Bikin Bangga, 4 Motif Batik Khas Lampung Mentereng di iWareBatik

Tangkapan layar batik motif Gajah Way Kambas, satu dari empat motif batik Lampung dalam aplikasi IWareBatik karya Puspita Ayu Permatasari dkk, diluncurkan bertepatan HUT ke-75 RI. | iwarebatik.org
BANDAR LAMPUNGPROFIL & SOSOK

BANDAR LAMPUNG, (LV) —

Sedikitnya empat motif batik lokal khas Lampung dapat dijumpai dalam dua jejaring platform aplikasi digital batik iWareBatik.

Baik di laman iwarebatik.org, maupun di menu Google Play Store, iWareBatik, karya inovatif Puspita Ayu Permatasari dkk, mahasiswi program S3 Teknologi Informasi Komunikasi untuk Warisan Budaya Tak Benda dan Pariwisata, Università della Svizzera Italiana (USI), Lugano, Swiss, asal Indonesia, yang diluncurkan tepat perayaan HUT ke-75 RI 17 Agustus 2020, dari Bern, Swiss.

Keempat motif bernama familiar itu yakni Mahkota Siger, Gamolan, Pohon Hayat, dan Gajah Way Kambas.

Pembaca, jika Anda telah mengunduh gratis di gawai Android kesayangan, aplikasi dilengkapi kecerdasan buatan ini bisa mengenali motif batik sedang Anda kenakan. Cukup kirim foto, akan ada notifikasi kemudian. Sementara, baru berlaku bagi empat motif, Merak, Kawung, Ampiek, dan Parang.

Dicuplik dari narasi tunggal halaman utama iwarebatik.org, diakses Kamis (20/8/2020), dalam menu dashboard Daerah Batik, dari 34 nama provinsi se-Indonesia, di subdashboard Sumatera (bagian) Selatan, tinggal klik nama Lampung. Oke.

Usai diklik, informasi dasar bertuliskan judul menu, Laman Utama / Daerah Batik – Peta Interaktif / Lampung.

“Informasi Daerah. Jelajah Batik di Lampung,” keterangan plus tiga foto, ‘Gabungan Tenun Tapis dan Batik di Lampung’ (sumber Pesona Indonesia), ‘Batik Siger di Lampung’ karya juru foto
Dimas Prasetyo, dan ‘Mahkota Siger, simbol wanita bangsawan menjadi inspirasi motif Batik di Lampung’ karya fotografer Evi Indrawanto.

Peselancar kemudian akan bersua judul, Kemuliaan Seni Keraton. “Motif batik di Lampung dipengaruhi oleh akulturasi budaya Buddha dan Islam, misalnya, Motif Hayat atau juga dikenal sebagai Pohon Kehidupan.”

Baca Juga:  Hari Ke-3 Ramadhan, Sobat Mustafa Bagikan 100 Paket Takjil

Motif Pohon Kehidupan, memiliki makna filosofis yang mendalam bagi masyarakat Lampung. Menandakan Pohon Surga, kekuatan abadi, maskulinitas, dan simbol kehidupan. “Motif ini biasanya dipakai sebagai sarung untuk wanita,” diterangkan.

Judul berikut, Nilai Sosial Budaya Batik di Lampung. “Menurut sejarawan Sumatera, RM Ali Hanafiah, tradisi batik pada awalnya dibawa oleh orang Jawa yang menetap di Lampung.”

Produsen lokal mempertahankan produksi tekstil batik, bersama dengan kain tenun Tapis, yang merupakan kain khas yang dikembangkan di Lampung.

Selain Pohon Kehidupan, salah satu motif batik paling terkenal di Lampung adalah Mahkota Siger.

“Mahkota Siger adalah simbol wanita bangsawan di Lampung pada zaman kuno. Motif mahkota juga mewujudkan motif Pohon Kehidupan dan mewakili kekuatan, kelembutan, dan keindahan seorang wanita sebagai tokoh penting dalam keluarga,” terus laman, lengkap dengan foto ilustrasi keempat motif.

Pertama, motif Mahkota Siger. “Siger adalah nama mahkota bagi wanita bangsawan Lampung di zaman kuno. Motif ini simbol feminitas, kekuatan, dan keanggunan seorang wanita.”

Bagi masyarakat Lampung, perempuan sangat terlibat dalam semua kegiatan, terutama kegiatan rumah tangga. Di belakang kelembutan wanita, ada kerja keras, kemandirian, kegigihan, dan kualitas feminin.

