Satu-Satunya Mantan Bupati Sekaligus Walikota, Pairin Santun Hingga Akhir Hayat

Selamat Jalan, Achmad Pairin -- Mendiang Achmad Pairin
Selamat Jalan, Achmad Pairin -- Mendiang Achmad Pairin. (Dok-LV)
BANDAR LAMPUNGDAERAHPROFIL & SOSOK

Bandar Lampung (LV) — Duka kehilangan menggelayuti keluarga, kerabat dekat, rekan sejawat hingga segenap lapisan rakyat Bumi Beguwai Jejamo Wawai Kabupaten Lampung Tengah (Lamteng), dan Bumi Sai Wawai Kota Metro, Lampung.

Bupati ke-14 Kabupaten Lamteng periode 2010-2015, sekaligus Walikota ke-3 Kota Metro periode 2016-2021, terakhir juga menjabat Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golongan Karya (Golkar) Kota Metro, Achmad Pairin, meninggal dunia.

Achmad Pairin dikabarkan meninggal dunia dalam masa perawatan medis intensif usai terserang sakit pada bagian perutnya, dengan gejala klinis mulas sejak dua pekan sebelumnya. Dia tutup usia pada umur 72 tahun, mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) Tanjungkarang, Bandarlampung, Minggu (27/2/2022) sekira pukul 07.13 WIB.

Kabar duka ini sontak merebak jagat maya, jua penjuru dua wilayah pernah dipimpinnya. Usai dibawa, jenazah almarhum kemudian disemayamkan di rumah duka, Kampung Adijaya, Kecamatan Terbanggi Besar. Lurik kain sedang sekira ukuran sprei nomor dua dengan motif epik Tapis Lampung, tampak menutupi jenazahnya saat disemayamkan. Aura duka amat bermagnitudo.

Jenazah dikebumikan pada hari ini juga, di kompleks pemakaman yang tak jauh dari rumah duka, tepat pukul 12 siang. Sadar pandemi, pentakziah yang hadir pun rerata kenakan masker pelindung pernapasan.

Pria bergaya sisir rambut khas ini merintis karir sejak jadi PNS, dan pernah menjabat Camat Terbanggi Besar. Pun saat lampau, juga lama dikenal sebagai seorang mantri kesehatan. Dia, ayah kandung dari Wakil Bupati Lamteng saat ini, dr Ardito Wijaya.

Pairin meninggalkan seorang istri, Heryanti, dan empat orang anak: si sulung dr Ardito Wijaya, dr Dwi Evayanti, Ranu Hari Prasetyo, dan si bungsu Kurniadi.

“Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rojiun. Pemerintah Kota Metro turut berduka cita atas meninggalnya Bapak H. Achmad Pairin, S.Sos (Walikota Metro periode 2016-2021),” warta lara unggahan akun ofisial media sosial Facebook dan Instagram Pemerintah Kota (Pemkot) Metro, pada Minggu pagi.

“Semoga Allah mengampuni segala dosanya, serta amal dan ibadahnya diterima di sisi Allah SWT. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan,” berikut kata belasungkawa, disitat diakses dari Bandarlampung, pada hari yang sama.

Ucapan senada, juga disemayamkan oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah. Semasa hidupnya, saat memimpin Lamteng, almarhum tercatat bupati produk politik pilkada langsung kedua pascareformasi.

Diketahui, Lamteng yang resmi berdiri 26 Juni 1959 berdasar UU 28/1959 dengan ibu kota pertama di Metro kurun 1957-1999 lalu dipindah ke Gunung Sugih sejak 1999 pasca pemekaran wilayah buah otonomisasi daerah pasca-Orde Baru, dulu kabupaten terluas kedua di Lampung meliputi wilayah saat ini Lamteng sendiri, Lampung Timur dan Metro, hingga terbit UU 12/1999 yang memekarkan Lamteng menjadi ketiganya.

Baca Juga:  TMMD Ke-109 tahun 2020 Kodim 0410/KBL Lakukan Pembangunan Pos Kamling

Era Orde Baru, mulanya Lamteng meliputi satu Kota Administratif (Kotif) Metro, dua lembaga pembantu bupati (kewedanaan) di Gunung Sugih dan Sukadana (kini ibu kota Lampung Timur), 24 kecamatan, dan 504 desa/kelurahan.

Lantas berdasar Peraturan Pemerintah 46/1999 lahir Kecamatan Terusan Nunyai, pemekaran Terbanggi Besar. Menyusul sebulan dari itu, giliran Kabupaten Lamteng dimekarkan berdasar UU 12/1999 hingga semula seluas 9.189,50 km², kini tersisa sekitar 4.789,82 km². Nyaris separuh.

