaknya konten yang berbahaya, termasuk KBG secara online,” ujar Owen Jenkins, Dubes Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, dalam webinar, menegaskan penanganan KBG harus dilakukan secara global oleh dunia internasional.

Pemerintah Inggris pun, sebut Owen, telah bekerja sama, menjalin hubungan erat dengan mitra kerja di Indonesia, salah satunya SAFEnet Indonesia dan Get Safe Online melalui peluncuran program “Awas KBGO!”.

Tujuannya, menyebarkan pengetahuan terkait KBG berbasis online kepada masyarakat melalui platform online, salah satunya laman awaskbgo.id.

Masih dari webinar, Kepala Subdivisi Digital Ar-Risks SAFEnet, Ellen Kusuma melengkapi, KBG biasanya menyerang terkait ketubuhan seseorang, terutama identitas perempuan. “Walaupun bisa terjadi pada laki-laki,” cetusnya.

KBG berbasis online difasilitasi (dipermudah, red) teknologi digital dengan segala kemudahan dan kecanggihannya. Dari itulah, lanjut Ellen, “Sehingga teramplifikasi dengan kemudahan bagi pelaku serta dampak lebih besar bagi korban.”

Contoh kasus yang pernah ditangani SAFEnet? “Diantaranya ancaman perkosaan, foto diedit dengan narasi objektifikasi seksual, penguntitan, body shaming, nomor gawai disebarkan sebagai nomor prostitusi,” rinci Ellen.

Sementara, terus ia, bentuk pelecehan seksual selama Work From Home, baik yang dialami perempuan maupun laki-laki, mayoritas disebarnya video, foto, audio, pesan teks/stiker bernuansa seksual tanpa persetujuan. Waduh!

Untuk mencegah KBG berbasis online, anjur Ellen, masyarakat sebaiknya memiliki wawasan dasar dunia digital, seperti terkait privasi data pribadi dan Personal Identity Information, consent, ekosistem dan karakteristik dunia digital.

Masih terangkai PHI 2020, pada 17 Desember lalu, Bintang berziarah ke TMP Kalibata, takzim mengenang jasa, tanda penghormatan dan penghargaan kepada pahlawan termasuk pahlawan perempuan yang berjuang untuk bangsa maupun yang berjuang dalam keluarga. Ia bareng Dharma Wanita Persatuan, Bhayangkari, Dharma Pertiwi, Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Indonesia Maju, Tim Penggerak PKK, dan KOWANI.

Hari yang sama, Bintang ajak kaum perempuan tani Indonesia bergandeng tangan, satukan kekuatan memberikan sebanyak-banyaknya manfaat bagi bangsa Indonesia, demi perempuan berdaya, anak terlindungi, Indonesia maju, saat berbicara pada pembukaan Rakernas Perempuan Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), tema “Digitalisasi Perempuan Tani HKTI sebagai Sumbangsih kepada Negeri”.

Berpidato virtual, Bintang mengatakan, dampak pandemi di berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam ketahanan pangan dan pertanian. Perempuan dengan jumlah hampir setengah total penduduk Indonesia merupakan kunci kesejahteraan bangsa.

Dan, lanjut Bintang, berperan penting dalam pembangunan, salah satunya memperkuat ketahanan pangan dan pertanian melalui digitalisasi.

“Perempuan Tani HKTI telah membuktikan ikut menjadi bagian dari solusi permasalahan akibat pandemi COVID-19. Beberapa waktu lalu, saya juga turut menghadiri pelatihan virtual HKTI terkait pembuatan frozen food dan membina wirausaha lokal, serta Gerakan Tanam Serentak Seluruh Indonesia. Kegiatan tersebut, upaya mendukung peningkatan ekonomi dan ketahanan pangan nasional, dimulai dari keluarga,” ungkapnya.

Baca Juga:  Apindo Fasilitasi UMKM Anggota Beli Migor, Sosialisasi Pendampingan Program MBKM

Menyebutnya penting dan strategis mendukung pembangunan bangsa, menurut Bintang, rakernas itu tentu langkah awal komitmen Perempuan Tani HKTI dalam membuat terobosan program, kegiatan, dan para rencana komprehensif satu tahun ke depan.

“Anggota, mitra, jaringan Perempuan Tani HKTI tersebar seluruh Indonesia, aset kekuatan luar biasa kita semua dalam membangun bangsa dan mendorong pemberdayaan perempuan, demi Indonesia maju,” kata juara tenis meja, Kejuaraan Tenis PB Perwosi 2010 di Jakarta itu.

HKTI, masih kata Bintang, bertujuan meningkatkan kesejahteraan, harkat martabat insan tani. Hadir sebagai wadah memperjuangkan-menyalurkan aspirasi perempuan tani dalam peran serta dan tanggung jawabnya, demi terciptanya pertanian yang tangguh dan masyarakat yang sejahtera.

“Semoga berbagai ide, gagasan, dan pendapat yang muncul Rakernas ini dapat hadirkan solusi komprehensif demi kemajuan para perempuan tani di seluruh Indonesia,” Bintang berharap.

