Sebagai catatan, bisa jadi ceruk pasar luar biasa besar, menukil data Distan Pesawaran, dari total lebih dari 14 ribu hektar luas lahan persawahan produktif di Bumi Andan Jejama termasuk sedikitnya 390 hektar lahan cetak sawah baru per 2017, saat ini baru berkisar seperlimanya yang telah mengaplikasikan pemupukan tanaman dengan pupuk organik.
Sebagai kabupaten yang rajin mendaratkan raihan prestasi bidang agraria di berbagai tingkatan, semisal bidang pertanian, tanam padi bulan November sesuai target, bidang peternakan, inseminasi buatan (SIWAB) melebihi target tetapan pemerintah, bidang perkebunan mencanangkan desa mandiri kakao dan sebagainya, prospek pemanfaatan produk teknologi pupuk organik sebagai alternatif juga diproyeksi bakal cukup cerah.
Penelusuran, P2O Indonesia yang dimotori inventor Hendrawan Amirullah, berjejaring pemasaran di Sumatera sejak tahun 2012, mengklaim dua produknya, dekomposer dan nutrisi P2O, sebagai pupuk organik lengkap yang mengandung hara mikro penunjang kebutuhan tanaman, diformulasikan untuk mempercepat pertumbuhan tunas daun dan proses persemaian, memperbaiki struktur keasaman/pH tanah, menghindari penyakit gondok tanaman, membantu pengomposan lebih cepat, dan menghalau bau.
Formulasi teknologi organik P2O ini, diklaim merupakan penyempurnaan teknologi pupuk cair 100 persen murni organik yang dapat diaplikasikan bagi semua tanaman pertanian holtikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan, cukup dengan satu formulasi.
Disitat dari laman resmi juga aplikasi digital P2O Indonesia di Google PlayStore, ternyata korporasi yang juga telah bisa memproduksi beras organik ini, menyediakan dua bentuk pupuk cair dan padat. Soal harga, bisa dicek namun terhitung relatif terjangkau.
Secara profiling, pupuk nonkimiawi produksi Khansa Citra Buana ini diklaim bermanfaat bagi percepatan pertumbuhan vegetatif dan generatif, peningkatan unsur hara dan hasil pertanian, menghasilkan produk pertanian 100 persen organik murni dan bebas residu kimia, serta menghilangkan racun ekoli dan sanmonela.