Ada Apa di Workshop Gerakan Nelayan Tani Indonesia (GANTI) Lampung? Simak Ini

Ada Apa di Workshop Gerakan Nelayan Tani Indonesia (GANTI) Lampung Simak Ini
Suasana Workshop dan Demoplot Biosilac dan Orgadec, taja Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerakan Nelayan Tani Indonesia (GANTI) Lampung, di kebun gabungan petani di Kecamatan Jati Agung dan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Sabtu (18/12/2021). | dok GANTI/Muzzamil
BANDAR LAMPUNG

LAMPUNG SELATAN-
Lahan pertanian dan perkebunan yang telah mengandung residu zat-zat kimia, dapat direvitalisasi dan direfungsionalisasi untuk mengembalikan kesuburannya agar kembali produktif.

Penggunaan berbagai rekayasa teknologi pemupukan seperti pupuk alternatif atau pupuk organik bagi lahan pertanian dan perkebunan sekaligus juga dapat dioptimasi untuk budidaya peternakan, sebab potensi bahan pakan ternak tumbuh di atas tanah kaya mikroba dan unsur organik juga besar.

Hal inilah yang antara lain melatari Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerakan Nelayan Tani Indonesia (GANTI) Lampung, organ sayap Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, menghelat Workshop dan Demoplot Biosilac dan Orgadec di kebun gabungan petani di Kecamatan Jati Agung dan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, pada Sabtu (18/12/2021), kemarin.

Selain itu, pentingnya penggunaan pupuk organik ramah lingkungan sekaligus dapat menjadi pilihan penggunaan pupuk organik bagi para petani, pekebun, dan peternak.

“Ketika petani kesulitan untuk mendapat pupuk bersubsidi dari pemerintah dengan nilai subsidi kurang lebih Rp33 triliun per tahun, petani bisa gunakan pupuk organik. Atau buat pupuk organik sendiri dengan aktivator yang tepat guna,” ujar Ketua DPD GANTI Lampung, Nurul Ikhwan, selaku inisiator dan penyelenggara kegiatan.

Anggota Komisi IV DPRD Lampung Fraksi PDI Perjuangan dapil Lampung Selatan ini menyebut workshop dan demoplot tersebut digelar untuk menciptakan lahan pertanian dan perkebunan beresidu kimia menjadi lahan prima yang subur nan mulia untuk pertanian dan perkebunan, didalamnya cocok pula untuk budidaya peternakan.

Tak tanggung-tanggung, Nurul Ikhwan menghadirkan Ketua Umum Asosiasi Inventor Indonesia (AII), Prof (R) Ir Didiek Hadjar Goenadi MSc PhD, INV, selaku narasumber.

Sang profesor ini menerangkan, Orgadec, produk nomor pendaftaran IDM000124717, merupakan aktivator pengomposan limbah organik berbahan aktif mikroba “tricoderma pseudokoningli” dan “cytophaga sp”.

Sebagai aktivator pengomposan, Orgadec dapat dipakai untuk memproduksi pupuk organik skala besar. Pasalnya, mikroba di dalam aktivator Orgadec ini dapat tetap bekerja meski di tengah suhu yang panas.

“Pengomposan bahan organik dalam jumlah yang banyak akan membuat suhu selama proses pengomposan menjadi lebih tinggi,” ujar Goenadi, sapaan karib profesor riset ini, menjelaskan penyebabnya.

Adapun, Orgadec ini sedikitnya memiliki dua keunggulan kompetitif. Pertama, Orgadec mengandung mikroba yang mengeluarkan enzim penghancur Lignin dan selulosa, secara bersamaan. “Sehingga di dalam tanah, dapat membuat kadar karbon menurun sedang kadar nitrogen meningkat, dengan demikian C/N mengecil,” jelas dia.

Baca Juga:  Kasrem 043/Gatam Bersama Gubernur Dan Forkopimda Provinsi Lampung Tinjau Alat Thermal Therapy Covid-19 Di Kabupaten Tulang Bawang Barat

Mikroba di dalam aktivator Orgadec imbuh dia pula, berfungsi melapukkan bahan organik selama masa pengoposan. “Dengan begitu pupuk organik yang dihasilkan tidak jauh berbeda dengan bentuk asal organik sebelum dikomposkan,” imbuhnya lagi.