“Marilah bergandeng tangan, kita satukan kekuatan memberikan sebanyak-banyaknya manfaat bagi bangsa Indonesia. Demi perempuan berdaya, anak terlindungi, Indonesia maju,” ajak istri mantan Menkop UKM Anak Agung Gusti Ngurah Puspayoga tersebut.

Ketua DPP HKTI Moeldoko rakernas itu mengatakan, perempuan kekuatan sentral bagi bangsa terutama masa pandemi ini. “Melalui pertanian, para ibu bisa mempertahankan eksistensi menjalankan perannya di dalam keluarga,” ujar Kepala KSP ini.

“Penting memberikan dukungan ke para perempuan tani khususnya melalui digitalisasi dalam pengolahan pangan dan pertanian demi memajukan bangsa,” terangnya.

Terkait tema rakernas, Ketua DPN Perempuan Tani HKTI, Dian Novita Susanto, menyebut digitalisasi bantu petani menjalankan proses pertanian, dari pendistribusian pupuk, waktu panen, memperkirakan cuaca, dan lainnya.

Masih bersama Bintang, keesokannya, disitat dari situs kementerian, Jum’at (18/12/2020), saat berbicara pada Webinar Spesial Hari Ibu bertema “Perjuangan Tenaga Medis Perempuan di Masa Pandemi” gelaran virtual BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) ia pun menyelami perih perikehidupan perempuan yang ikut maju di garda terdepan sebagai tenaga kesehatan, selama pandemi COVID-19.

“Meski mengemban tugas domestik dan harus meninggalkan keluarga, mereka rela mengabdi dan berkorban menyelamatkan nyawa,” tutur menteri kelahiran Bali, 24 November 1968 itu.

Sudah sepatutnya perempuan tenaga kesehatan jadi salah satu sosok inspiratif yang ikut berjuang demi kemajuan bangsa.

“Tenaga kesehatan merupakan garda terdepan, telah menyumbang jasa luar biasa hingga tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.”

Perjuangan ini nyatanya tak lepas dari peran perempuan. Keterangan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 April 2020, rasio jumlah dokter laki-laki dan perempuan yang menangani COVID-19, seimbang.

“Peran perempuan dalam kehidupan sosial sehari-hari juga tak dapat dikesampingkan, terutama dalam pencegahan dan penanganan COVID-19,” lugas ibu satu anak ini.

Andil perempuan di kehidupan sosial juga sangatlah besar, seperti memastikan kondisi kesehatan keluarga, hingga membawa perubahan sosial terkait peningkatan pengetahuan dan kedisiplinan pada lingkungan sekitarnya.

Dengan begitu, tandas Bintang, upaya pencegahan-penanganan wabah COVID-19 pada klaster keluarga lewat Protokol Kesehatan Keluarga, dapat dilakukan lebih efektif melalui pemberdayaan perempuan sebagai agen dalam keluarga.

Menurut Kepala BPIP, Yudian Wahyudi, Indonesia memiliki banyak tokoh perempuan penting pada zamannya, seperti Cut Nyak Dien, Kartini, Dewi Sartika, dan Fatmawati.

Namun, kita juga perlu mengapresiasi tokoh perempuan masa kini, salah satunya kaum perempuan yang berkontribusi di bidang kesehatan. “Tokoh perempuan masa kini sangat dibutuhkan agar ide tentang kesetaraan menemukan resonansi dan amplifikasinya dalam kehidupan sehari-hari,” terangnya.

Sebut dia, sumbangsih mereka juga ada di berbagai bidang, dari ekonomi, sosial, dan politik, serta kesehatan. Semua tokoh ini menunjukkan, perempuan pilar penting negara. “Pada saat mereka harus mengemban tugas domestik, para tokoh perempuan tetap berkomitmen beri yang terbaik bagi komunitas dan bangsanya,” ujarnya.

Kaum perempuan mampu bekerja dalam keadaan apapun. Sekali lagi, mampu.

Relawan Penanganan COVID-19, dr Debryna Dewi Lumanauw, bercerita pengalaman saat tugas di RS Darurat Wisma Atlet. Mengaku tak menyangka situasinya akan lebih parah dari apa yang ia bayangkan, si dokter mengaku rasanya nyaris tak ada waktu untuk duduk beristirahat dan makan dalam satu shift. Namun dengan adanya tenaga medis perempuan lainnya, ia merasakan adanya dukungan yang mengurangi kelelahannya.

“Tim saya mayoritas perempuan, justru itu jadi sesuatu yang mampu menginspirasi saya karena kami semua bekerja dalam keadaan yang sama. Ternyata semua perempuan, tak peduli usia dan fisiknya, bahkan ada yang baru melahirkan, tetap saja kuat dan masih melakukan pekerjaan dengan baik. Walau kami mengalami kelelahan fisik dan mental, namun kami sesama perempuan mampu saling menjadi dukungan yang kuat. Kami selalu mendukung satu sama lain, berdialog, curhat, sehingga secara mental kami jadi lebih kuat,” cerita Debryna. Sungguh profetik.

