Dari Celoteh Daya Saing Fauzan Sibron, 9 Tahun Silam

Dari Celoteh Daya Saing Fauzan Sibron, 9 Tahun Silam
Fauzan Sibron, dalam satu kesempatan bersama mantan Plt Ketua DPD Partai NasDem Lampung, Ketua DPP Partai NasDem Bidang Hukum dan HAM, anggota DPR/MPR RI 2019-2024 dapil Lampung I Fraksi Partai NasDem, Taufik Basari. | dok. nasdem.id
PROFIL & SOSOK

Dari Celoteh Daya Saing Fauzan Sibron, 9 Tahun Silam
BANDARLAMPUNG, (LV)
Bermula dari satu ketidaksengajaan saat scroll up seputar peran dan peranan anak muda Indonesia dalam menghadapi persaingan global, di laman raksasa mesin pencarian Google, satu nama akrab menyempil.

Anak muda kelahiran Tanjungkarang, Kota Bandarlampung tahun 1982, dan pada 14 November mendatang bakal genap usia kepala empat ini, pada sekitar sembilan warsa silam pernah “berceloteh” soal itu.

Dan purwarupa dari apa yang menjadi clue penting sorotan dia ketika itu, terkait momen peringatan Hari Sumpah Pemuda, sama sekali masih relevan pada kondisi saat sekarang. Saat sulit, ulah pandemi sekalipun.

Seperti dapat disaripatikan kembali, anak muda ini sembilan tahun silam, menginjeksi kesadaran para anak muda Indonesia, agar mempersiapkan diri sebaik-baiknya, dalam menyongsong era globalisasi yang melulu secara notifikasi, diidentikkan dengan satu kata: persaingan. Antar bangsa-bangsa.

Ayah dua putra, M. Benzema Alkatiri Sibron, dan M. Ozilal Kahri Sibron, dari buah cinta pernikahannya dengan Chitoh Asliah ini, mensyaratkan anak muda Indonesia agar mempersenjatai diri antara lain dengan kelengkapan pengetahuan dan wawasan yang kuat, guna menghadapinya.

Bilamana tidak, ujar warga dari Perumahan Villa Mas, Blok A/11, Jl Dr Harun Nomor 3, Kelurahan Kotabaru, Tanjungkarang Timur, Bandarlampung ini, bukan tidak mungkin, bangsa Indonesia termasuk anak muda didalamnya, bakal tidak dapat menjadi raja di tanah airnya, tidak siap jadi tuan rumah di negeri sendiri, tersingkir dan terkalahkan oleh dominasi orang dan produk asing!

Dan itu celotehan keren anak muda ini, dua tahun jelang tahun pemberlakuan rezim pasar bebas Asia Tenggara, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.

Si anak muda kala itu dikenal sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Bandarlampung 2011-2016. Dia juga pernah jadi Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) setempat.

Lainnya, dia didapuk jadi Wakil Sekretaris Majelis Pengurus Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila Provinsi Lampung. Juga politisi, dia Ketua DPD Partai Nasional Demokrat (NasDem) Bandarlampung, sebelum DPP mengamanatinya menjadi Sekretaris DPW Partai NasDem Lampung, berturut-turut di era tiga ketua DPW, yakni Mustafa sebelum tersangkut kasus rasuah, lalu Taufik Basari selaku Plt, dan Herman HN, saat ini.

Berlatar keluarga pengusaha papan atas, Direktur PT Subanus, Direktur Utama PT F Syukri Balak, dan perusahaan konstruksi lain ini juga pernah menjadi Ketua Komite Tetap Konsultasi Pembangunan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Lampung.

Lain dari itu, usai masuk daftar tokoh muda milenial yang sukses karir bisnis diperkuat sukses karir politik usai untuk pertama kali terpilih-terlantik sebagai satu dari total 85 anggota DPRD Lampung 2014-2019 dengan sekaligus pecahkan rekor peraih suara sah pemilih terbanyak dapilnya, Lampung I Kota Bandarlampung, yakni 24.197 suara.

