Dua Tahun Mustaqim Terkulai Lemah Berharap Perhatian Dinkes Lamteng

LAMPUNG TENGAH

Lampung Tengah, lampungvisual.com-
Hampir dua tahun lamanya bagaikan daun muda terkulai layu, akibat penyakit yang ia derita Mustaqim (7,5) harus terbaring di pembaringan tidak mampu beraktifitas.
Buah hati pasangan Budi Utomo dan Rosnauli warga Rt 01 Dusun 03 Sri Marga Rahayu Kampung Negara Bumi Udik Kecamatan Anak Tuha Lampung Tengah ini tak kuasa meratapi nasibnya.
Kondisinya sangat lemah diapun hanya mampu terbaring lemas tak berdaya diatas sehelai kasur tipis. Penyakit tersebut, bermula sekitar satu setengah tahun yang lalu tubuh Mustaqim mengalami kejang secara mendadak.
“Dulu Mustaqim ini seperti anak yang lain aktif, akibat kejang tubuhnya sekitar satu setengah tahun lalu. Malam itu ia belajar karena keesokan harinya akan masuk sekolah hari pertama, jadi dia belajar sampai larut malam, karena semangatnya belajar lupa waktu. Bangun pagi saya kaget istri teriak sambil menunjuk ke arah Mustaqim tubuhnya kejang dan tidak bisa bergerak karena panik saya minta tolong warga sekitar,”kata Budi Utomo (55) orang tua Mustaqim.
Budi bergegas minta tolong tetangga sekitar karena panik dan merasa tidak mampu, ia minta tolong agar anaknya dibawa ke rumah sakit. Ternyata setelah di rumah sakit tidak diketahui penyakitnya. Dan hanya tafsiran yang menurut keterangan dokter dugaan sementara Mustaqim mengidap penyakit epilepsi.
Kemudian Mustaqim dirujuk ke rumah sakit (RS) Abdul Moeloek Bandar Lampung.
“Sampai di rumah sakit penyakit anak saya ini apa belum juga diketahui. Hanya perkiraan-perkiraan saja, tapi menurut penelitian bukan. Akhirnya mau di rujuk ke rumah sakit Cipto Mangunkusumo karena kita tidak tahu dan tidak mampu makanya Mustaqim hanya di rawat jalan dirumah saja,”beber Budi.
Budi merasa untuk apa dibawa ke Jakarta, karena pihak dokter belum mengetahui penyakit apa yang diderita anaknya.
“Kami putuskan tidak berangkat ke Jakarta, lebih baik dirawat saja dirumah saja. Sekalipun dengan perawatan seadanya selama hampir dua tahun ini meskipun anak saya tidak bangun dari tempat tidur sama sekali,”terang Budi.
Mengingat biaya yang terlalu tinggi besarnya mencapai Rp 800 juta, obat tersebut harus dibeli dari Singapura. Karena obatnya tidak ada di Indonesia dan tidak ditanggung BPJS, biaya keberangkatan pun budi tidak mampu apalagi harus mencari uang sebesar Rp 800 juta.

Baca Juga:  Ir. Anang Prihantoro :Membangun karakter generasi emas berdasar Pancasila

Melihat buah hati sudah hampir dua tahun terkulai lebih hanya tinggal kulit dan tulang saja, Budi dan isterinya hanya mempasrahkan diri kepada yang maha kuasa untuk kesembuhan Mustaqim sebuah hatinya.
“Mungkin ini ujian dari Allah SWT, hati siapa yang tidak hancur sebagai orangtua melihat kondisinya seperti ini. Saya sering berkata kepada Mustaqim kalau kamu bisa sembuh dan cukup untuk biaya berobat akan saya jual rumah ini,”tutur Budi.
Sementara itu, ditempat yang sama Marwoto selaku Rt setempat menuturkan, dirinya selaku ketua Rt sudah berusaha dan berupaya demi kesembuhan Mustaqim. Berbagai cara agar mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah, tapi hasilnya nihil, karena hingga saat ini pihak Dinas Kesehatan maupun instansi lain belum ada yang menyikapi hal ini.
“Ya saya sudah berupaya menyampaikan kepada aparatur kampung yang membidangi masalah seperti yang dialami Mustaqim, tapi tidak ada tanggapan sampai detik ini, saya berharap kepada pemerintah khususnya Pemkab Lamteng untuk turun melihat dan membantu Mustaqim serta memberikan solusi untuk keluarga Budi,”tutup Marwoto.
Penulis : Iswan
Editor : Susan

 1,850 kali dilihat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.