Jika dilihat sekilas, kholizah nampak normal seperti anak biasa, tapi siapa sangka,ia harus jalani transfusi darah setiap 10 hari sekali sebanyak dua kantong darah.
Rumiyati menceritakan, ia tidak sendiri, masih banyak anak anak yang menderita penyakit thalasemia ini. Mereka tergabung dalam satu wadah yang bernama perhimpunan orang tua penyandang thalasemia cabang Bandar Lampung.
Disinilah para orang tua berkumpul, dan saling membantu jika terjadi kekosongan stok darah di PMI untuk transfusi darah anak anak penyandang thalasemia.
“Alhamdulillah, kehadiran PMI sangat membantu kelangsungan hidup anak anak kami penyandang thalasemia, namun saat pandemi Covid-19, pernah kehabisan stok, akhirnya kami para orangtua berjuang mencari para pendonor darah untuk anak anak kami,” Ujar Rumiyati sampai menitihkan air mata.
