Gelimang Air Mata Menanti Harapan Perubahan Nyata

LAMPUNG UTARA

Lampung Utara, Lampungvisual.com-

Siang itu, terik matahari nampak jelas bersinar menerangi seluruh dunia. Di sebuah gubuk tua, terlihat pria dengan pakaian rusuhnya termenung disalah satu petak ruangan. Tak kuasa terlinang di guratan wajah menuanya karena kondisi ekonominya air mata menetes membasahi pipi yang sudah keriput.

Ia bernama Samsudin (42) dan istrinya Jaswati (41) yang tinggal di daerah Pedukuhan yang terletak di ujung pelosok perdesaan Pulaupanggung, Kecamatan Abung Tinggi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung. letaknya didaerah perbatasan. Yakni, Desa Srimenanti, Kecamatan Tanjung raja, Kabupaten Lampung Utara.

Di pergelangan kaki dan tangannya, terlihat jelas tidak utuh. Pasalnya, telah lebih dari satu dekade penyakit Lepra (Kusta) menderanya. Dengan keterbatasan biaya yang ada pada keluarganya, dimana ada empat anggota keluarga hanya di topang oleh sang istri sebagai tulang punggung keluarga itu.

“saya hidup hanya mengandalkan istri upahan sebagai buruh sadap disalah satu kebun warga sekitar. Itu pun hasilnya tidak seberapa, karena harus bagi tiga dengan pemilik. Jadi mau seperti apa lagi, ya terpaksa apa yang disarankan oleh fasilitas kesehatan dihiraukan begitu saja,”kata pria yang sering sakit-sakitan itu. Selasa (17/10/2017), di kediamannya yang nampak berlantaikan tanah dan  dinding pelupuh bambu itu.

Baca Juga:  Polres Lampung Utara Gelar Bakti Kesehatan dan Sosialisasi Lalu Lintas

Dengan beban keluarga semakin hari terasa memberatkan, maklum saja dua anaknya sedang dalam masa pertumbuhan. Dan lainnya sedang mengenyam pendidikan, sementara yang sulung telah putus sekolah. Seharusnya, telah duduk di kelas X sekolah menengah atas.

“Ya mau bagaimana lagi, untuk makan saja kamisulit. Terpaksa yang tua hanya selesai kelas 3 SD saja. Saya berobat seharusnya dua bulan sekali sesuai saran rumah sakit, tapi karena keadaan tidak memungkinkan terpaksa hanya mengambil dari puskesmas,”terangnya.

Kartu kesehatan yang disarankan oleh pemerintah (KIS) atau BPJS kesehatan pun ia tak ada. Sehingga untuk berobat harus melampirkan foto keterangan tidak mampu dari aparat desa, karena kemampuannya itu saran dokter terpaksa dilanggarnya. Sehingga hanya mengandalkan pemberian dari petugas medis disana.

“Keluarga hanya mengandalkan pengahasil dari istri, kadang-kadang hanya Rp 10.000/harinya. Itu pun bila hasil memuaskan dan harganya sedang baik, kalau sekarang hanya Rp 7.000/kg mau bilang apa?. Itu belum untuk beli kebutuhan hari-hariditambah anak sekolah,”tambahnya.

Baca Juga:  Pantau Pos Pam, Kapolres Lampung Utara Beri Bingkisan Kepada Personil

Dirinya menerangkan sampai dengan saat ini tidak pernah menghiggapi berbagai jenis bantuan yangdiperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Semacam PKH, pada untuk tataran disana, masih banyak masyarakatnya mendapatkan bantuan bagi keluarga tidak mampu itu, padahal kondisi lebih baik darinya. Hanya raskin yang ia dapat untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya, itu pun jumlahnya hanya separo dari seharusnya.

“Kalau mau jujur disini yang dapat bantuan rata-rata ekonomi jauh diatas kami, rumah saja telah permanen. Belum kebunnya ada diamana, sementara kami yang tempat tinggal menumpang saja tidak kebagian. Bagaimana mau menikmati hidup kalau demikian,”jelasnya.

Ia mengaku karena ketidak mampuan fiisikna itulah yang menyebabkan hanya mengandalkan sang istri bekerja. Dengan  berjalan kaki lebih dari satu kilometerditempuh perjalanan iu, demi untuk bertahan hidup. Sementara anaknya yang beranjak remaja itu, belum dapat diandalakan sepenuhnya bahkan membani mereka.

Baca Juga:  Pembangun Di SMAN 4 Kotabumi yang Bersumber dari DAK APBN Berjalan Dengan Baik

“Malahan anak saya yang bujang itu bisanya menghutang di warung tetangga, rokoknya juga mau yang bagus. Tidak mau kretek, padahal orang tua susah begini,”akunya.

Ia berharap pemerintah dapat peka melihat kondisi keluarganya. Karena selama ini, tidak pernah ada yang memberikan bantuan. Terpaksa dengan susah payah pria cacat ini harus berjuang hidup, demi bertahan di dunia yang  semakin keras itu.

“Seperti hari ini, istri kurang sehat badannya, pekerjaannya menjadi terhambat. Ya, kami bisa bertahan dengan keadaan ya apa adanya, kalau tidak ya puasa, meski bulannya masih jauh,” pungkasnya.

Laporan : Adrian Volta

 819 kali dilihat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.