Aktivator Orgadec juga mengandung formulasi yang bisa menentukan kestabilan produk pupuk organik hasil aplikasi petani pengompos limbah organik. “Proses pengomposan dengan produk ini akan terjadi secara aerob. Sehingga produksi kompos dihasilkan nanti berbentuk produk organik serbuk yang tahan sampai 12 bulan dalam ruang penyimpanan yang baik,” kata dia.

Pria yang pernah menyatakan, menciptakan inovasi bukan hal yang mudah dan murah, prosesnya memiliki risiko dan biaya tinggi, mencakup perubahan struktural terkait restrukturisasi keseluruhan ekonomi ini; demi merespons kehadiran Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) yang disebutnya menjadi angin segar bagi para inventor di Indonesia apalagi ada insentif bagi inventor untuk invensi yang akan diproduksi massal, lebih lanjut merinci proses pengomposan.

Yakni, semua jenis bahan organik seperti kulit cokelat, tandan kosong (tankos) atau Tandan Kosong Limbah Sawit (TKLS) yakni limbah padat yang dihasilkan pabrik kelapa sawit pada proses pengelolaan tandan buah sawit menjadi minyak kelapa sawit (CPO), dahan sawit, batang pisang, sayur mayur, rumput, dedaunan, dan lain-lain; yang akan menjadi raw material yang dipilih untuk dikomposkan.

“Harus dicacah terlebih dahulu untuk mempercepat proses produksi pupuk organik,” petunjuk Goenadi.

Setelah itu? “Siapkan terpal plastik untuk wadah pengomposan bahan organik. Lalu, bahan organik yang telah dicacah ditaburi serbuk Orgadec, merata di atas terpal. Kemudian aduk dan tutup rapat,” lanjutnya.

Dirincikan, untuk proses pengomposan kulit cokelat yang telah dicacah dan ditaburi Orgadec tanpa campuran bahan organik lain memakan tempo 30 hari menjadi pupuk organik. Senada lainnya beda masa, untuk tankos ditaburi Orgadec selama 14 hari,
pangkasan pelewah sawit dan daunnya 15 hari, lalu aneka rumput, dedaunan, sayur mayur, buah-buahan makan waktu 21 hari.

Sementara, narasumber lain, Dr Ir Laksmita Prima Santi MSi INV, peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri (PPBBI), PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit(BP-DPKS), saat presentasi memaparkan produk Biosilac.

Baca Juga:  HIPMI Lampung Gugah Mahasiswa Darmajaya Jadi Pengusaha

Biosilac ujarnyi, merupakan pupuk organik padat mudah larut, terdiri dari asam silikat diperkaya dengan bakteri dan fungi pelarut silika (Si) berkadar Si sebesar 90 persen plus tricoderma. Produk bernomor izin edar 606.OL/KPTS/Sr.320/B/10/2019 ini, berbahan baku pasir kuarsa yang telah melalui proses ekstraksi praproduksi jadi pupuk organik.

“Bermanfaat meningkatkan kekuatan jaringan tanaman, menyerap unsur hara lebih optimal, meminimalisasi hama dan penyakit, mengefisienkan penggunaan air, membenahi tanah beresidu kimia, dan meningkatkan hasil panen,” urai ia.

Dengan demikian imbuh peneliti hijabers ini, Biosilac sebagai media perbaikan tanah untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dengan menggunakan pembenahan tanah organik sesuai Keputusan Menteri Pertanian (Kepmentan) Nomor 261/2019.

“Biosilac berfungsi untuk serapan hara, atasi hambatan endafik, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cekaman kekeringan. Ini berhubungan dengan kemampuan silika dalam Biosilac dalam mengendalikan pembukaan stomata dan laju evaportranspirasi, serta meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit,” sambung Laksmita.

