Aktivis Minta Aparat Hentikan Kekerasan Terhadap Warga Wadas

JAWA TENGAH

Jawa Tengah, (LV) – Perjuangan Warga Wadas Kabupaten Purworejo mempertahankan sumber penghidupannya direspon dengan kekerasan oleh negara.

Ketua Badan Eksekutif Nasional Solidaritas Perempuan, Dinda Nuranisa Yura, melalui siaran persnya, selasa (8/2) mengatakan, pengerahan ribuan personel Polri dan kriminalisasi yang dialami warga menjadi teror yang dilakukan negara terhadap warganya.

“Kami mengecam kekerasan dan perampasan sumber kehidupan perempuan di Wadas. Hari ini, ribuan polisi masuk ke Desa Wadas dengan senjata lengkap. Kehadiran mereka menimbulkan goncangan dan trauma bagi warga, apalagi dengan adanya penangkapan setidaknya 60 orang warga dan pendamping.” Seru Dinda.

Dinda menambahkan, aparat secara represif menurunkan banner protes penolakan tambang batu andesit yang menjadi ekspresi perlawanan warga.

Baca Juga:  Dapur Lapangan TNI-Polri Bentuk Kepedulian dan Pengabdian

“Mereka juga sempat mengambil paksa alat pertanian dan pisau-pisau yang biasa digunakan untuk menganyam besek.” Imbuh Dinda.

Pernyataan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang mengatakan bahwa polisi yang hadir bertugas menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat, faktanya di lapangan sangat bertolak belakang.

“Faktanya terjadi pengepungan, penangkapan warga dan pendamping, intimidasi serta kekerasan yang dilakukan aparat di Desa Wadas tersebut.” Ujar Dinda.

Penolakan masyarakat Wadas, terutama kaum perempuan, atas penambangan Bendungan Bener dimulai sejak tahun 2015.

Bagi masyarakat setempat, tanah adalah ibu, darah daging mereka, sumber kebahagiaan, sumber keselamatan dan sumber kebijaksanaan hidup. Sedangkan proyek penambangan batuan andesit dan Bendungan Bener dianggap akan mendatangkan petaka.

Baca Juga:  Tugu Prasasti Tampak Tegak Berkat Ukiran Tangan Satgas TMMD

Masyarakat melakukan penolakan dengan melakukan gerakan simbolis dengan menganyam besek, dengan tekad mempertahankan vegetasi bambu yang terancam proyek penambangan.

Menganyam juga mencerminkan tradisi yang dijaga oleh perempuan Wadas dalam merajut kebersamaan dan perjuangan merawat alam, termasuk menjaga ketersediaan air.

“Kehadiran aparat hari ini di bumi Wadas menunjukkan bahwa negara tidak hadir untuk pemenuhan hak dan kesejahteraan warganya, melainkan untuk merampas kehidupan warga.” Imbuh Dinda.

Solidaritas Perempuan bersama Aktivis lainnya mendesak agar menghentikan intimidasi dan kekerasan di desa Wadas dan meminta mengembalikan barang milik warga yang dirampas paksa oleh aparat kepolisian.

Selain itu Aktivis meminta aparat segera menarik mundur pasukan Polri dari desa Wadas dan mendesak untuk membebaskan warga dan pendamping yang ditangkap paksa oleh Polsek Bener.

Baca Juga:  Tinjau Poskotis, Kasrem Beri Banyak Masukan

“Hentikan pengukuran tanah yang dilakukan oleh Tim Pengukur dari Kantor Pertanahan Purworejo dan rencana pertambangan di Desa Wadas, Bener, Purworejo. Kami minta aparat bertanggung jawab juga untuk pemulihan Trauma warga, terutama perempuan dan anak-anak.” Pungkasnya. (SP/RJB/Poy)

Tagged