Yuk, Intip “Jeroan” iWareBatik

(Tangkapan layar batik motif Mahkota Siger, satu dari empat motif batik khas Lampung dalam aplikasi IWareBatik karya Puspita Ayu Permatasari dkk, diluncurkan bertepatan HUT ke-75 RI. | iwarebatik.org)
PROFIL & SOSOK

BANDARLAMPUNG-
Diksi impresif ini dipilih membuka halaman muka laman iwarebatik.org, aplikasi digital batik karya Puspita Ayu Permatasari dkk, mahasiswi program doktoral Teknologi Informasi Komunikasi untuk Warisan Budaya Tak Benda dan Pariwisata, Università della Svizzera Italiana (USI), Lugano, Swiss, asal Indonesia.

“Batik Indonesia. Pesona Wastra Nusantara. Kebanggaan Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO sejak 2 Oktober 2009.”

(Tangkapan layar batik motif Gamolan, satu dari empat motif batik khas Lampung dalam aplikasi IWareBatik karya Puspita Ayu Permatasari dkk, diluncurkan bertepatan HUT ke-75 RI. | iwarebatik.org)

Diselancari, seperti diakses dari Bandarlampung, Rabu (19/8/2020), penjelasan seputar epitemologi batik, menu kalimat pertama. “Definisi Batik, sebuah istilah yang diberikan pada tekstil tradisional yang dibuat dengan teknik rintang malam menggunakan lelehan lilin malam panas dan pewarna alami,” bunyinya.

Dilanjutkan, “Kain Batik memiliki kekhasan pola dan ornamen yang rumit, serta sarat dengan nilai-nilai filosofis yang mencerminkan identitas bangsa Indonesia.”

Dari sekian banyak pengertian, Puspita dkk dibantu dua jejaring kontributor konten ilmiah laman ini, Asosiasi Sobat Budaya, dan Bandung Fe Institute, Indonesia, memilihkan literatur berikut.

“Kata “Batik” berasal dari bahasa Jawa yaitu dari kata ‘Amba’ berarti “lebar”, serta ‘nithik’ yang berarti “menuliskan titik-titik”. Secara terminologi arti kata Batik menjelaskan sebuah proses melukis titik pada kain yang lebar.”

Dilanjutkan, “Dalam literatur sejarah kitab kuno Kakawin 870 AD, kata Batik juga merupakan turunan dari frasa ‘mbathik manah’, yang berarti “menggambar dengan sepenuh hati”.

Laman juga menjelaskan, durasi pembuatan 1 bulan hingga 2 tahun per tekstil tergantung pada kerumitannya.

Kalimat kedua, Nilai Budaya Adiluhung. “Batik sarat akan nilai seni budaya adiluhung, sehingga dinobatkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009.”

Disebutkan laman, UNESCO mengakui signifikansi budaya yang begitu luar biasa pada seni batik, dimana pemeliharaannya menjadi sebuah tanggung jawab bersama bagi generasi sekarang dan masa depan untuk semua umat manusia.

Baca Juga:  Rambut Panjang Cerminan Harapan Yang Panjang

Poin Nilai Budaya Adiluhung #1 ihwal Tradisi Bersejarah (5000 B.C-21 C), menjabarkan. “Teknik rintang malam diperkirakan sudah ditemukan sejak 5000 Sebelum Masehi (SM) – 2600 SM. Teknik ini kemudian masuki kepulauan Indonesia melalui dari pedagang India-Gujarat yang melakukan kontak dengan penduduk lokal selama masa kejayaan periode perdagangan Jalur Sutra Maritim di abad 2-15 Masehi.”

Pada abad ke 6-8, tekstil batik dibatasi untuk digunakan pada keluarga bangsawan, terutama di kalangan kerajaan. Sejak saat itu, praktik budaya membatik ini telah diturunkan dari generasi ke generasi hingga hari ini.

Lalu, poin Nilai Budaya Adiluhung #2 tentang Filosofi Motif, menjelaskan, “Batik memiliki makna semiotik dan simbolik intrinsik, motif sakral harus digunakan oleh orang-orang tertentu dan dalam acara-acara tertentu (raja, pernikahan, acara-acara kenegaraan, dan lain-lain).

Misalnya, “motif Sidomulyo adalah salah satu motif klasik Jawa, yang khusus digunakan untuk kostum pengantin wanita dalam pernikahan kerajaan Jawa. Ini melambangkan harapan baik bagi pemakainya untuk mencapai kemuliaan, keluarga yang harmonis, dan status sosial yang sangat dihormati.”

Setiap motif batik yang dikembangkan di setiap daerah mengandung kearifan lokal yang kaya, sejarah, dan nilai-nilai sosial budaya yang ada di masyarakat setempat.

