Bangkitlah, Jangan Ragu Balik Arah, Asah Kembali Anak Panah

Bangkitlah, Jangan Ragu Balik Arah, Asah Kembali Anak Panah
Mural kedai UMKM kuliner kopi, stan Anjungan Kabupaten Lampung Tengah pada Lampung Fair 2022 lalu. Foto dibidik 29 Oktober 2022 dini hari. | Muzzamil
BANDAR LAMPUNG

Bandar Lampung (LV) –
Hendak disebut sambilan produk keisengan, tapi kok bisa jadi buku laris bahkan terbit hingga cetakan ketiga per akhir tahun lalu, ini dia kisah inspiratif perjuangan Sabri Rasyid, penulis buku kisah sukses kisah gagal, plus kisah menang menangis, potret jatuh bangun pulih bangkit nada nadi usaha ekonomi produktif selama gulung pasang surut tiga gelombang pandemi COVID-19, dari sekitar 30-an pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) narainspirasi bukunya, Tara Cape’.

Terinspirasi dari proses membersamai, lahir kemudian buku yang ‘kurleb’ berarti tidak pernah lelah, alias gak ada capeknya, ini. Sabri secara impresif lantas merangkumnya jadi 20 strategi jitu mengembangkan bisnis, buah pemikirannya melukiskan berbagai upaya dan usaha tak pernah lelah puluhan pelaku UMKM untuk maju dan bangkit.

Jika hapal lirik lagu manis Sempurna yang dipopulerkan satu-satunya band papan atas yang pakai nama backbone, Andra & The Backbone, pun dikulik tiada habis, sisi unik sisi terbaik dari pengarusutamaan pemberdayaan dan pelindungan UMKM, satu-satunya backbone, tulang punggung perekonomian nasional yang telah terbukti teruji tahan banting, digebuk tiga periode krisis, 1998, 2008, dan pagebluk 2020-2021.

Sebagaimana disitat dari reportase jurnalis Solopos, Afifa Enggar Wulandari, dieditori Anik Sulistyawati, Selasa 13 Desember 2022, dan tayangan video perbincangan Sabri pada diskusi virtual Di Balik Dapur Buku Tara Cape’, di akun ofisial media sosial YouTube Espos Live pada hari yang sama, diakses ulang di Bandarlampung, Rabu (25/1/2023).

Berikut dua saja dari ke-20 strategi jitu versi Sabri Rasyid, Assistant Vice President (AVP) External Communication PT Telekomunikasi Indonesia/Telkom (Persero) Tbk ini tersebut.

Yang diperoleh dari hasil amatan sebagai pemerhati, riset telaahan, kunjung lapang pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, 25 September 1968 ini, selama pergulatan lima tahun lebih ketat berkutat dalam program pembinaan dan inkubasi UMKM Tanah Air selaku Koordinator Rumah BUMN.

Strategi pertama, asah kembali anak panah. Maksud Sabri, pebisnis perlu menajamkan fokus dalam keberlangsungan bisnis.

Kedua, jangan ragu balik arah. Maksud dia, saat ada produknya yang tak laku atau tak mendapatkan ruang pikat di hati konsumen untuk sekadar jajal beli borong berujung jadi langganan bahkan saudara.

“Pelaku UMKM bisa mengevaluasi strategi dan produknya. Hilangkan keraguan untuk melihat riwayat ke belakang,” jitu dia.

Sabri notabene Koordinator Rumah BUMN, dari awal berdiri. Melalui Rumah BUMN ini, ruang sinergi kolaborasi seluruh BUMN dalam membina UMKM untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas, dia menjumpai pelbagai cerita pelaku UMKM di penjuru Indonesia, kurun 2015-2017 lalu.

“Rumah BUMN salah satunya bertujuan membentuk ekosistem ekonomi digital. Tapi nyatanya masih ada berbagai hal yang harus disiapkan UMKM, misal bagaimana membangun model bisnis, produk, merek, kemasan, cerita atau value dibalik produk,” papar Sabri, menyebut meski bukunya cuma menampilkan 30-an UMKM, dari pengalaman bertugas dia telah membina sedikitnya 3.500 UMKM selama 2012-2017.