Dia lantas kembali menunjukkan performa terbaik yang sama baik dengan performa capaian kursi parlemen partainya, dengan terpilih kali kedua sebagai legislator DPRD Lampung 2019-2024 dapil yang sama. Lalu, parpol pengusung menugasi dia menjadi Wakil Ketua IV DPRD Lampung.

Kembali menang pileg, terpilih-terlantik jadi satu dari 85 anggota dewan berdasarkan SK Mendagri Nomor 161.18-3824/2019 tentang Pengangkatan Anggota DPRD Provinsi Lampung periode 2019-2024, pun bareng Wahrul Fauzi Silalahi, Siti Rahma, Nuril Anwar, Imam Suhada, Mardiana, Budi Yuhanda, Asih Fatwanita dan Garinza Reza Pahlevi, delapan kompatriot separtainya.

Sarjana akuntansi Universitas Trisakti yang bertubuh atletis, pehobi olahraga lari dan jojing ini terpantau terus menampak jadi sosok legislator flamboyan, gemar menyapa konstituen tak saja kala reses dapil, ramah media, selalu punya solusi saat merespons suatu permasalahan. Dia, Fauzan Sibron.

Daya Saing Indonesia, Survei WCY

Nah, bertaut temali –bertemali dengan topik daya saing, competitiveness, seperti disinggung oleh Fauzan Sibron tersebut, bagaimana potret daya saing negara kita?

Oke, bestie. sekadar ilustrasi penajam pisau analisa, kita cuplik salah satu sajian data, daya saing Indonesia tahun 2021 berada di peringkat ke-37 dari 64 negara yang didata survei World Competitiveness Yearbook (WCY) 2021, versi Institute Management Development (IMD), bekerja sama dengan Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), mitra lokal IMD di Indonesia bersama Nu PMK, sekurun lima tahun terakhir.

Survei mengungkap, kendati Indonesia naik peringkat, dari posisi peringkat ke-40 pada 2020, namun sejatinya itu lebih disebabkan oleh penurunan daya saing negara lain. Dan
walau naik peringkat, namun posisi tersebut 2020-2021 masih lebih rendah dari capaian 2019, dimana Indonesia di peringkat 32.

Adapun, Indonesia masih kalah dari negara tetangga seperti Singapura di peringkat 5, Malaysia di posisi 25, Thailand di posisi 28.
Peringkat papan atas survei masih diduduki oleh negara-negara Eropa seperti Swiss sang jawara, Swedia peringkat 2, Denmark posisi 3, dan Belanda peringkat 4.

Meskipun secara total peringkat Indonesia meningkat, pada peringkat di negara Asia Pasifik, Indonesia tetap berada pada posisi 11 dari 14 negara, di atas India dan Filipina.

“Bisa dipahami, peningkatan peringkat Indonesia bukan sepenuhnya disebabkan peningkatan daya saing nasional, tetapi juga penurunan daya saing negara lain terutama akibat pandemi COVID-19,” ujar Managing Director Lembaga Manajemen FEB UI Willem Makaliwe, Agustus tahun lalu, dikutip dari Bisnis, dan dari laman resmi.

Mendampingi Willem, Senior Researcher LM FEB UI, Arza, menjelaskan, hasil penilaian peringkat berbasis pada dua pijakan, yakni analisis data-data kinerja perekonomian Indonesia sampai dengan tahun 2020, serta penilaian para pelaku usaha terkait persepsi kondisi lingkungan bisnis yang dihadapi.

Disebutkan, metode penilaian daya saing didasarkan dari penilaian empat komponen utama yang meliputi kinerja perekonomian, efisiensi pemerintahan, efisiensi bisnis, dan infrastruktur.

Data hasil survei, peningkatan peringkat Indonesia terlihat pada komponen efisiensi bisnis, dari peringkat 31 pada 2020 menjadi 25 di tahun 2021. Ini disebutkan, disebabkan oleh faktor pemengaruh utama optimisme untuk transformasi bisnis ke depan.

Lalu, dari efisiensi pemerintahan, yang naik dari posisi 31 di tahun 2020 menjadi 26 di tahun 2021, didukung oleh faktor kebijakan keuangan publik yang dinilai cukup efektif dalam merespons kondisi sulit pandemi.

