Ada KADIN-APINDO Lampung di Workshop R&D Unila-NSTU Rusia Kembangkan Teknologi Radiasi

Ada KADIN-APINDO Lampung di Workshop R&D Unila-NSTU Rusia Kembangkan Teknologi Radiasi
Rektor Unila Prof Dr Karomani, dan The NSTU NETI Representative, Fedor Leonov PhD mewakili Rektor NSTU Rusia, Prof Dr Sc Anatoly Bataev pada penandatanganan MoU kerja sama pengembangan teknologi akselerator, di Auditorium Lt II Rektorat Unila, Selasa (18/1/2022) (atas). Perwakilan Pemprov Lampung, KADIN dan APINDO Lampung, Unila, NSTU NETI Rusia, pada workshop Rabu (19/1/2022). | Kolase Collage Maker/dok. Unila/Aep Susanto/APINDO/Muzzamil
PROFIL & SOSOK

BANDARLAMPUNG, (LV)
Sivitas akademika Universitas Lampung (Unila) menghadirkan dua organisasi profesi sektor usaha dan industri di Bumi Ruwa Jurai Lampung dalam sebuah workshop tentang teknologi radiasi; demi menjawab keinginan, keingintahuan, sekaligus bukti keseriusan komitmen riil atensi kerja sama strategis bersama mitra kampus, yakni Novosibirsk State Technical University (NSTU) NETI, atau Universitas Teknik Negeri Novosibirsk, Rusia; yang kilat dibangun sejak akhir Desember 2021 lalu.

Kedua organisasi tersebut, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Lampung dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Lampung, diajak serta, sebagai bagian dari penanda keseriusan profetik dan perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi, lewat portofolio kerja sama pihak Unila dengan NSTU NETI.

Dalam helat tematik “Workshop On R & D Radiation Technology With Lampung Province Government, Indonesian Chamber Of Commerce (KADIN) Lampung And APINDO Lampung”, di komplek kampus Soemantri Brodjonegoro, PTN tertua dan terbesar di Lampung ini; Gedong Meneng, Bandarlampung, Rabu (19/1/2022), Ketua KADIN Lampung Dr Muhammad Khadafi diwakili salah satu wakil ketuanya, Dr Yuria Putra Tubarat, dan Ketua DPP APINDO Lampung Ary Meizari Alfian diwakili oleh wakabid UMKM-IKM, Aep Susanto.

Adapun, workshop ini mendedah prakarsa serta mengelaborasi pelbagai kesempatan kerja sama strategis ekosistem inovasi penta heliks plus provinsi ini, yang dapat dijajaki lebih jauh lebih detail, kelak nanti.

Sebagai informasi, pada sehari sebelum, Rektor Unila Prof Dr Karomani MSi dari Auditorium Lt II Gedung Rektorat Unila, kompak bersama Rektor NSTU Prof Dr Sc Anatoly Bataev dari ruang kerja kampusnya di Negeri Beruang Putih itu, secara daring melangsungkan prosesi penandatanganan Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) tentang kerja sama pengembangan teknologi akselerator, pada Selasa (18/1/2022) pagi WIB.

Penandatanganan, disaksikan secara fisik dari kampus Unila, oleh The NSTU NETI Representative, Fedor Leonov PhD, yang hadir mewakili Rektor Anatoly, sekaligus penerjemah bahasa. Mendampingi selama jalannya prosesi, Wakil Rektor II Unila Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, yang juga Guru Besar Farmakologi Unila, Prof Dr dr Asep Sukohar MKes.

Seperti dilaporkan oleh Reporter Unila, disitat diakses dari Bandarlampung, Selasa, Rektor Unila Prof Dr Karomani saat pidato sambutan sekapur sirihnya memaparkan sekilas profil singkat Unila yang saat ini telah memiliki sebanyak lima program studi (prodi) jenjang doktoral, 34 prodi magister, 57 prodi sarjana, 3 prodi pendidikan profesi, dan 12 prodi diploma, pada semua bidang disiplin ilmu, 8 fakultas, satu pascasarjana.

Baca Juga:  Apa Kabar Pejuang Bravo Lima Lampung? Ary Meizari: Inshaallah, Selasa Kami Dilantik

“Unila berada di Provinsi Lampung, bagian dari Indonesia, sangat berpotensi untuk berbagai perkembangan industri. Saat ini ekonomi di Lampung didukung sektor pertanian, perdagangan, serta panas bumi, dan pariwisata juga memiliki prospek tinggi dan berkembang sangat pesat di provinsi ini,” papar Karomani.