Sabri, selama berkarir di Telkom sejak 1993 antara lain pernah diganjar penghargaan The Best Account Manager PT Telkom untuk Divisi Regional (Divre) Sumatera ini, juga menguak hal menarik terkait isu seksi pascadisrupsi ala Revolusi Industri 4.0 dan bahkan Society 5.0, bahwa ada pula pelaku UMKM yang menilai, proses bisnis mereka tak melulu harus ujug-ujug di-digitalisasi.

“Saya menemukan cerita teman UMKM, UMKM kita tidak harus langsung digitalisasi. Ada hal-hal yang harus disiapkan, dibangun produknya, mereknya, kemasannya, cerita terhadap produknya itu,” ulasnya.

Dari pergumulannya membina dan jadi pemerhati UMKM, kepada moderator diskusi Sabri mengaku lebih suka bertemu UMKM yang sempat terpuruk, babak belur. Bukan yang telah cuan gede, sukses raya? Apa pasal?

“Dari situ, kami dan UMKM binaan itu bisa belajar bersama bagaimana harus bangkit. Mulai dari tips, strategi produksinya, lalu pemasaran, dan manajemen,” sergahnya.

Disiplin administratif juga menjadi satu hal yang bisa dilakukan pelaku UMKM, imbuh dia. “Misalnya, memisahkan antara modal, laba, dan kebutuhan rumah tangga,” ulas Sabri jelenterehkan preferensinya bertemu pelaku UMKM yang per awal babak bingkas.

“Kita sama-sama belajar. Akhirnya setahun dua tahun Alhamdulilah bisnisnya naik. Jadi tipsnya apa, strateginya apa,” ucapnya jua.

Mantan Sekretaris Indonesian Management Association (IMA) Kota Makassar, Sulawesi Selatan, dan pernah didaulat Pemerintah Kota Makassar bantu rumuskan branding kota ini pada 2005 silam, juga kisahkan pengalaman dia hingga berujung buku lahir.

“Dari bergaul, banyak dapat pengalaman dengan pelaku UMKM, saya diminta buat kurikulum pembinaan UMKM. Berangkat dari itu perhatian saya terhadap bisnis UMKM makin menguat. Kemudian saya dapat usul ide dari seorang rekan, mengapa saya tak tulis saja semua pengalaman dan kurikulum itu jadi sebuah buku,” tutur dia.

Baca Juga:  94 Penyimbang Menyambangi Kediaman Alzier

Lain sisi, dia terpikir pengetahuan yang tak dituangkan dalam wujud tulisan takkan bisa abadi. Itu dia motivasinya menuliskan. Meski lumrah beroleh kritik nun tak jadi sandungan dia terus go ahead. Berbagi pengalaman dan pengetahuan seluk beluk bisnis UMKM.

“Sederhananya jiwa raga Anda bisa mati, tapi buku kita akan hidup selamanya. Orang akan dapat ilmu, buku kita akan disebut. Akhirnya saya termotivasi,” dia filosofis. Dia menyebut rasa tak percaya diri yang muncul sebelum publikasikan tulisan, itulah ‘musuh’ penulis. Ketakutan lahir dari diri sendiri.

Berujung cair, kini buku Tara Cape’ bahkan naik cetakan ketiga? “Saya sendiri awalnya nggak pede. Apa ada yang mau baca, mau beli,” jujurnya tertawa. Namun, semangat dan komitmen untuk berbagi pengalaman membuat lulusan Teknik Elektro Universitas Hasanuddin 1992 ini, yakin untuk menulis.

Sepertinya pria rendah hati, diselusuri, Sabri telah sejak lama dikenal “giat menulis buku pemasaran,” tulis SWA, Februari 2006.

Sebelum so sweet, sebagai profesional korporat, Sabri Rasyid kenyang pengalaman juga lampaui masa sulit. Sekadar ilustrasi, kurun Flexi, produk telepon tetap nirkabel berbasis CDMA diperkenalkan ke publik tahun 2003, saat dipromosikan jadi Manajer Flexi PT Telkom Divre VII Makassar, dia juga ikut dapati kenyataan pahit.

