Gagas Metropolitan Bandarlampung Raya, Ini Isi Webinar ITERA

Gagas Metropolitan Bandarlampung Raya, Ini Isi Webinar ITERA
Suasana Webinar "Tantangan dan Manajemen Pengembangan Metropolitan Bandarlampung Raya (Balameka Pringtata), Konsepsi dan Langkah Realisasi' taja Pusat Riset dan Inovasi (Purino) Metropolitan, Institut Teknologi Sumatera (ITERA), pada Kamis (24/3/2022). | dok. ITERA
BANDAR LAMPUNG

Gagas Metropolitan Bandarlampung Raya, Ini Isi Webinar ITERA
BANDARLAMPUNG, (LV)
Pusat Riset dan Inovasi (Purino) Metropolitan, Institut Teknologi Sumatera (ITERA) sukses helat agenda Webinar bertajuk “Tantangan dan Manajemen Pengembangan Metropolitan Bandarlampung Raya (Balameka Pringtata): Konsepsi dan Langkah Realisasi”, sedianya digelar 16 Maret lalu, dan bisa berlangsung gayeng pada Kamis (24/3/2022) kemarin.

Seperti petikan info penaja, Ketua Purino Metropolitan ITERA, Dr Eng IB Ilham Malik ST MT ATU, webinar dipandu moderator, jurnalis cum penulis Juwendra Asdiansyah. Namun, sang pembicara kunci, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi, urung hadir.

Eits, jangan kecewa dulu. Gubernur Arinal Djunaidi mengutus menarasumberi, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lampung, Ahmad Lianurzen.

Alumnus Magister Teknik Sipil Universitas Indonesia (UI) Jakarta 1998, mantan Kepala Bidang Perencanaan Infrastruktur dan Kewilayahan Bappeda Lampung ini dalam presentasinya menggarisbawahi sejatinya, gagasan untuk mengembangkan kawasan metropolitan baru Bandarlampung Raya, diperlukan adanya suatu penyatuan persepsi. Antar wilayah.

“Perlu adanya penyatuan persepsi antar wilayah, sehingga akan terbentuk kawasan metropolitan yang terencana dalam sebuah konsep tata ruang,” Lianurzen menginjeksi.

Dan seperti informasi Ilham Malik, mantan Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Lampung ini sebelumnya, Walikota Bandarlampung, Eva Dwiana, yang absen sebab terpantau turut hadir dalam acara Business Matching Belanja Produk Dalam Negeri 2022 Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) di Bali, 22-24 Maret, kehadirannyi diwakili Kepala Bappeda Kota Bandarlampung, Dr Khaidarmansyah.

Khaidarmansyah –urang Awak, baru saja didapuk selaku dewan pembina organisasi kemasyarakatan Keluarga Besar Sumatera Barat (KBSB) Lampung, dalam paparannya menyebut, metropolitan di Bandarlampung sendiri, sudah terjadi.

Benarkah? “Metropolitan di Bandarlampung sudah terjadi (terbentuk, red), dikarenakan penduduk Bandarlampung jumlahnya lebih dari 1.183.000 orang. Tak hanya berasal dari Bandarlampung, juga berasal dari berbagai daerah tetangga seperti Kabupaten Pesawaran dan Lampung Selatan,” ujar dia.

Dan demi menyikapinya, Pemerintah Kota Bandarlampung terus merencanakan tata ruang dan wilayah Kota Bandarlampung, sebagai kota perdagangan dan jasa.

Daerah yang dipimpinnya disebut, Bupati Pesawaran, Dendi Ramadhona Kaligis, satu-satunya kepala daerah yang hadir daring tanpa berwakil dalam webinar tersebut, memilih ungkapan “suka tidak suka”, dan “mau tidak mau” sebagai diksi tanggapan.

Bupati milenial berprestasi dan kenyang penghargaan pembina desa terbaik di Lampung dan nasional inipun menginjeksi, bahwa terkait dengan perkembangan Kota Bandarlampung, kabupaten dia pimpin saat ini harus diakui merupakan wilayah satelit.

“Harus diakui, Kabupaten Pesawaran ini jadi satelitnya ibu kota Provinsi Lampung. Sebab Pesawaran menjadi daerah terdekat dengan Bandarlampung. Dan, mengelilingi kota,” ujar Magister Terapan Ilmu Pemerintahan IPDN Jatinangor Bandung ini menerangkan.

Baca Juga:  Program Pembelajaran Kolaboratif, Dosen IIB Darmajaya Beri Pelatihan Pengembangan Desa Wisata

Lantas apa, kebijakan afirmasi Pemerintah Kabupaten Pesawaran demi menemukenali data dan fakta taken for granted ini? “Kami telah siapkan perencanaan, dan konsep mempersiapkan aglomerasi terkait tata ruang baik untuk kepentingan Kabupaten Pesawaran maupun dengan daerah-daerah yang berbatasan,” lugasnya cerdas.

Adapun, dalam webinar, Bupati Lampung Selatan, Nanang Ermanto, juga mengutus bicara, Kepala Bappeda, Aryan Saruhian.