Baca Juga:  Peresmian Kantor Bank BTN Syariah Bandar Lampung, Gubernur Arinal Dorong Pembangunan Berbasis Syariah di Provinsi Lampung

Selain dokter, yang berprofesi bidan pun mengalami berbagai tantangan dalam menangani ibu hamil. Iin Rosita, salah satu bidan Puskesmas Bendo, Magetan, Jawa Timur, menceritakan pengalamannya berusaha melindungi dua nyawa sekaligus, yakni ibu hamil dan kandungannya, selama pandemi.

Selain kurangnya kesiapan fasilitas kesehatan, pandemi COVID-19 juga berdampak langsung bagi ibu hamil. Seperti, kurangnya pemenuhan asupan gizi, munculnya kekhawatiran berlebih, takut ke fasilitas kesehatan karena kebijakan pembatasan sosial tak ada yang mengantar memeriksa kehamilan.

Dengan segala keterbatasan yang ada, ia bersama para teman memanfaatkan inovasi Ojek Ibu Hamil (Jek-Mil) yang mereka inisiasi sejak 2018.

“Tujuan Jek-Mil meningkatkan layanan Antenatal Care Terpadu (ANCT) hingga kemungkinan kematian ibu dan kandungannya dapat diminimalisir. Namun, tidak semua orang mampu menjadi driver bagi ibu hamil. Dalam hal ini, kami juga melakukan seleksi bagi driver tersebut. Mereka pun kami rekrut dari kader kesehatan yang telah dibekali ilmu kesehatan ibu dan anak, dan semuanya perempuan,” kisah Iin.

Atas berbagai peran dan pengabdian, Menteri Bintang pun mengapresiasi perempuan tenaga kesehatan.

“Dari berbagai perjuangan dan peran yang telah dilakukan bagi bangsanya, saya memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada seluruh perempuan yang tengah berjuang di garda terdepan. Terima kasih atas segala pengabdian, pengorbanan, dan sumbangsihnya pada bangsa yang kita cintai ini,” takzim Bintang.

Perempuan Penggerak

Sekelumit ini, hanya sebagian kecil dari kisah jutaan perempuan dan kaum ibu Indonesia lainnya. Yang turut pula memaknai Hari Ibu ini sebagai hari pergerakan perjuangan perempuan.

Sejak dahulu, nyatanya perempuan Indonesia telah ikut berjuang merebut kemerdekaan, mulai sejak Kongres Perempuan Indonesia pertama, 1928.

Kongres Yogyakarta itu menandai tonggak perjuangan perempuan Indonesia, dalam ambil peran di setiap derap pembangunan di Indonesia.

Perempuan mengisi ruang-ruang kontribusi dalam merebut kemerdekaan, menyuarakan berbagai permasalahan, turut mencari serta menjadi solusi untuk mengantar Indonesia di titik sekarang.

Maka sangat disayangkan bila perempuan masih harus menghadapi berbagai ketimpangan, mulai dari mengakses, berpartisipasi, ikut menentukan arah, serta menikmati manfaat pembangunan.

Terlebih pandemi ini menempatkan perempuan dalam situasi lebih rentan. Hasil survei UN Women menunjukkan pandemi COVID-19 memperparah kerentanan ekonomi perempuan dan ketidaksetaraan gender, serta dapat mengancam upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s).

Situasi serba sulit ini, ternyata tak hentikan langkah perempuan-perempuan Indonesia untuk hadir di garda terdepan.

Perempuan turun dan jadi penggerak sosial dengan membangun kesadaran masyarakat di berbagai daerah, dan turut serta menyediakan makanan bagi warga terdampak ekonomi dan alat pelindung diri untuk tenaga kesehatan.

Perempuan, juga mengambil peran penting memerangi COVID-19 dengan menjadi tenaga kesehatan, ilmuwan/peneliti, dan penjaga bagi keluarganya sendiri.

Melalui Peringatan Hari Ibu 2020 ini, diharapkan perempuan-perempuan Indonesia sadar betapa berharga dirinya. “Utamanya karena tak pernah berhenti merawat perjuangan para perempuan Indonesia di masa yang lalu, dalam gerak sekecil apapun, yang berarti melebihi apapun,” rilis Bintang.

Diharapkan perempuan masa kini pun bisa melanjutkan perjuangan melalui kontribusinya pada pembangunan bangsa. Hari Ibu dirayakan tiap tahun, bentuk penghargaan pada perjuangan perempuan Indonesia masa ke masa.

Mari warnai PHI dengan peran, kerja, karya nyata, untuk Indonesia tercinta.

Menutup artikel ini, mengutip bunyi unggahan Jokowi pukul 8.10 WIB di Twitter, kendati bikin sedih nun sarat pengharapan. “Tahun ini segera berlalu, tapi akan selalu teringat. Tahun ketika dunia dihentak pandemi. Di tahun ini pula, ibu saya tercinta berpulang. Ibu yang selalu hadir, menguatkan, dan mendoakan langkah saya,” cuit Presiden.

“Salam hormat kepada para ibu dan segenap perempuan Indonesia,” takzimnya, di ujung cuitan.

Pembaca, Selamat Hari Ibu, ya? Perempuan Berdaya, Indonesia Maju. [red/Kemen PPPA/Muzzamil]

 616 kali dilihat