Kartu perdana TelkomFlexi cuma terjual dua atau empat nomor saja, di kota sebesar Makassar! Kening pun mengernyit.

Berbenah, dua pekan survei ditemukenali, ternyata semua kegiatan komunikasi tidak menggunakan nuansa lokal. Berikutnya, dia rumuskan tiga strategi jitunya. Apa saja?

“Saya buat kegiatan komunikasi yang lebih membumi. Jargon saya ubah jadi Nyamana Pake Flexi,” kata Sabri, pun menekankan jajaran agar dalam sosialisasi produk baru ini digenapi penjelasan product knowledge Flexi cocok bagi konsumen yang butuh dua alat komunikasi, GSM dan Flexi. Musabab, ada mispersepsi kehadiran Flexi seolah mau gusur gantikan GSM, akibatnya konsumen mereaksi negatif. Ini strategi pertama.

Kedua, dia bangun komunitas profesional beranggota General Manager dan manajer korporat di Makassar. Komunitas lantas jadi pintu promosi dan tribun pemasaran Flexi.

Strategi ketiga, maksimalkan jurus bundling of idol, dia mempromosikan band indie lokal Art2tonic, yang identik dengan sisi otentik banyak gunakan bahasa daerah setempat, salah satu hits Merah Kuning Hijau (secara tak langsung menggambarkan warna Flexi).

Alhasil booming di Makassar, Art2tonic pun mulai go nasional. “Ini tentu ikut dongkrak penjualan Flexi karena membeli Flexi akan memperoleh CD-nya. Strategi ini penting karena berhubungan dengan sisi emosional terhadap masyarakat setempat,” tutur dia.

Jauh sebelum kelak Telkom memutuskan Flexi dikelola divisi tersendiri: Divisi Telkom Flexi per 1 Juli 2009, hingga secara nasional berhenti beroperasi sebagai jaringan CDMA 4 Oktober 2014: kartu aktif tersisa dimigrasi ke Kartu As dan kartuHalo Telkomsel, dari sukses Sabri pasarkan Flexi ini: setelah itu penjualannya melesat sampai 200 persen lampaui target yang dibebankan ke dia, dia pun diganjar penghargaan Manajer Terbaik Telkom Divre VII Indonesia 2005.

Sekadar info, “Tara Cape’; 20 Strategi Jitu Membuat UMKM Tetap Cuan dan Unggul di Tengah Pandemi”, terbitan Brave Books Publishing 1 Mei 2021, tebal 37+146 halaman berbanderol Rp134 ribu ini banyak diulas, media menyebutnya, buku yang membahas kisah hebat owner UMKM yang tetap survive di tengah pandemi.

Hal menarik lain yang Sabri bedah disini soal adaptasi model bisnis kala lilit krisis. Kita ingat, pagebluk COVID-19 bikin semua lini kena gebuk. Memang, pasang surut kondisi usaha, banyak pebisnis alaminya. Berbagai level UMKM, usaha besar pun multinasional.

Tapi, tak semua pelakunya bisa bertahan (resilien) atau meningkatkan omzet saat sedang pasang surut. Yang bisa dilakukan pelaku usaha bertahan dan meningkatkan omzet di tengah dinamisnya keadaan pasar, salah satunya: adaptasi. Lantas, apa yang dimaksud adaptasi bagi pelaku usaha?

“Adaptasi atau penyesuaian diri bagi pelaku usaha adalah upaya yang harus dilakukan ketika pebisnis menemui hambatan serta kondisi baru. Adaptasi bisa dilakukan lewat berbagai cara dan di semua segmen usaha, mulai dari tahap produksi, distribusi, hingga penjualan,” terang Sabri.

Adaptasi proses produksi, bisa dilakukan pelaku usaha apabila menemukan cara atau alat baru untuk membantu meningkatkan barang yang dibuat. Kemudian, sebut dia, distribusi juga bisa diubah-ubah caranya sesuai kebutuhan pelaku usaha.

