Dilantik, 43 DPD-DPC MASATA se-Indonesia, 7-9 Oktober Lampung Tuan Rumah FGD Kemenparekraf-MASATA

PANTAI GIGI HIU, LAMPUNG -- Alamak! Mashaallah, sungguh indah pesona tak tertahan eksotisme Pantai Gigi Hiu, Pekon (Desa) Pegadungan, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus, Lampung, yang acap disebut Pantai Pegadungan, Karang Pegadungan, atau Pantai Batu Layar, lantaran adanya deretan batu mengembang terlihat seperti layar perahu ini. Salah satu surga wisata bahari Lampung yang belum banyak tergali. | Bappelitbang Tanggamus
BANDAR LAMPUNG PROFIL & SOSOK
Logo MASATA. | masata.or.id

Dari itu, kiprah MASATA ingin turut berkontribusi menarahubungkan kepentingan kementerian/lembaga dan pemda di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif. “Dan ikut membangun sinergitas kolaborasi antar asosiasi/organisasi/perkumpulan pariwisata pusat dan daerah,” tekadnya, mengutip lima misi MASATA.

Lahir 4 April 2018 di destinasi utama pariwisata Indonesia, Denpasar Bali, MASATA mendeklarasikan diri sebagai wadah kaum profesional para pelaku, pemerhati, dan pecinta pariwisata yang memiliki kesamaan persepsi mendukung pariwisata berkelanjutan.

Menurut Panca, pascapandemi kelak, kepariwisataan akan jadi sektor utama penggerak peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, serta mengatasi pengangguran.

Adapun, terhadap kepariwisataan yang memelihara kelestarian lingkungan, alam, dan sumberdaya, MASATA yakini kepariwisataan akan turut memajukan kebudayaan, mengangkat citra, memupuk cinta tanah air, perkukuh jati diri, dan mempererat kebangsaan.

MASATA mendorong usaha pariwisata yang bangkit untuk menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan.

“Kumpulan usaha pariwisata saling terkait itu akan membentuk kembali industri pariwisata yang meningkatkan pendapatan negara,” ujarnya.

MASATA bercita-cita agar keseluruhan kegiatan pariwisata yang multidimensi, multidisiplin, dan melibatkan berbagai stakeholder itu saling mendukung dalam ujud sinergitas dan kolaborasi.
“Antar sektor, antar aktor,” tandasnya.

Sadar bahwa kepariwisataan akan berubah pascapandemi COVID-19, cetusnya, MASATA jadi perkumpulan yang berperan strategis dalam upaya menopang kebangkitan pariwisata Indonesia di tengah perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

“Di masa pandemi COVID-19, stakeholder kegiatan pariwisata harus saling mendukung agar industri pariwisata kita semakin tangguh melewati tantangan,” pungkasnya.

Secara profil, MASATA ialah sebuah organisasi non profit yang memiliki visi untuk menjadikan masyarakat Indonesia mensyukuri nikmat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan kekayaan alam yang indah dengan menjadikan industri pariwisata sebagai bagian yang bermakna dalam kehidupan sehari-hari bagi pemerintah, sektor swasta dan masyarakat Indonesia.

Dikutip dari laman resmi, visi MASATA menjadi organisasi pelaku, pemerhati, dan pencinta pariwisata Indonesia yang berkompeten dalam mendukung pariwisata berkelanjutan di Indonesia.

Didukung lima misi. Satu, memberikan kontribusi nyata untuk mendukung sektor pariwisata jadi penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia.

Dua, memajukan pariwisata berbasis masyarakat dalam meningkatkan harkat, martabat, dan ekonomi khususnya daerah tujuan wisata di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota.

Tiga, membangun desa, kawasan, dan destinasi wisata dalam peningkatan ekonomi kreatif masyarakat. Empat, sebagai narahubung kepentingan kementerian dan lembaga antar pusat dan daerah khususnya dalam bidang pariwisata serta ekonomi kreatif.

Dan, lima, membangun sinergitas dan kolaborasi antar asosiasi/organisasi/perkumpulan pariwisata di tingkat pusat dan daerah. [red/Muzzamil]

Loading