“Meskipun masyarakat Lampung sendiri mengikuti pola garis patrilineal atau bapak, sosok perempuan itu penting, baik sebagai inspirasi bagi anak-anak maupun pendorong kesuksesan hidup pasangan mereka.”

Kedua, motif Gamolan. “Motif ini menggambarkan Gamolan, alat musik bambu dari Lampung yang berbeda dari gamelan Jawa. Motif ini dibuat sebagai upaya mempromosikan alat musik lokal ke masyarakat luas. Motif gamolan dapat ditemukan di Lampung Barat dan Way Kanan.”

Baca Juga:  Gubernur Apresiasi Krui Pro Masuk 100 Calendar of Events Kementerian Pariwisata 2019

Ketiga, motif Pohon Hayat. Penjelasan persis sama dengan keterangan pada judul Kemuliaan Seni Keraton di atas.

Keempat, motif Gajah Way Kambas. “Motifnya menggambarkan cagar alam Lampung, Way Kambas, cagar alam dilindungi, berfungsi sebagai pusat konservasi gajah. Untuk komunitas Hindu, gajah melambangkan Airlangga, yang merupakan dewa kebijaksanaan dan pengetahuan.”

Nah, menarik bukan? Kita berlanjut ke menu Kampung Batik di Lampung.

Didahului prakata, Workshop Batik. Desa Batik adalah daerah di mana para produsen batik sebagian besar tinggal, membuka lokakarya, memamerkan produk-produk batik mereka.

“Anda dapat membeli tekstil batik dari pengrajin langsung dan berpartisipasi dalam proses pembuatan batik di situs tersebut.”

Selanjutnya, selain mengarahkan kita untuk sekadar menilik profil salah satu sentra produksi kerajinan batik terpilih, Griya Batik Gabovira, kelolaan Gatot Kartiko, Kemiling, Bandarlampung, laman juga memuat dua video singkat, dari kanal berbagi video Youtube.

Yakni, video visualisasi 1 menit profil batik Lampung dari ofisial Youtube iWareBatik tajuk Discover Lampung. Dan dari kanal pribadi Joana Kathreen, tajuk Batik Siger Batik Lampung.

Plus selayang pandang kekayaan alam Lampung. Ilustrasi foto Pantai Gigi Hiu karya Joe Wongkar, turut jadi latar. “A Piece of Wild Paradise Lampung”.

Foto-foto destinasi wisata terpajang, dari kekokohan Tugu Menara Siger Bakauheni Lampung Selatan, eksentrik Rumah Adat Pekon Kenali Lampung Barat, hening garang Gunung Anak Krakatau (GAK), hijau Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), hingga eksotisme Pulau Pahawang.

Menutup, kritis pertanyaan, apa yang bisa dilakukan melalui media laman?
Waktu akan larut membantu jawab, seiring laju matang kebijaksanaan.

Lewat tangan Puspita dkk, iWareBatik diharapkan ke depan bukan hanya jadi media arsipasi digital batik an sich –sekadar etalase digital alih-alih, namun bisa dijadikan salah satu jembatan, harapan lebih.

Baca Juga:  Rombongan Mahasiswa Technopreneur IIB Darmajaya Kunjungan ke Startup Game

Jembatan penghormatan abadi atas pengakuan Batik Indonesia sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and the Intangible Heritage of Humanity) oleh UNESCO, pada 2 Oktober 2009.

Sesuai ajuan proposal File Nomination Batik Indonesia Reference No. 00170, 2009 dari Pemerintah Indonesia kepada UNESCO, 4 September 2008.

Setelah layak sandang, memenuhi tiga (kode 1-3-5) dari lima domain warisan budaya tak benda, standar kualifikasi berdasarkan Konvensi Internasional Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda Manusia, atau Convention for Safeguarding Intangible Culture Heritage Humanity, 2003.

Meliputi, (1) tradisi dan ekspresi lisan termasuk bahasa sebagai wahana warisan budaya tak benda, (2) seni pertunjukan, (3) kebiasaan sosial, adat istiadat masyarakat, ritus dan perayaan-perayaan, (4) pengetahuan dan kebiasaan prilaku mengenai alam semesta, dan, (5) kemahiran kerajinan tradisional.

Semoga ke depan, iWareBatik bisa jadi bagian baru perbendaharaan jembatan peradaban. Dengan (sementara baru ada) empat batik motif khas Lampung didalamnya, ikut jadi pemikat andalan.

Bravo Batik Lampung, Bravo Batik Indonesia, Bravo iWareBatik. Teruslah epic, teruslah profetik. Merdeka! [red/Muzzamil]

 4,472 kali dilihat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.