Manfaatkan Bonggol Jagung, PLTU Punagaya Mampu Tekan Emisi 121.869 Ton CO2

Manfaatkan Bonggol Jagung, PLTU Punagaya Mampu Tekan Emisi 121.869 Ton CO2
SULAWESI

Dalam penerapan program co-firing, PLTU Punagaya memanfaatkan limbah domestik berupa bonggol jagung yang diolah sedemikian rupa untuk dijadikan bahan campuran batu bara dengan komposisi perbandingan 5:95.

Makassar, 17 Maret 2022 – PT PLN (Persero) memanfaatkan bonggol jangung untuk jadikan alternatif batu bara (cofiring) sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Punagaya, hal ini merupakan bagian dari upaya menurunkan emisi dan mendukung transisi energi.

General Manager PLN UIKL Sulawesi Munawwar Furqan mengatakan, PLTU Punagaya berkapasitas 2 x 100 MW merupakan salah satu PLTU dalam sistem kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan yang menerapkan cofiring. PLTU Punagaya memanfaatan limbah domestik berupa bonggol jagung sebagai bahan bakar alternatif campuran batubara guna peningkatan kualitas produksi listrik serta rantai pasok energi primer pada PLTU.

“PLN terus fokus dalam transisi energi melalui peningkatan bauran energi baru terbarukan dalam porsi pengembangan pembangkit kedepannya, selain itu PLN juga menerapkan green booster yang meliputi implementasi cofiring pada PLTU,” kata Munawwar.

Baca Juga:  Capai TKDN 64,24 Persen, PLN Rampungkan 26 PSN Ketenagalistrikan di Sulawesi Pada 2022

Dalam penerapan program cofiring, PLTU Punagaya memanfaatkan limbah domestik berupa bonggol jagung yang diolah sedemikian rupa untuk dijadikan bahan campuran batu bara dengan komposisi perbandingan 5:95.

“Program Cofiring PLTU Punagaya telah berlangsung sejak 10 Februari 2021 dan berhasil memanfaatkan kurang lebih 77,5 Ton limbah domestik masyarakat disekitar PLTU, harapan kami adalah supply chain bahan baku bonggol jagung sebagai bahan bakar alternatif campuran batu bara dapat terjaga,”  ungkap Munawwar.

Munawwar mengungkapkan, upaya penerapan cofiring tersebut berdampak pada penurunan nilai emisi karbon sebesar 121.869 ton CO2 dalam setahun sejak 2020 hingga 2021.

Angka penurunan diatas sesuai dengan capaian intensitas emisi PLTU Punagaya pada tahun 2021 yakni 1,002 ton CO2 per MWh atau lebih rendah dari Nilai Batas Atas (Cap) PLTU yang telah ditetapkan oleh kementrian ESDM yakni sebesar 1,013 ton CO2 per MWh.

Baca Juga:  Gunakan Listrik PLN, Peternak Ayam Milenial di Sulsel Bisa Hemat Puluhan Juta Rupiah

Menurutnya, angka penurunan ini didapat dari konsistensi PLN dalam menerapkan pola operasi yang baik pada pembangkitnya serta diterapkan metode cofiring pada PLTU Punagaya #1 yang memberikan dampak  bagi penurunan emisi karbon.

“PLN Punagaya juga berhasil melakukan Trading karbon kebeberapa Pembangkit PLTU milik PLN Lainnya,” ujarnya.

Dalam menjaga rantai pasok bonggol jagung, PLN  bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jeneponto dengan menggandeng masyarakat lokal setempat.

“Tujuan dari kerjasama tersebut adalah memanfaatkan limbah domestik masayarakat yang masih memiliki nilai ekonomis hingga pada akhirnya limbah domestik memiliki manfaat sebagai bahan bakar campuran batubara,” tutup Munawwar.

Narahubung
Gregorius Adi Trianto
Vice President Komunikasi Korporat PLN
Tlp. 021 7261122
Facs. 021 7227059

Baca Juga:  PLN Terangi Ratusan Kepala Keluarga pada Desa Terpencil di Sultra

Sekilas Tentang PLN
PT PLN (Persero) adalah BUMN kelistrikan yang terus berkomitmen dan berinovasi menjalankan misi besar menerangi dan menggerakkan negeri. Memiliki visi menjadi perusahaan listrik terkemuka se-Asia Tenggara, PLN bergerak menjadi pilihan nomor 1 pelanggan untuk Solusi Energi. PLN mengusung agenda Transformasi dengan aspirasi Green, Lean, Innovative, dan Customer Focused demi menghadirkan listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik. PLN dapat dihubungi melalui aplikasi PLN Mobile yang tersedia di PlayStore atau AppStore.

 392 kali dilihat