Pemekaran pertama jadilah Lampung Timur, hingga Lamteng berkurang 10 kecamatan: Batanghari, Jabung, Labuhan Maringgai, Metro Kibang, Pekalongan, Purbolinggo, Raman Utara, Sekampung, Sukadana, Way Jepara. Pemekaran kedua terbentuk Kodya Metro ibukota sebelum. Lamteng berkurang dua kecamatan, Bantul dan Metro Raya.

Praktis, kurun 1999-2001 Lamteng hanya 13 kecamatan: Gunung Sugih (ibu kota baru), Bangunrejo, Kalirejo, Padangratu, Punggur, Rumbia, Seputih Banyak, Seputih Mataram, Seputih Raman, Seputih Surabaya, Terbanggi Besar, Terusan Nunyai, Trimurjo.

Lanjut tiba pemekaran kecamatan berdasar Perda Lamteng 10/2001, ada 13 kecamatan baru: Anak Tuha, Bandar Mataram, Bandar Surabaya, Bekri, Bumi Nabung, Bumiratu Nuban, Kotagajah, Pubian, Selagai Lingga, Sendang Agung, Seputih Agung, Way Pengubuan, Way Seputih. Menyusul lahir Kecamatan Anak Ratu Aji (Perda Lamteng 6/2005) dan pemekaran kecamatan terakhir Putra Rumbia (Perda Lamteng 15/2006).

Mendiang Pairin jadi pelaku sejarah majukan bentang spasial salah satu kabupaten yang terkurung daratan (land lock district) di Lampung ini, terletak sekitar 57,85 km dari Bandarlampung, dengan rentang kendali 28 kecamatan terdiri atas 314 desa dan 10 kelurahan se-Lamteng, saat dia bupati.

Untuk pengingat, bupati setempat sejak 1945 hingga kini berturut-turut Burhanuddin Amin (1945-1948), Zainabun Djajanegara (1948-1952), R Syahrie Djajoyo Abdinegoro (1952-1957), Syamsudin V Djajamarga (1958-1959), Mohpian Caropebuka (1959-1960), Hasan Basri Darmawijaya (1961-1967), Achmad Sajoeti (1967-1972), Zainal Arifin Djayanegara (1972-1973), Imam Praboe (1973-1978), R Soekirno (1978-1985), Suwardi Ramli (1985-1990 dan 1990-1995), dan Herman Sanusi (1995-2000).

Berikutnya, Andy Achmad Sampurnajaya (2000-2005 dan lanjut jadi produk politik pilkada langsung pertama pascareformasi, 2005-2010, didampingi wakil Musa Ahmad kelak bupati, Andy Achmad sendiri mundur lantaran ikut Pilgub Lampung 2008), lanjut mendiang Achmad Pairin (2010-2015), Mustafa (17 Februari 2016-12 Februari 2018, diberhentikan usai vonis perkara korupsi ditangani KPK), Loekman Djoyosoemarto (20 September 2018-26 September 2020 lanjut 5 Desember 2020-17 Februari 2021), kini Musa Ahmad (2021-2026) didampingi wakilnya Ardito Wijaya, putra mendiang.

Baca Juga:  Kegiatan non Fisik TMMD ke-109 TA. 2020, Kodim 0410/KBL Sosialisasi Narkoba

Sekurun itu, dikutip dari Wikipedia, tercatat nama Subekti Jayanegara selaku Pelaksana Harian (Plh) Bupati (1985), Mustafa selaku Pelaksana Tugas (Plt) Bupati (2015) saat Pairin mengundurkan diri ikut Pilkada Metro 2015, Edarwan selaku Penjabat (Pj) Bupati kurun 15 November 2015-17 Februari 2016, Loekman Djoyosoemarto selaku Plt Bupati kurun 12 Februari-20 September 2018 usai Mustafa tertangkap KPK, Adi Erlansyah selaku Penjabat Sementara (Pjs) Bupati kurun 26 September-5 Desember 2020.

Memutuskan kembali ke daerah asal, mendiang Pairin pamit dari Lamteng, ikut bertarung dan menang terpilih-terlantik sebagai Walikota Metro 2016-2021. Dia mendapuk Djohan, mantan wakil walikota era Lukman Hakim, jadi pasangan wakilnya.

Pairin yang pada 12 Januari lalu baru saja genap berusia 72 tahun, lahir di Metro. Di kota lima kecamatan 22 kelurahan yang berhari lahir 9 Juni 1937 dan resmi berdiri pada 9 Juni 1999 berdasar UU 12/1999 itu.

Masa kecil hingga Pairin remaja banyak dia habiskan di sini. Tercatat, Pairin lulus dari Sekolah Rakyat SR tahun 1962, lanjut ke SMP Xaverius Metro lulus 1966, dan SMA Yos Sudarso Metro lulus 1969. Sekian tahun, 25 tahun kemudian dia lulus sarjana S1 FISIP Universitas Saburai –kini Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai (USBRJ) pada 1994.