Usai Arza, giliran Head of Research and Consulting LM FEB UI, Bayuadi Wibowo, menjelaskan penurunan dua komponen lainnya. Komponen kinerja perekonomian Indonesia tahun 2021 di posisi 35, menurun dari semula 26 di 2020. Ini didorong oleh kondisi ketenagakerjaan, perdagangan internasional, dan tingkat harga domestik.

Lalu, dari komponen infrastruktur, Indonesia ada di peringkat 57 tahun 2021 dari semula 55 di tahun 2020. Ini, disebabkan oleh picu faktor kesiapan infrastruktur kesehatan dan pendidikan dalam menghadapi pandemi.

Lantas, apa saja yang menjadi kekuatan dari masing-masing komponen sehingga peringkat Indonesia naik? Menjawab ini, Taufiq Nur, Senior Researcher LM FEB UI giliran bicara.

Untuk kinerja perekonomian, ada tiga aspek yakni pertumbuhan product domestik bruto (PDB), kestabilan harga bahan bakar minyak (BBM), pertumbuhan investasi. Sekaligus merinci kelemahan aspek, pada rendahnya PDB per kapita, rasio perdagangan terhadap PDB, serta ekspor jasa.

Pada komponen efisiensi pemerintahan, faktor kekuatannya meliputi penerimaan pajak dan efektivitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), kelemahannya terdapat pada prosedur memulai bisnis dan rasio cadangan mata uang asing per kapita.

Komponen efisiensi bisnis, faktor yang jadi kekuatan, pada pertumbuhan angkatan kerja, remunerasi profesional, dan akses pada layanan keuangan. Kelemahan, tingkat produktivitas tenaga kerja masih rendah.

Terakhir, komponen infrastruktur, yang jadi faktor kekuatan adalah komponen biaya telekomunikasi seluler, rasio pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT). Kelemahan, pada rendahnya jumlah paten dihasilkan, belum tersebarnya fasyankes (fasilitas layanan kesehatan), rasio pengguna komputer, pengeluaran kesehatan.

Kesahihan data survei IMD-LM FEB UI ini juga kembali dibunyikan, istimewa, oleh orang nomor satu di Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi), juga pada momen sama istimewa, Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI 2022), pada Senin 3 Januari 2022.

Presiden Jokowi menyebut, patut disyukuri. “Ranking competitiveness kita naik tiga peringkat, dalam posisi berat 2021 kita bisa naik tiga peringkat, ini patut disyukuri,” kata Jokowi, awal tahun ketiga era pagebluk ini.

Saat itu Jokowi juga mengafirmasi penaikan daya saing bisnis digital Indonesia tahun 2021, naik sama tiga peringkat di posisi 53. Kendati masih kalah dari negara ASEAN lain sebutlah Singapura di posisi 5, Malaysia di peringkat 25, Thailand di posisi 38 dunia. “Di bisnis kita peringkat 37, digital bisnis 53, naik 3 peringkat semuanya,” ujar Jokowi.

Ruyak pandemi, dahsyat daya rusak dan efek berganda –berlipat gandanya, bukan saja bagi koyak habis sistem ketahanan kesehatan dan sistem ketahanan ekonomi dunia sekaligus, tercatat 233 negara yang pernah memiliki riwayat terjangkit.

Kendati demikian, dengan segenap upaya, segenap catu daya, dan sistem pertahanan, perlindungan, kedaulatan masing-masing negara, baik secara sendiri-sendiri ataupun kemudian secara bersama-sama, bersinergi kolaborasi, menangani dan mengatasinya, ditengah situasi geopolitik dunia masih runyam efek perang militer Rusia-Ukraina, pemulihan, kebangkitan ekonomi masing-masing negara tetap jadi hal yang niscaya.

Ada saatnya antar negara saling bersaing, berkompetisi, dengan bekal dipersyaratkan antara lain seperti Fauzan Sibron sebutkan, dan ada pula saatnya saling berkolaborasi. Hari ini berkompetisi, esok hari kolaborasi.

Namun tetap, bangsa pemenang adalah bangsa yang berdaya saing. Tinggi. Di segala bidang. Bukan begitu, bestie? [red/Muzzamil]

Youtube:Lampungvisual.com

Loading