Doa dan Berusaha untuk Desa Tertinggal

JAWA TIMUR

Tulungagung,lampungvisual.com –

Mugkin, dari semua kegiatan dalam pengerjaan fisik maupun non fisik tak menyadari diballik dari kekompakan antara sopir molen dan sopir angkong ada yang begitu berat dirasakan oleh sopir angkong. Dia, selain sebagai sopir juga sebagai kenek juga kuli.

Sungguh satu pekerjaan sopir yang begitu berat. Namun, karena didukung oleh kompak dan kerjasama yang baik, maka semuanya itu tak terasa bagi sopir angkong, karena sopir angkong seperti tidak merasakan apa yang dia lakukan karena untuk kepentingan bersama maka semua itu tiada rasa berat baginya.

Baca Juga:  Karyono Tak Sabar Tempati Rumah Barunya

“Namun dari sisi yang lain, ketika kita menjalani kehidupan nyata jangan terus menjadi sopir angkong, kenek maupun kuli, jadi bagaimana harus dapat bangkit untuk lebih maju pada kehidupan yang mapan. Seperti halnya desa, jangan terus tertinggal, tetapi harus bangkit dan bagaimana untuk menjadi yang lebih baik dalam menjalani kehidupan.” Jelas Kapten Dwi Hari, Sabtu (18/7/2020).

Rona kehidupan memang berwarna namun jangan terus menyerah. Tinggal bagaimana kita terus berusaha dan berdoa untuk merubahnya. Desa yang tertinggal harus mampu untuk berubah mengikuti waktu dan perkembangan, jangan hanya mandek ditempat karena kemalasan. Bagaimana pemimpin harus mampu membawa perubahan, jangan hanya didiamkan saja atau apa adanya ketika melihat kemandekan orang yang dipimpin atau wilayah yang dipimpinnya tidak berkembang.

Baca Juga:  Pendistribusian Bansos, Satgas TMMD Bojonegoro Tetap Ingatkan Protokol Kesehatan

“Dengan seperti itu, warga tentu tidak mampu mengembangkan sendiri tanpa dukungan dari semua pihak. Untuk itu peran pemimpin harus di depan, siapa yang memilihmu dan siapa yang tidak memilihmu, semua adalah rakyatmu. Maka untuk menjadikan desa maju harus bekerja bersama sama dan dengan tekad yang kuat,” pungkasnya. (*)

 410 kali dilihat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.