“Sebagai contoh, di awal berjualan bakso, seorang pedagang hanya mengandalkan pemasaran dagangannya melalui jualan keliling atau menunggu pengunjung datang ke kedainya. Tetapi, setelah itu pedagang bisa berimprovisasi dan mulai menjajaki kerja sama dengan perusahaan antar-jemput makanan untuk mempermudah pengantaran dan pemesanan bakso.”

“Pelaku usaha nggak perlu ragu beradaptasi atau banting setir apalagi saat hadapi masa sulit, yang ditandai menurunnya penjualan dan omzet,” saran dia, merinci tiga hal bisa diperhatikan pelaku usaha supaya proses adaptasinya berjalan lancar.

Baca Juga:  Polresta Bandar Lampung Tangkap 3 Pelaku Curas

“Pertama, pebisnis harus tahu apakah produk yang dijual bisa mudah diubah dan dimodifikasi demi mengikuti perkembangan pasar? Kedua, keberadaan jaringan usaha harus diperhatikan demi memaksimalkan proses adaptasi yang berjalan,” sebutnya
lanjut poin ketiga, yakni pelaku usaha harus mengoptimalisasi aset yang dimiliki demi melakukan proses perubahan secara lancar.

Ada banyak pelaku usaha, terbukti sukses beradaptasi dan keluar dari masa sulit. Kesuksesan ini juga dialami beberapa pebisnis ketika menghadapi pandemi COVID-19 yang terjadi sejak Maret 2020.

Sabri mencontohkan, kisah UMKM Sambal Congor asal Depok Jawa Barat yang sukses beradaptasi (dijauhkan dari kata gulung tikar) dengan menjual produk makanan beku (frozen food) selama situasi kahar. Perubahan dilakukan karena UMKM Sambal Congor merasa susah menjual produknya dengan model konvensional masa pandemi.

Contoh lain dia, sukses UMKM Vandeesa menjual produk masker dan sajadah travel selama pandemi. Dua produk ini Vandessa seriusi sebagai cara bertahan selama ujian pandemi, saat segala aktivitas segenap mobilitas manusia harus serba dibatasi.

Saat pembeli sepi, suntik Sabri, “Jangan ragu untuk banting setir. Sepinya pelanggan bukan jadi akhir segalanya. Menjadi reseller produk orang lain dengan memanfaatkan jaringan bisnis yang dimiliki adalah salah satu solusi cerdas. Bangun bisnis baru, kenapa tidak?” Sabri, disitat dari bukunya.

Dari itulah, bagi yang belum tergerak bangkit demi terpulihkannya kembali roda perikehidupan sosial ekonomi keluarga dan karyawan atau buruh/pekerja pun mitra rantai pasok hingga mitra frontliner garis depan distribusi dan penjualan produk, baik diminta tidak diminta, dibangunkan tidak dibangunkan, dilirik tidak dilirik diperhatikan.

Sedikitnya, sambung rasa Sabri, hasil dari proses membersamai: UMKM yang tengah dan bahkan telah terpuruk jatuh ke nadir kebangkrutan, hingga turut jadi saksi hidup proses menggairahkan ‘si dan sang’ UMKM bangkit menyeruduk balik pagebluk hingga kemudian dengan seizin Allah, atas berkat rahmat Dia dengan didorong keinginan kuat yang luhur akhirnya berhasil jua melepaskan lilitan dan berhak membatin tengadahkan kedua tangan: “ya Tuhan, karenaMu aku bangkit, karenaMu aku kuat bertahan.”

Maka bergegaslah, selaku kapten bersegera menambal kebocoran lambung kapal demi agar “kapal goyang, kapten, kapal goyang” tak terulang.

Sebab pelajaran mahal pandemi baru lalu, dari Teh Keke pedagang seblak sudut kota, sampai bos besar pabrik sepatu Nike di sudut lain kota, semua berada hadapi tiga empat gelombang pandemi yang sama.

Pun di Lampung, dengan membilang bidang data sekira 3,5 tahun lalu atau 7 purnama sebelum ditemukenalinya kasus konfirmasi positif COVID-19 pertama di Tanah Air pada 1 Maret 2020, penetapan status pandemi global COVID-19 oleh WHO 11 Maret 2020, penetapan statusnya sebagai bencana nasional nonalam di Indonesia pada 13 Maret 2020. Per Agustus 2019, terdapat 168.938 unit UMKM terdaftar di Lampung, selain 5.346 koperasi (2.114 stelsel aktif).