Guru Besar Komunikasi Massa Unila ini menyambut baik kerja sama Unila-NSTU di berbagai bidang. “Kami sangat antusias dengan rincian kerja sama yang ditawarkan NSTU di bidang teknologi radiasi,” tuturnya.

Karomani, rektor berlatar nahdliyin inipun memberikan clue penting, Unila dan NSTU bisa berkolaborasi dalam bentuk pertukaran mahasiswa dan dosen, penelitian bersama, publikasi ilmiah, serta kegiatan akademik yang didukung oleh kedua belah pihak.

“Akhirnya saya menyampaikan terima kasih kepada semua narasumber, panitia, dan semua pihak yang terlibat,” pungkas dia.

Sebelumnya, Rektor NSTU, Prof Dr Anatoly Bataev dalam sambutan virtual berbahasa Rusia, menyebut, pihaknya dan Unila akan bekerja sama di bidang ilmu pengetahuan. NSTU memiliki banyak kepakaran, terutama di bidang teknologi radiasi, dapuk dia.

“Harapan saya setelah penandatanganan dokumen bisa masuk ke dalam pekerjaan riil sehingga kerja sama dengan Asia Tenggara, Indonesia, dan Unila, yang ada Provinsi Lampung jadi lebih erat demi kepentingan kedua negara,” asa Anatoly, diterjemahkan oleh Fedor Leonov.

Anatoly Bataev berterima kasih kepada Rektor Unila beserta jajaran atas kerja sama terjalin. Dia berharap kerja sama, langgeng.

Menggenapi informasi, NSTU NETI, kampus dirian 19 Agustus 1950 dengan nama mula Institut Elektroteknik Novosibirsk hingga berubah menjadi NSTU NETI tahun 1992, merupakan salah satu pusat riset-edukasi utama, serta salah satu universitas teknik terkemuka di Rusia, yang berbasis di Ulitsa Nemirovicha-Danchenko, 136, Novosibirsk, Novosibirsk Oblast, di wilayah Siberia Barat, bagian utara Asia, sekitar 2.811 kilometer dari ibu kota Rusia, Moskow.

Universitas ini universitas negeri, dibawah naungan Ministry of Science and Higher Education of the Russian Federation.

Sementara secara terpisah, The NSTU NETI Representative, Fedor Leonov, yang kontan “jatuh hati” pada portofolio Unila sejak saat hadir pertama kali di Lampung saat dia ikut webinar internasional gelaran Unila-NSTU 28 Desember 2021, dan tiba lebih dulu di Lampung dalam rangka helat MoU; bertemu diskusikan finalisasi drafting dan detailing pointers MoU prapenandatanganan Selasa, dengan Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengembangan Kerja Sama dan Layanan Internasional (PKLI) Unila, Dr Ayi Ahadiat beserta tim, pada Senin (17/1/2022) lalu.

Baca Juga:  Tokoh Pers Bambang Eka Wijaya: Pilkada Di Tengah Pandemi, Rakyat Butuh Mitigasi

Reporter Angel, dari Humas Unila mewarta, Ayi Ahadiyat saat pertemuan mengungkap, kunjungan Fedor Leonov itu, kali kedua.

“Ini kedua kalinya, usai Fedor bertandang ke Unila pada Desember 2021 yang lalu. Selain memperkenalkan NSTU NETI, kedatangan beliau bertujuan untuk membangun dan mengembangkan kerja sama dalam banyak hal khususnya irradiation technology serta mempererat hubungan dua negara yakni, Rusia dan Indonesia,” Ayi menjelaskan.

Ayi, yang turut didampingi oleh Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unila, Dr Lusmeilia Afriani DEA, dan Prof Dr John Hendri; menambahkan, pertemuan itu juga membahas substansi MoU yang kemudian sukses ditandatangani kedua rektor, Selasa.

Fedor Leonov menyatakan, Unila partner kolaborasi paling tepat. Itu dia yakini sejak kunjungan pertama ke Unila sekaligus ikut webinar internasional 28 Desember 2021.
Harap Fedor, pertemuan dapat membahas substansi MoU lebih detail bersama UPT PKLI dan para dosen di lingkungan Unila.

