Genjreng! Usaha Mikro Kecil Bisa Join Mitra Binaan BUMN Dibantu 250 Juta

Menteri BUMN Erick Thohir. Pemerintah melalui Kementerian BUMN menerbitkan Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-05/MBU/04/2021 tentang Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Badan Usaha Milik Negara, tertarikh 8 April 2021. Beleid antaranya mengatur tata akses pelaku UMK di kesertaan program Mitra Binaan BUMN. Yang memenuhi syarat formal dan syarat material dipermudah, bisa akses pinjaman/pembiayaan syariah hingga Rp250 juta. | Kemen BUMN
Menteri BUMN Erick Thohir. Pemerintah melalui Kementerian BUMN menerbitkan Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-05/MBU/04/2021 tentang Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Badan Usaha Milik Negara, tertarikh 8 April 2021. Beleid antaranya mengatur tata akses pelaku UMK di kesertaan program Mitra Binaan BUMN. Yang memenuhi syarat formal dan syarat material dipermudah, bisa akses pinjaman/pembiayaan syariah hingga Rp250 juta. | Kemen BUMN
BANDAR LAMPUNG

Buka sejarah, pada tahun wafatnya artis tenar cantik muda multitalenta Tanah Air, Nike Ardilla tersebut, Sucipto ingat betul perjuangannya yang notabene meski hanya kuli bangunan, perantau pisan, bersama tiga adiknya merintis berdagang keripik singkong gurih, tercatat sebagai pelopor cikal bakal Kawasan Industri Keripik Bandarlampung itu.

Ah, masa! Tidakkah klaim ini berlebihan, apa buktinya? Sebagaimana “testimoni kriuk” Sucipto kepada tim Humas PTPN VII yang kelak jadi bagian kunci juru penyelamat urat nadi ekonomi perajin/pedagang keripik situ, klaim itu beralasan, empirik, tak berlebihan.

Sebab fakta kemudian dia memang tercatat dan diakui banyak pihak sebagai pemrakarsa Kampung Keripik, tak terbantahkan.

Kisah terjadi saat Cipto sapaannya, yang tinggal menumpang dirikan rumah geribik di tanah milik warga bernama Haji Hasanudin, merasa sayang melihat tanaman singkong yang muspro tak laku terjual.

Di tanah subur Haji Hasan itu, mereka lalu menancap bonggol singkong tak beraturan untuk menghambat pertumbuhan gulma.

Dari singkong-singkong telantar itu, lantas timbul ide Cipto memanfaatkannya untuk dijadikan kudapan keripik untuk dijual.

Sejarah tercipta. Punya rute tetap jalur pintas jajakan keripik singkong gerobak kelilingnya, melintasi belukar, kawasan rawan preman, dan kuburan tua, juga pepohonan rindang, kebun kelapa, pohon tangkil dan lainnya memayungi pelintas. Kala itu, rumah atau bangunan tergolong masih jarang.

Alamat, Cipto pun alamak. Harus menempuh perjalanan hampir tiga kilo –enam kilometer bolak-balik Way Halim bila stok belum habis, dia sampai menjerit menawarkan kudapan hasil eksperimentasi tak sengajanya ini.

Kadang tak ada yang menyahut. Juga saat lintasi Jl Sultan Agung, hampir tak ada yang minati keripik yang dia kemas dalam kotak kaca gerobaknya.

Rezeki Tuhan atur. Bak musafir bersua oase, memasuki kompleks Perum Way Halim, dari satu pembeli yang hentikan langkahnya, dia lantas diserbu pembeli.

“Hari pertama dagang dapat uang Rp200 ribu di Way Halim. Hari itu saya untung Rp100 ribu. Wih, langsung semangat,” kenang Cipto disambangi tim Humas PTPN VII di kediaman sekaligus tempat usahanya, Gang Pubian, Gunungterang, Langkapura, sekira pekan ketiga September 2020 lalu.

Girang untung seratus ribu sekali keliling itu bukan tanpa kendala. Jualan hari kedua, jumlah keripik yang terjual menurun, begitu hingga sepekan. Mengingat secara umum profesi yang dia mulai dianggap prospektif, tak pelak berkat tekun kerja keras terbukti lelagi –seperti halnya kisah Syaiful– campur tangan Tuhan Maha Pencipta pun menyapa Sucipto Adi. Buktinya, menghitung hari, dia dan ketiga adiknya bisa memiliki tambahan delapan gerobak baru. Dalam dua bulan.

Baca Juga:  Jalin sinergitas Kadis Kominfotik Lampung Kunjungi Sekretariat SMSI

Tak sampai situ lulusan SMA ini lalu memilih menjadi produsen/stokis keripik ketimbang berjualan. Berdaya lantas merekrut tetangga untuk juga berjualan, Syaiful berjaya hingga gerobak-gerobak Keripik Singkong Asa milik dia pun sempat meramaikan sejumlah pasar di Way Halim dan Tanjungkarang.

Jualan keliling itu capek kata dia, akan tetapi hasilnya memang lumayan. “Kami kemudian punya ide untuk menarik pembeli datang ke tempat produksi kami. Caranya, ya ciptakan sentra produksi keripik. Ide ini setelah saya kunjungi beberapa industri keripik tempe di Malang dan beberapa tempat lain,” ia cerdas.

Keinginannya membuat sentra keripik dia eksekusi usai bersembilan rekan usahanya membentuk kelompok perajin keripik. Juga, mendapat pengesahan dan diresmikan oleh Kepala Dinas Koperasi dan Perindustrian Kota Bandarlampung (saat itu) Ely Wahyuni.