“Terkait dengan pengembangan kawasan prioritas provinsi yang sudah ditetapkan, baik kawasan industri, kawasan Aerocity Raden Intan. Mengenai pengembangan metropolitan Bandarlampung, telah direncanakan pembangunan berbagai fasilitas pendukung, termasuk TPA (Tempat Pembuangan Sampah) Regional di wilayah Kecamatan Jati Agung,” beber Aryan.

Webinar juga menghadirkan akademisi/perencana pembangunan daerah, Prof Dr Ir Deny Djuanda Puradimaja, DEA; dan Ketua Dewan Pengurus Provinsi (DPP) Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Lampung, Ary Meizari Alfian, dua narasumber lainnya.

Prof Deny Djuanda, Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB), satu-satunya pembicara asal luar Lampung ini adalah desainer kebijakan tiga metropolitan dan tiga pusat pertumbuhan di Jawa Barat.

“Lampung, sebetulnya metropolitan sudah terbentuk, tinggal sekarang distrukturkan,” sorot dia, yang juga Staf Ahli Rektor ITERA Bidang Pengembangan dan Kerja Sama.

Profesor menjelaskan, terdapat dua tipe metropolitan: top-down dan bottom up. “Nah, dalam hal ini, Lampung yang sudah tergolong kota maju, tergolong bottom up,” sebut Deny.

“Sehingga, perlu adanya deklarasi dari Gubernur dalam hal ini. Dengan harapan, konsep metropolitan yang dimaksudkan dapat terarah. Serta, tidak hanya berfokus pada Bandarlampung namun akan dapat melibatkan beberapa kabupaten/kota,” dia melempangkan jalan.

Adapun, Ketua DPP APINDO Lampung, Ary Meizari Alfian, memaparkan sambung rasa dan sumbang saran penting dari dunia usaha dan industrialis Bumi Ruwa Jurai.

Pada bagian lain sebelumnya, dalam pidato pembukanya, Rektor ITERA Prof Dr-Ing Drs Ir Mitra Djamal IPU menyebut, membangun Pulau Sumatera sudah menjadi tugas yang diamanahkan pemerintah kepada ITERA.

Mitra Djamal menjelaskan, metropolitan ialah suatu konsep pembangunan wilayah perkotaan lintas batas, dengan wujud fisik, yang melampaui batas administrasi kota utama, dan memberikan pengaruh pada daerah administrasi di sekitarnya.

Batas administrasi yang kecil daripada wujud fisik kota, ujar dia, bisa memberikan dampak pengendalian pembangunan. “Sehingga diperlukan koordinasi pada tingkatan yang lebih tinggi,” dia menohok.

Rektor kedua ITERA ini menekankan, dalam membangun kawasan metropolitan, perlu persiapan dan perencanaan matang dari daerah berkait.

Apa pasal? “Sebab jika tidak dipersiapkan, bisa jadi perkembangan yang terjadi tidak terarah, dan agar tidak akan menimbulkan masalah tata ruang di kemudian hari,” dia hunus premisnya. Dia bilang, hal itu sejalan visi ITERA yang akan memandu perubahan dengan memberdayakan potensi yang ada di Sumatera.

Baca Juga:  Erick Thohir Dinanti AO Dan Nasabah PNM Lampung

Di penghujung webinar, seperti dilaporkan reporter ITERA, I Putu Gede Widara Yuda, pada Kamis, disitat hari yang sama, diakses ulang pada Jumat (25/3/2022), moderator Juwendra Asdiansyah mengintensi, dari pemaparan narasumber, diperlukan tindak lanjut lebih spesifik, dengan Pemerintah Provinsi Lampung, sebagai motornya.

Untuk apa, Bung Juwe (sapaan karibnya)? “Untuk menggabungkan berbagai potensi dan kekayaan Provinsi Lampung.”

Juwe dengan gaya khasnya nan kapabel, mengutip pernyataan Prof Deny Juanda, bahwa “tidak ada gerakan, jika tidak ada komitmen dari the number one, baik di provinsi maupun di kabupaten/kota.”

Webinar usai, peserta pun log out pamit. Sekadar pengingat, pembaca budiman, diksi ‘ramah lidah’ Balameka Pringtata, yang diistilahkan Ilham Malik dkk ini sebagai representasi geospasial Bandarlampung Raya, akronim dari Kota Bandarlampung, Kota Metro, Kabupaten Pringsewu; area Kota Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan; dan area Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran.

Sebagai informasi, Metropolitan Balameka Pringtata ini ialah yang ke-3 diseriusi secara institusional oleh ITERA melalui Purino Metropolitan, lewat dibentuknya Desk Metropolitan Balameka Pringtata, setelah Desk Metropolitan Mebidangro, Sumatera Utara; dan Desk Metropolitan Patungraya Agung, Sumatera Selatan.

Terungkap, upaya serius ITERA menggagas kajian pengembangan zonasi Metropolitan Bandarlampung Raya ini menjadi wujud dari kontribusi ITERA membangun kota-kota di Sumatera khususnya Lampung.