“MoU adalah langkah pertama yang memperlihatkan kemana arah tujuan kerja sama ini. MoU ini akan menjadi dokumen yang mencantumkan prinsip kerja sama, rencana-rencana sesuai jadwal, serta langkah-langkah konkret,” beber Fedor, yang per rundown lima hari berada di Lampung, mulai dari penandatanganan MoU Selasa, workshop kolaborasi penelitian dan beasiswa bagi dosen dan mahasiswa, serta workshop bersama unsur Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung, KADIN Lampung, dan APINDO Lampung, Rabu.

Kepada reporter Angel, Fedor Leonov saat diwawancara di sela acara menjelaskan, kerja sama bidang teknologi radiasi yang ditawarkan NSTU kepada Unila, berupa teknologi partikel akselerator yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai bidang kehidupan, baik di bidang industri, pertanian, kedokteran, lingkungan, dan keamanan nasional maupun iptek modern.

Konkretnya seperti apa? Dicontohkan dia, teknologi partikel akselerator bisa dipakai untuk mensterilisasi produk pada industri makanan (food industry) dengan membunuh mikroorganisme berbahaya melalui teknologi penyinaran.

“Teknologi ini tak cuma dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, tetapi juga untuk komersial. Untuk itu saya ingin ada usahawan yang terlibat dalam kerja sama ini nantinya,” pinta Fedor, asa dia terurai dengan hadirnya KADIN dan APINDO pada workshop Rabu.

Pengembangan dan pemanfaatan teknologi partikel akselerator, imbuh Fedor, akan membutuhkan infrastruktur laboratorium dengan standar keamanan nasional.

Baca Juga:  Seribu Empon-Empon Gratis Komunitas Kontrakan Alif Subing, Ludes Terbagi

“Untuk itu, Unila dan NSTU Rusia akan mengkaji kebutuhan perizinan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia,” tandasnya.

Tambahan informasi, sisi keilmuan teknologi radiasi yang secara agregat lazim dipelajari bersama radioisotop di industri, teknologi nuklir dalam pembangkitan daya, serta radiologi klinik seperti radiodiagnostik dan radioterapi, menjadi anatomi wajah prodi yang juga masih terhitung “langka”, misal Teknik Nuklir UGM (terakreditasi A 2018, berdaya tampung 30 kursi SBMPTN 2019).

Secara sederhana, teknologi radiasi, misal bermanfaat besar bagi industri pelapisan kayu, pemeriksaan sambungan pengelasan, pemeriksaan kebocoran pada sistem aliran bawah tanah, pemeriksaan jasmani pasien, serta pemeriksaan bagasi di bandara.

Juga, berguna bagi pengontrolan ketebalan film plastik dan lembaran-lembaran produk kertas tertentu. Radiasi Gamma paling acap digunakan dalam produk lembaran baja. Radiasi Beta paling sesuai untuk produksi kertas dan film plastik.

Teknologi radiasi juga berguna sebagai pengukur tinggi rendahnya cairan pada tangki-tangki besar, pelengkap alat deteksi asap yang mengandung pancaran radiasi Alpha di langit-langit rumah, penyempurna teknologi pelindung pancaran kaca pada arloji tangan (tritium).

Senyawa uranium radioaktif lazim dipakai industri porselen (warna birunya sangat indah). Zat torium berguna sebagai pelapis lensa kamera hi-tech dan peralatan optik agar permukaan kacanya jadi lebih keras. Teknologi radiasi bahkan dapat diterapkan dalam metode penentuan umur benda-benda arkeologis berdasarkan pada radioaktivitasnya. Wow, banyak nian!

Laman resmi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang kini dilebur pemerintah ke dalam Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), menjelaskan, pada satu dekade lalu, 2012, melukiskan kemampuan radiasi untuk melihat ke belakang layar ternyata berguna dalam industri dan sistem keselamatan.

Catatan redaksi, sebuah peluang emas kini terbentang di hadapan. Publik pun sedianya menanti kejutan istimewa manakah –misal inventori yang kemudian dapat diturunkan menjadi kebermanfaatan publik secara praksis melalui komersialisasi– inovasi teknologi terapan dari prakarsa sinergi dan kolaborasi Unila dan NSTU NETI Rusia ini. Kita tunggu. [red/Angel/Humas Unila/Muzzamil]

 410 kali dilihat