Sama pengingat, berturut-turut pernah menjabat walikota setempat, yaitu Mozes Herman (2000-2005), Lukman Hakim (dua periode 2005-2010 dan 2010-2015), Pairin (2016-2021), dan kini dr Wahdi (2021-2026).

Pada kurun itu, tercatat nama Joko Umar Said selaku Plt Walikota pada 2004-2005, Achmad Chrisna Putra sebagai Plt Walikota kurun 20 Agustus 2015-17 Februari 2016, dan Misnan selaku Plt Walikota tersingkat kurun 17-26 Februari 2021.

Pairin juga tercatat pernah turut merasakan keseruan dan pahit getir hingga berhak sandang terpilih-terlantik sebagai anggota DPRD Provinsi Lampung 2009-2014. Meski kemudian, setahun menjabat, Partai Golkar mengamanatinya ikut kandidasi elektoral Pilkada Lamteng 2010 yang dia menangkan.

Sisi lain, Walikota Metro saat ini, dr Wahdi Siradjuddin, Sp.OG (K), saat Pairin menjabat pernah diganjar penghargaan atas peran serta dan dedikasinya dalam pencapaian prestasi Kota Metro sebagai Pelaksana Inspeksi Visualisasi Asam Asetat (IVA) Terbaik Madya Nasional dengan Inovasi “DO IVA” tahun 2018 lalu.

Tak pelak, kepergian mendiang menyulut lembar kenangan banyak orang. Beragam lapisan, dari pejabat dan mantan pejabat, ASN, kalangan politisi dan DPRD, awak media, mantan ajudan, pegawai honorer, hingga eksponen Muli Mekhanai. Sontak bersegera terkenang akan kesantunannya.

Baca Juga:  PCL kedatangan KH.Abbas Billy Yachsi dari Cirebon 

Orang nomor satu di Lampung, Gubernur Arinal Djunaidi juga hadir melayat. Bupati Lamteng Musa Ahmad didampingi Sekda Nirlan, Walikota Metro dr Wahdi Siradjudin, tampak diantara para pelayat. Wajah sedih menyembul keharuan.

Pun saat tegar sang putra sulung Ardito Wijaya, berbicara saat prosesi serah terima jenazah almarhum Pairin dari pihak keluarga kepada Pemkab Lamteng. Ardito atas nama keluarga yang ditinggalkan, dengan tulus meminta maaf atas segenap kesalahan almarhum pada semasa hidupnya.

“Semoga dibukakan pintu maaf dari semua masyarakat atas kesalahan almarhum, dan semoga dikiranya turut didoakan agar beliau diterima di sisi-Nya,” ujar Ardito, tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih atas besarnya rasa simpati dan empati dari seluruh lapisan masyarakat yang turut serta mewakafkan waktu untuk ikut hadir dalam proses pemakaman mendiang ayahanda.

Dan per obituari, dari sekian banyak kata belasungkawa, redaksi pilih ketengahkan salah satu diantaranya.

Tyas Pambudi, mantan wartawati kini ASN di Diskominfo Kota Metro, misalnya, unggahan belasungkawa di media sosialnyi, Minggu, tak ragu menyebut sosok almarhum Pairin merupakan “seorang pemimpin dengan pembawaan yang santun dan bersahabat”.

“Telah berpulang ke Rahmatullah bapak Achmad Pairin, seorang pemimpin dengan pembawaan yang santun dan bersahabat (khususnya saya pribadi),” tulis Tyas.

“Dulu, setiap ketemu saya selalu tanya, “Tyas kapan nikah?”, dengan nada yang seperti bestiee saya jawab, “bentar lagi pak, tapi bapak jadi saksinya ya”. Beliau jawab, “ndak usah jadi saksi, nanti kondangan aja yang banyak,” tulisnyi mengenang.

“Sedikit memories bersama beliau yang selalu saya ingat, meski setelah berhenti jadi kuli tinta sangat jarang menyapa dan bercanda bersama beliau. Semoga husnul khotimah pak, ditempatkan di sisi Allah yang paling baik. Alfatihah dan Yasin, Inshaallah selalu saya hadiahi buat bapak. Itulah yang sanggup saya berikan sampai kini buat bapak. Aamiin,” tulis Tyas penuh takzim.

Redaksi Lampungvisual.com turut melayangkan ucapan duka mendalam. Semoga almarhum diterima di sisi terbaik Allah SWT, semoga segenap ahli musibah ikhlas dan tabah melepaskan kepergiannya.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Demikian petuah bijak.

Selamat jalan “Pakdhe” Achmad Pairin. [red/Muzzamil]

 668 kali dilihat

Tagged