Sebelumnya, pertemuan virtual Purino Metropolitan ITERA dan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang/BPP) Pemkot Pekanbaru, Riau, pekan terakhir Januari 2022 lalu, menyepakati penyiapan desk keempat, yakni Desk Metropolitan Pekan Sikawan (Riau), dikoordinasi dosen/tim ahli Purino Metropolitan ITERA, Mashuri.

Ketua Tim Balitbangda/BPP Kota Pekanbaru Wawan W Saputro menyebut, Metropolitan Pekan Sikawan telah disiapkan sejak satu dasawarsa lampau. Bahkan, semua kantor Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Pekanbaru kini telah menempati komplek perkantoran Tenayan Raya, bagian upaya percepat pengembangan metropolitan itu.

Wawan mengafirmasi, Pemkot Pekanbaru terbuka uluran tangan termasuk bagi Purino Metropolitan ITERA, membantu pihaknya.

“Membangun masa depan perkotaan kami. Smart and Madani City, metropolitan dan konsep apapun, kami akan terima selama bisa mempercepat kemajuan Pekanbaru,” tegas Wawan meyakinkan, dikontani Ilham Malik kala itu dengan ajukan percepatan eksekusi MoU kerja sama riset bersama, antara Pemkot Pekanbaru dan ITERA.

Kabar terbarunya, kedua pihak telah pula mempertajam pematangan pembahasan lanjutan pra-MoU dan perjanjian kerja sama terkait rencana kerja sama pembangunan, pengembangan, dan pengelolaan kawasan metropolitan Pekan Sikawan ini.

Penajaman berlangsung dalam rapat daring 21 Maret 2022 lalu, dihadiri Rektor ITERA Prof Mitra Djamal dan didampingi oleh Prof Deny Juanda, Dr Ilham Malik, Kepala LPPM ITERA Acep Purqon PhD, beserta tim. Juga, Kepala Bappeda Pekanbaru Ahmad, Kepala BPP Pekanbaru Azwan dan jajaran. Dosen ITERA, Rinda Gusvita MSc, memandu.

Baca Juga:  "POLRESTA MENYAPA", Polsek Sukarame Berikan puluhan Sembako Kepada Warga Kurang Mampu

Kepala BPP Pekanbaru, Azwan, berterima kasih dukungan berat ITERA. Metropolitan Pekan Sikawan, sebut dia, didukung habis oleh Walikota Pekanbaru, Dr Firdaus MT.

Azwan menuturkan, sang walikota berharap kedepan agar dapat dilakukan penguatan konsep dan kelembagaan dalam rencana pembangunan Metropolitan Pekan Sikawan, khususnya di Kota Pekanbaru.

Penghangat informasi, Firdaus, walikota dua periode Kota Pekanbaru sejak 2012 ini
notabene berlatar birokrat tulen. Dia bekas Kepala Bappeda Provinsi Riau.

Membidik kolaborasi penta heliks plus jadi catu daya eksekusi, Azwan mengagregat, kerja sama pengembangan metropolitan Pekan Sekawan sudah berjalan, namun untuk efektifitas membutuhkan optimalisasi sehingga upaya kerja sama dengan ITERA diharapkan bisa mendukung mempercepat.

Sisi keren lainnya yang terkuak dari rapat, apa yang disuarakan Ilham Malik. Dosen periset kajian populasi kota, perubahan lahan, bentuk ruang kota (urban fabric/figure ground), transportasi urban, kawasan strategis, dan infrastruktur urban; jebolan S3 Kitakyushu University, Jepang 2019 ini meracikkan bumbu resep smart city ideal, agar dalam proses kreatifnya, kedua pihak tak hanya memfokusi perencanaan dan pembangunan fisik semata, tapi juga dalam hal kebijakan, lingkungan, teknik, dan sosial ekonomi masyarakatnya.

“Jadi (kita) tak membangun fisik saja. Tetapi juga kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat. Dan, memasukkan prinsip kelestarian lingkungan juga,” Ilham impresif.

Pun, Prof Deny Juanda, menggarisbawahi kolaborasi sangat penting di segala hal era saat ini, termasuk dalam mengembangkan kawasan metropolitan baru di Pekanbaru.

Dari bilangan kampus hijau agroforestri ITERA di bilangan Way Huwi, Jati Agung, Lampung Selatan, hembusan aroma spirit kolaborasi itu kencang tiupannya.

Infonya, prosesi penandatanganan MoU dan PKS rencana pengembangan kawasan metropolitan Pekan Sikawan antara Rektor ITERA dan Walikota Pekanbaru, Riau, bakal disegerakan keduanya.

Bagaimana dengan Bandarlampung Raya: Balameka Pringtata kelak? Bilakah, bisakah, mungkinkah bisa terwujud konkretisasinya sebagaimana telah keras diidealisasikan?

Profesor Deny Djuanda telah mengunci jawabannya. Pembaca budiman, apa itu? Ups! [red/Muzzamil]

Youtube:Lampungvisual.com

 430 kali dilihat