Mari membanding, membidang data rilis Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Lampung sebagaimana bunyi keterangan pers kepala dinas Samsurijal Ari, Januari 2021, dikutip, UMKM penerima hibah program bansos Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yakni Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) di Lampung ada 232.800 unit: 91.379 unit via BRI, 141.421 unit via BNI. Penaikannya melonjak sekitar 63 ribu lebih.

Berselang purnama kesembilan, merujuk data keterangan Gubernur Lampung Arinal Djunaidi pada pidato sambutannya pada acara pencanangan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI): Lampung Begawi 2021 pada 9 September 2021, tersebut data baru hasil pengkinian, ada 192.234 unit UMKM termasuk industri kecil menengah (IKM) Tanah Lada. Menurun sekitar 40 ribu lebih.

Apa pun itu, sedemikian senyatanya sekali pun, kesemua pelaku ekonomi kerakyatan ini, sesedikitnya itu pula serbaneka kisah perjuangannya meringis kembang kempis, bertahan Senin Kamis, sebagian kibarkan bendera putih tanda menyerah sebagian lain kibarkan merah putih berseru jangan menyerah, sehingga dengan tidak sama sekali mengurangi derajat pemuliaannya, seperti Ketua APINDO Lampung Ary Meizari Alfian pernah sebut, peran dan peranan besar UMKM mendorong pertumbuhan perekonomian di Indonesia, selayaknyalah semua pengampu kebijakan dan pemangku kepentingan, tergerak bersama, bergerak bersinergi mendorong kemajuan UMKM untuk terus tumbuh, tumbuh bertumbuh.

“Saat ini kita bertopang sangat besar pada UMKM kita,” Ary membedah pisau analisa asosiasi profesi dia pimpin, yang kemudian (kini telah) melajukan taja program tematik sinergi dan kolaborasi ekosistem inovasi pentaheliks “Bina UMKM Merdeka” yang usai diejawantah praksismenya tahun lalu.

Memasuki tahun ini, memantik sinergi dua provinsi (bareng APINDO Sumatera Selatan) dan dikabarkan menyusul lainnya, pun dilirik peminatan kolaboratif pihak Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah II Palembang, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Baca Juga:  Tatap Muka dengan Polwan, ini yang Dipesan Kapolresta Bandar Lampung

Rencana, per linimasa, Bina UMKM Merdeka Batch III Semester I-2023, digeber kurun Februari-Juni 2023, diikuti 150 UMKM-IKM peserta hasil kurasi asal Lampung dan Sumatera Selatan, melibatkan 90 mentor praktisi bisnis/profesional korporat, 18 PTN/PTS, dan 750 mahasiswa interdisipliner.

Guyub bareng garap demi membuatnya kian bertaji, contoh kiprah ini genapi kiprah nasional sebelum, diluncurkannya per Juni 2020 terus berderap hingga kini, program unggulan APINDO UMKM Akademi. Ditiup peluit, tongkat komando digamit langsung Ketua Umum APINDO Hariyadi Sukamdani.

Data 2021 mencatat UMKM Indonesia ada 64,2 juta unit, berkontribusi 61,07 persen setara Rp8.573,89 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, serap dan beri lapangan kerja 97 persen tenaga kerja yang ada (sekitar 117 juta jiwa).

Dari itu publik menilai kesatuan gerak, pun halnya aksi nyata KADIN Indonesia, salah satunya menggeber Gerakan Kemitraan Inklusif untuk UMKM Naik Kelas, diluncurkan Presiden Jokowi 3 Oktober 2022, bagian perkuatan UMKM sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia demi memperkuat perekonomian nasional maupun daerah.