Pengunjung kemudian disuguhi tiga jenis batik Nusantara berdasar faktor historiografinya. Yakni, Batik Agraris, Batik Keraton, dan Batik Pesisir.

“Jelajahi Evolusi Motif Batik dari Abad ke Abad. Akses Tautan Linimasa Batik Berikut ini!” laman coba mendetailkan.

Berikut poin Nilai Budaya Adiluhung #3 tentang Keunggulan Teknik Membatik. “Produksi batik bisa memakan waktu hingga satu bulan hingga 2 tahun tergantung pada tujuan pembuatan tekstil dan kompleksitas prosesnya.”

Baca Juga:  Ki Joko Bodo Meninggal Dunia, Pemakaman Dilakukan di Jakarta

Proses memproduksi satu tekstil, urai laman, terdiri dari 6-8 langkah mulai dari mendesain, pola lilin pada kain, perendaman dengan pewarna alami/sintetis, pewarnaan pola, penutupan lilin penuh, penghilangan lilin dengan air panas dan dingin, fiksasi warna dengan larutan alami, pengeringan dan finishing.

“Proses ini diulang untuk setiap skema warna sampai hasil yang diinginkan diperoleh. Para seniman menggunakan Canting, yaitu alat untuk menorehkan lelehan lilin panas untuk membuat pola pada kain,” detailnya.

Sebuah video kolase 2,02 menit kanal berbagi video Youtube Indonesia Batik, ditaut di menu Proses Produksi Batik.

Lalu poin Nilai Budaya Adiluhung #4 tentang Keistimewaan Pemakaian Batik. “Nilai-nilai sosial-budaya yang menarik dari masyarakat Jawa kuno dapat dilihat dari penggunaan batik, terutama dalam fase kehidupan tertentu seperti pernikahan, kelahiran, kenaikan pangkat, dan lain-lain.”

Selain itu, batik juga dikenakan untuk menunjukkan simbol status sosial pemakainya pada acara-acara besar.

Saat ini, batik telah diadaptasi dan banyak digunakan sebagai pakaian sehari-hari di semua kalangan masyarakat Indonesia. Pemakaian batik di masa kini pun mengadaptasi  gaya tradisional dan desain modern.

Karakteristik aturan pemakaian batik dapat bervariasi sesuai dengan tema acara sosial, seperti yang terlihat di beberapa (tiga) tautan terakses, yaitu Batik untuk Acara Keraton dan Upacara Sakral, Batik untuk Acara Formal, dan Batik untuk Kegiatan Santai.

Memungkasi panorama halaman utama, admin laman menampilkan lima jejaring pendukung aplikasi, yang disebutnya, Partners.

Secara transliteratif, “Situs web ini dipersembahkan dengan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelestarian (preservasi) Batik UNESCO Intangible Cultural Heritage of Humanity 2009.

Berturut-turut berikut logo, ada United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) Chair in Information and Communication Technology to develop and promote sustainable tourism in World Heritage
Sites, bertempat di Università della Svizzera Italiana (USI) Lugano, Swiss.

Baca Juga:  Bersatu, Bangkit, Tumbuh, Hidup Pemuda!

Lalu, eLab – eLearning Lab USI, dan Indonesian Cultural Digital Library, Jakarta ditaja Asosiasi Sobat Budaya dan Bandung Fe Institute. Serta tentu Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan, atau Indonesia Endowment Fund for Education Republic of Indonesia.

“Let’s Preserve Batik and its Exceptional Cultural Values for Future Generations”. UNESCO Intangible Cultural Heritage of Humanity in 2009,” ujung halaman utama laman aplikasi, yang kontak developer-nya memiliki alamat surat elektronik korespondensi di [email protected] itu.

Lebih lanjut, jika kita mengklik tombol petunjuk menu halaman tersedia enam dashboard menu pilihan. Yakni pilihan bahasa (bilingual, Inggris-Indonesia), Batik Indonesia, Tradisi Berbusana, Daerah Batik, Situs Pariwisata, Situs UNESCO, dan Tentang iWareBatik.

Bagi warga Bumi Ruwa Jurai Lampung, agaknya perlu nih kepoin dashboard Daerah Batik. Disana, di subdashboard Sumatera (bagian) Selatan, terdapat empat motif batik lokal khas Lampung.

Meliputi, Mahkota Siger, Gamolan, Pohon Hayat, dan Gajah Way Kambas.

Wah, warga Lampung turut berbangga ya? Jika demikian, teghemo kasih; teghima kasih; njengkepi parikan; nerima nihan; terima kasih, Puspita. Terima kasih iWareBatik. Merdeka! [red/Muzzamil]

 2,299 kali dilihat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.