Sepertinya ia merekomendasikan, Biosilac disebutnyi cocok untuk memupuk aneka jenis dan varietas tanaman, diantaranya tanaman pangan, seperti padi, jagung, kedelai, porang, dan lain-lain; tanaman hortikultura seperti pepaya, anggur, buah naga, kapulaga, jahe, sawi, dan lain-lain; tanaman perkebunan, seperti cokelat, sawit, tebu, teh, kopi, cengkeh, pala, kemiri, dan lain-lain; dan lain-lain.

Satu lagi, Biosilac juga dapat digunakan untuk tanaman lainnya yang tumbuh atau dibudidayakan pada lahan berstruktur mulai dari area pasir, lahan gambut, rawa, sulfat masam, dan lahan kering masam.

“Biosilac telah diaplikasikan oleh petani sepanjang tahun 2019 dengan hasil baik dan telah diproduksi massal pada tahun 2020 lalu,” info ia.

Selain Goenadi dan Laksmita, hadir tiga narasumber lain: Ketua Bidang Valuasi dan Komersialisasi Teknologi AII yang juga Kepala Departemen Riset Pengembangan PT HK ASTON, Ade Riantoro ST INV; Wakil Ketua Umum DPP Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) Gema Masyarakat Lokal (GML) Indonesia, Amral; dari BUMD Kabupaten Pesawaran, Direktur Utama Perusahaan Perseroan Daerah (Perseroda) PT Aneka Usaha Laba Jaya Utama, Ahmad Muslimin.

Baca Juga:  Blusukan Ke Pasar, Walikota Bandar Lampung Bawa Nakes

Workshop dan Demoplot itu diakhiri dengan mendemonstrasikan proses pengaplikasian Biosilac, di hadapan puluhan warga petani dari berbagai desa di dua kecamatan itu.

“Para petani yang hadir sangat antusias, dan akan mempraktekkan pengomposan bahan organik untuk diproduksi menjadi pupuk organik, memakai Orgadec sebagai aktivatornya,” ujar genapan informasi dari Ahmad Muslimin, secara terpisah, Minggu (19/22/2021) petang.

Terungkap, workshop dan demoplot dihelat oleh DPD GANTI Lampung, berangkat dan tidak terlepas dari filosofi kelahiran organ sayap PDI Perjuangan ini sejak didirikan.

Untuk, fokus bergerak membantu dan menyejahterakan kaum nelayan dan tani. GANTI hadir berangkat dari keprihatinan mendalam terhadap pembalikan situasi ideal perikehidupan sosial ekonomi dua mata pencaharian mulia ini, di Tanah Air, negara maritim pemilik sumberdaya garis pantai sepanjang 95.181 kilometer dan luas perairan 5,8 juta kilometer persegi ini.

Pengingat, deklarasi pendirian GANTI di Pelabuhan Muara Angke, Pluit, Jakarta Utara, pada 13 April 2013. Saat deklarasi, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menandatangani prasasti.

Hadir pula Ketua Dewan Pembina GANTI pertama, Rokhmin Dahuri, Sekjen DPP PDI Perjuangan (saat itu) Tjahjo Kumolo dan para pengurus DPP PDI Perjuangan lainnya, serta (saat itu masih Gubernur DKI Jakarta) Joko Widodo (Jokowi), dan delegasi petani dan nelayan se-Indonesia.

Diketahui, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri merupakan Ketua Dewan Pembina DPP GANTI saat ini.

Di Lampung, momen puncak pelantikan Nurul Ikhwan sebagai Ketua DPD GANTI Lampung pada 8 Juni 2021 lalu, didampingi sekretaris Achmad Munawar, bendahara Bayu Setiawan, menjadi saksi penegasan eksistensi GANTI membantu pemerintah dan rakyat Indonesia dalam mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan nasional seluruh komoditas pangan yang ada. Sudin, Ketua DPD PDI Perjuangan Lampung, yang juga Ketua Komisi IV DPR ini, sang juru lantik kala itu, yang membunyikannya. [red/Muzzamil]

Tagged