Ketua Umum KADIN Indonesia Arsjad Rasyid meyakinkan, program dibesut jadi fokus, demi memajukan UMKM Indonesia agar dapat naik kelas, sehingga dapat lebih memperkuat perekonomian Indonesia dan dapat mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Semangat pentingnya menguatkan sinergi kolaborasi KADIN Indonesia dan pemerintah pusat-daerah mewujudkan Indonesia Maju melalui UMKM kuat, perekonomian daerah dan nasional kuat ini, juga Arsjad gelorakan jadi tema raya Rapimnas KADIN Indonesia 1-2 Desember 2022 lalu.

Rapimnas sukses mewujud jadi forum berbagi, berkolaborasi dan diskusi antara pengusaha nasional-daerah besar-kecil, terkait pemulihan dunia usaha dan ekonomi Tanah Air pascapandemi, serta mengukur keberhasilan kinerja dan langkah pemulihan ekonomi telah dijalankan kurun 2022. Plus, penguatan kembali 4 pilar KADIN Indonesia: penguatan kesehatan, pengembangan ekonomi daerah, peningkatan kewirausahaan dan kompetensi, perbaikan internal KADIN Indonesia dan regulasi.

Rapimnas 2022, KADIN kemas maraton untuk buat jejaring bisnis yang kuat untuk mendorong prospek produktivitas dunia usaha dan perekonomian nasional, serta menjadi penguatan konsolidasi internal usai Presiden Jokowi terbitkan Keppres tentang KADIN Indonesia di bawah kepemimpinan Arsjad Rasjid sebagai KADIN yang diakui sekaligus jadi mitra strategis pemerintah.

Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Organisasi, Hukum dan Komunikasi KADIN Indonesia, Yukki Nugrahawan Hanafi, ketua penyelenggara, H-2 Rapimnas bilang, penguatan konsolidasi internal KADIN Indonesia akan makin perkuat langkah dan kinerjanya kian fokus bantu pemerintah memulihkan ekonomi, membuka lapangan kerja yang mengarah kesejahteraan rakyat.

“Keppres KADIN Satu juga akan membuat KADIN Daerah tak lagi terpecah, kembali menyatu fokus pada KADIN Indonesia yang diakui pemerintah,” jelas Preskom Dewata Freight International, Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) ini.

Pengingat, Rapimnas, KADIN jadikan forum pengumpulan pendapat soal situasi kondisi ekonomi nasional dan global serta langkah yang mesti disiapkan, pertemuan Ketum KADIN Indonesia masa ke masa guna saling berbagi pandangan dan pengalaman serta berikan masukan pointers situasi kondisi ekonomi nasional-global serta langkah penyiapan, perumusan strategi sinergi kebijakan pemerintah pusat-daerah terkait penguatan ekonomi dan investasi nasional.

Soal UMKM, seperti keterangan terpisah sebelum, Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Perekonomian KADIN Indonesia Franky Oesman Widjaya 17 November 2022, menyebut, UMKM Indonesia yang saat ini berjalan dapat menjadi rujukan dunia.

Menilik kontribusi digdayanya terhadap PDB nasional, UMKM Indonesia menjadi pondasi ekonomi nasional kala hadapi pandemi dan resesi global. Sebab itu, ujar Franky, UMKM harus dirangkul, harus dipeluk.

“UMKM kita ini, kita juga harus embrace,” ujarnya simpatik, selain menyebut sinergi pemerintah, swasta dan pelaku usaha akan membuka peluang lebih banyak UMKM naik kelas dengan bantuan permodalan, pendampingan usaha, hingga akses pasar.

Demi bermaksud membidik harapan agar UMKM Indonesia berjuta warna, satu hari Menteri Koperasi UKM Teten Masduki secara berseloroh pernah bilang, dia ingin imaji publik tak lagi menilai UMKM melulu identik dengan keripik, batik, dan batu akik.

Kembali ke UMKM sebagai backbone, atau kekuatan penggerak (driving force) bahkan, pun kerja raksasa seluruh anak bangsa urai bottleneck balik meja dan di lapangan, demi pemajuan, pelindungan, dan pemuliaannya.

Kembali pada atribusi pesan Sabri Rasyid. Pengalaman (masihlah) guru terbaik. Tara Cape’, pertajam fokus, jangan ragu toleh balik risalah. Asah kembali anak panah, jangan ragu balik arah.

[red/Muzzamil]

 143 kali dilihat

Tagged