Sabet Gelar Juara Berkat Desain Jembatan Ombak

HOME

Surabaya, lampungvisual.com-
Mendesain jembatan khusus pejalan kaki tentu memberikan tantangan tersendiri. Pasalnya, disamping faktor estetis, rancangan yang dibuat juga harus mempertimbangkan ketepatan dan kekokohan jembatan. Tantangan inilah yang berusaha dipecahkan oleh tiga mahasiswa dari Departemen Teknik Sipil ITS. Berkat idenya, tim ini berhasil menyabet first runner up dalam kompetisi National Bridge Competition di Universitas Gadjah mada (UGM) pada 28 oktober 2018.
Kompetisi rancang bangun jembatan berskala nasional tersebut menantang pesertanya untuk mendesain jembatan yang inovatif sekaligus estetis, untuk diterapkan di Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Adalah tim beranggotakan Rain Sultan Al Hadiid, Nugraha Alfanda Wildan serta Cita Nanda kusuma yang mencetuskan ide untuk menggunakan desain ornamen ombak sebagai tema jembatan.
Rain Sultan Al Hadiid menjelaskan, desain ombak sengaja dipilih karena menunjukkan ciri khas geografis dari Kabupaten Kulon Progo. Menurutnya, untuk menonjolkan ikon dari suatu daerah tidak harus diangkat dari kebudayaan setempat, sebagaimana yang dilakukan banyak tim lain. “Kebanyakan tim memilih ornamen batik sebagai ikon Kulon Progo yang ingin diangkat, jadinya malah terlihat mainstream karena banyak yang pakai,” paparnya antusias.
Dalam desain jembatannya, lanjut Sultan, timnya juga menyertakan elemen pemecah gelombang berupa struktur beton berkaki empat atau tetrapod. Diakuinya, struktur beton ini memang lebih banyak digunakan pada jembatan pejalan kaki dibandingkan untuk jembatan penyebrangan kendaraan bermotor. “Sesuai dengan fungsinya, rancangan ini juga dilengkapi dengan pengaman berupa pegangan di sepanjang jembatan,” ujar mahasiswa angkatan 2017 ini.
Disamping unggul dari segi desain, jembatan karya tim Gareng 86 ini juga unggul dalam aspek efisiensi segmen. Sultan mengaku timnya hanya memerlukan empat buah segmen untuk merakit jembatannya. Jumlah ini sekaligus tercatat sebagai penggunaan segmen paling sedikit diantara tim lain. Adapun waktu yang diperlukan untuk merampungkan rakitan jembatannya ini juga terbilang singkat, hanya sekitar dua setengah jam saja. (Christian Saputro)
Sumber  : SP
Editor    : GS

 566 kali dilihat

Tagged

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.