Sukseskan Transisi Energi, PLN Siapkan Sistem Pembangkit Listrik EBT yang Fleksibel

Sukseskan Transisi Energi, PLN Siapkan Sistem Pembangkit Listrik EBT yang Fleksibel
JAKARTA

Jakarta, 30 November 2022 – PT PLN (Persero) menyiapkan sistem pembangkit listrik yang fleksibel dalam menopang transisi energi di Indonesia. Pembangkit fleksibel ini dinilai penting agar pasokan listrik selalu andal selama 24 jam.

Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN, Evy Haryadi mengatakan salah satu faktor penting menyukseskan program transisi energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT) adalah, menyiapkan teknologi yang bisa mengakomodasi bauran sumber daya EBT untuk masuk dalam sistem PLN.

Sehingga, lanjut Haryadi, yang pertama kali mesti dipecahkan adalah perhitungan supply dan demand listrik dari EBT.

“Dulu fluktuasi hanya dari segi demand listrik. Begitu menggunakan pembangkit EBT, fluktuasi juga terjadi dari sisi supply. Karena kita tahu matahari nggak bersinar terus dan angin adakalanya berhenti berembus. Sehingga kita butuh pembangkit yang fleksibel agar pasokan listrik selalu tersedia 24 jam,” paparnya pada sela agenda Indonesia National Electricity Day 2022 di Jakarta (29/11).

Baca Juga:  Puan Apresiasi Masyarakat Sipil Bantu Wujudkan UU TPKS

Lebih lanjut ia menjelaskan, pembangkit fleksibel ialah pembangkit listrik yang dapat mengantisipasi sifat intermiten pada bauran EBT. Sehingga, dapat meminimalisasi dampak perubahan kondisi cuaca terhadap keandalan pasokan listrik.

PLN telah melakukan berbagai inovasi guna mendorong transisi energi fosil ke EBT, di mana pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021 – 2030 porsi EBT mencapai 51,6 persen dari keseluruhan pembangkit dalam sistem PLN.

“Seperti yang telah direncanakan, kami akan mengurangi emisi karbon melalui peningkatan pemanfaatan EBT. Nah, saat ini kami sedang menyiapkan bagaimana EBT ini bukan hanya andal dan efisien, tetapi juga terjangkau oleh masyarakat,” ungkapnya.

Baca Juga:  Dukung Gelaran IIMS 2023, PLN Tampilkan Berbagai Inovasi Ekosistem Kendaraan Listrik

Dalam rancangan PLN, saat ini Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) punya potensi besar karena biaya produksinya rendah dan juga sangat fleksibel. Tantangan pengembangannya terletak pada potensi lokal air/hidro yang terbatas.

Sedangkan untuk pembangkit listrik berbasis panas bumi (PLTP) masih terkendala infrastruktur dan biaya operasionalnya tinggi.

“Saat ini PLN mengandalkan PLTA dan PLTP sebagai pembangkit listrik yang fleksibel. Ke depan, dengan semakin variatifnya EBT yang masuk dalam sistem PLN, kita semakin membutuhkan pembangkit yang fleksibel. Mengingat sebagian besar pembangkit fosil kita gunakan sebagai base load,” tambahnya.

Target yang dicanangkan PLN sampai 2030, EBT mampu menghasilkan 20,9 Giga Watt (GW) dari total 40,6 GW daya listrik PLN. Dengan rincian PLTA 10,4 GW, PLTS 4,7 GW, PLTP 3,4 GW, dan 2,5 GW dihasilkan dari pembangkit EBT lainnya.

Baca Juga:  Ketua DPR RI Minta Anggaran Covid-19 Juga Digunakan untuk Perlindungan Anak

Saat ini, PLN tengah membangun Smart Micro Grid dengan manajemen pembangkit dan distribusi yang terdigitalisasi.

“Kami juga membangun Smart Micro Grid untuk meningkatkan pemanfaatan EBT di daerah terisolasi. Jadi, perlu saya tegaskan lagi bahwa transisi energi adalah kesempatan untuk bangsa ini mengambil alih masa depan,” tutupnya.

Narahubung
Gregorius Adi Trianto
Executive Vice President Komunikasi Korporat dan TJSL PLN
Tlp. 021 7261122
Facs. 021 7227059

 263 kali dilihat