Pesta Sekura, Pesta Rakyat Bukan Hura-Hura (3)

Pesta Sekura, Pesta Rakyat Bukan Hura-Hura (3)
SEKURA BETIK -- Seorang peserta acara pesta Sekura, pada Syawal 1440 H medio 2019 lalu. Foto bidikan Endang Guntoro, Kabid Promosi Wisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lampung Barat. | Endang Guntoro/Facebook/Muzzamil
PROFIL & SOSOK

BANDARLAMPUNG-
Bestie, kini kita nukil balik artikel menarik traveler narablog Yopie Pangkey, local heritage enthusiast, pegiat komunitas minat khusus bidang pariwisata bentukan tahun 2016 yang kini telah hadir di 34 provinsi Tanah Air serta aktif membantu pengembangan desa wisata di Indonesia dari sisi promosi digital maupun edukasi, Generasi Pesona Indonesia (GenPI).

Yopie, pehobi fotografi ini saat ini tercatat salah satu pengurus GenPI Nasional asal Lampung dan juga Pemred Genpi.id, yang dihadirkan sebagai bagian upaya afirmatif komunitas GenPI terus membangun jejak digital serba positif terkait dunia pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) di Bumi Zamrud Khatulistiwa.

Baca Juga:  Berpulangnya Ibu Dua Sekjen, Hasto Kristiyanto dan Dedy Mawardi

Yang bila dihitung kasar, kini menghidupi sedikitnya 34 juta jiwa rakyat Indonesia pencari nafkah stelsel aktif didalamnya. Parekraf pun masuk rumus leisure economy.

Yopie, 29 Mei 2021 menulis, di Lampung Barat, daerah yang mengedepankan nilai luhur bergotong royong, ada banyak adat budaya yang masih bisa kita lihat nikmati hingga saat ini, Pesta Sekura yang unik dan meriah, salah satunya.

“Pesta Sekura adalah sebuah tradisi yang asal muasalnya dari perang saudara. Serta merupakan asimilasi budaya Hindu dan Islam,” kata kunci Yopie ihwal sejarahnya.

Dia mengilustrasikan, berbagai lakon yang diperankan pemuda desa hilir mudik di perkampungan. Membuat suara gaduh dengan berbagai peralatan yang mereka bawa. “Terkadang ember, centong, panci, gerabah, dan lainnya. Atau diiringi suara gamolan yang merdu.”

Baca Juga:  Hari Santri, Kang Aom Bocorkan Buku Baru, Abah Sujadi Ingatkan UU Pesantren

“Di hari itu semua orang bergembira. Tidak ada yang merasa terganggu dengan suara gaduh tersebut,” imbuh Yopie.

Apa itu Sekura? Kata ‘Sekura’ berasal dari bahasa setempat ‘sekura’ atau ‘sekukha’. Artinya, penutup wajah atau penutup muka. Ada dua jenis. Pertama, ‘Sekura Betik’, yakni penutup muka yang menggunakan kostum yang indah dan bersih. Biasanya, peserta pesta berkostum ini mengenakan kain miwang dan kacamata.

Kedua, ‘Sekura Kamak’, yakni penutup muka yang berbentuk aneh dan kotor. Biasanya, peserta yang berperan sebagai Sekura Kamak kenakan topeng terbuat dari kayu. Adapun, bentuk topengnya tidak simetris dan aneh. Plus kostum yang aneh-aneh. Seperti mengenakan dedaunan dan lainnya.

Baca Juga:  Indahnya Toleransi, Ramadan Pertama Di Negeri Bhinneka, Berbarengan Galungan

Makin tahun, pesona satu demi satu Sekura dikenakan, bak enggan lekang oleh zaman. Wah! Bersambung. [red/Muzzamil]

 442 kali dilihat