Didampingi dinas, menyorong ide mendirikan sentra industri kecil keripik, Cipto berjibaku mengasongkan proposal. Gigih buahnya gagah, dia pun akhirnya bertemu “jodoh”.

PTPN VII yang merespons. Korporasi negara perkebunan karet, kelapa sawit, tebu, teh ini kaji usulannya. “Proposal kami dipelajari dan tim PTPN VII turun mengecek kebenaran dan rencana lebih jauhnya. Akhirnya, tahun 2006 kami dengan disponsori PTPN VII dan Dinas Koperindag Kota Bandarlampung mendirikan Sentra Keripik Lampung ditandai pendirian gapura mulut Gang PU yang di sebelah utara berhadapan Jalan Teuku Umar,” ungkapnya.

Gapura itu terlihat gagah. Pada tahun itu, alat peraga promosi dan advertensi luar ruang belum seramai era digital printing saat ini. Jika masih ingat, Devis Jaya dan Arthamoro beken raja-ratu reklame bando kala itu.

Tak heran, papan nama melintang besar dua logo: Kota Bandarlampung di kiri dan PTPN VII di kanan itu mencuri perhatian. Banyak pelintas yang sengaja memasuki gerbang. Mengusir penasaran. Kasat mata, tampilan gapura saat itu memang belum gebyar.

Baca Juga:  Destinasi Model Jatim Park Akan Ada di Bakauheni

Adanya, cuma beberapa kios penjual keripik aneka jenis dan rasa, memajang dagangan di ruas jalan 4,5 kilometer itu. Namun saat ada yang bertanya, tetamu diarahkan ke “dapur” keripik Cipto dan beberapa adiknya yang justru berada di sempalan Jl Pagar Alam. Yakni, Perum Griya Sejahtera, Segalamider.

Sebelum gapura bermahkota siger berwarna hijau bertulis Selamat Datang Di Kawasan Industri Keripik Kota Bandarlampung berdiri, pihak PTPN VII telah menggelontorkan dana kredit mitra binaan bagi anggota kelompok usaha bersama (KuBe) pimpinan Cipto.

Meski berhimpun dalam kelompok, kredit lunak disalurkan ke masing-masing perajin. “Pinjaman pertama seluruhnya senilai Rp36 juta. Diberikan ke delapan perajin. Pinjaman itu dipakai mengembangkan usaha termasuk membuka gerai-gerai keripik di lokasi-lokasi yang ada di Jalan Pagar Alam,” terang Udin, staf Bagian Umum dan PKBL Kantor Direksi PTPN VII ikut berkisah ulang, pada Selasa, 29 September 2020.

Promo gapura efektif. Rasa penasaran orang melihat-merasakan sensasi aneka keripik buatan Lampung itu mengalir. Pengaruh itu jadi tantangan perajin keripik anggota KuBe sambut pengunjung. Penarik kocek, raja.

“Karena banyak yang datang, kami juga jadi semangat. Banyak diantara anggota (kami) yang mengundang kerabatnya atau orang tuanya untuk investasi membangun gerai modern. Mereka tidak produksi, tapi kami yang memasok. Jadilah seperti sekarang ini,” Cipto, ayah tiga anak kakek satu cucu itu.

Per September 2020, tercatat 54 gerai keripik aneka rasa yang meski ikut terimbas ganas pandemi, survive di sentra Jl Pagaralam ini. Berawal dari keripik singkong gurih produksi Cipto sejak 1995, keripik singkong sana kini sudah ada banyak rasa. Juga keripik pisang, keripik nangka, keripik sukun, keripik talas, keripik ubijalar (mantang), dan lainnya.

Ada rasa orisinal alias asli, rasa asin, gurih, manis, cokelat, moka, stroberi, melon, dan rasa lainnya. Selain keripik, gerai-gerai juga jadi reseller produk lain dari kopi Lampung, kerupuk, lempok, sampai terasi.

Peran PTPN VII? Selain salurkan kredit, korporat pelat merah produk rekonsolidasi PT Perkebunan/PTP X (Persero), PTP XXXI (Persero) –dua ini di Lampung dan Sumatera Selatan, Proyek Pengembangan PTP XI (Persero) di Lahat, Proyek Pengembangan PTP XXIII (Persero) di Bengkulu berdasar PP 12/1996 ini bertanggung jawab bantu perajin keripik melancarkan usaha. Perajin diikutkan ragam pelatihan kewirausahaan, manajemen pembukuan, pengemasan barang, pelayanan pelanggan, promosi, hingga merancang perluasan bisnis.

Baca Juga:  DPP Partai Golkar Resmi Tugaskan TEC Maju Pilkada Lamsel

Meski dikenal pemrakarsa, perintis usaha keripik sentra tersebut 26 tahun lalu, Cipto (kini 55 tahun) mengaku kini dia hanya jadi pemasok kecil pemilik outlet-outlet besar. Dia meyakini rezeki telah ada takaran, “untuk siapa dan berapanya”.

Tinggal di Gang Pubian di ujung jalan buntu Griya Sejahtera, Cipto syukuri Tuhan beri. “Pernah punya toko di depan, tapi harus saya relakan dijual. Yang pasti, itu belum rezeki saya,” bijaknya bestari.

“Saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada PTPN VII. Sebab, melalui PTPN VII obsesi kami menjadikan Jalan Pagar Alam sentra industri keripik ini berjalan. Sekarang, nama Sentra Keripik Lampung ini sudah kondang se-Indonesia. Saya bisa bertemu kakak sepupu saya yang tinggal di Papua karena mereka melihat sentra keripik disini.”

Bila kebetulan melintasi gapura dibangun PTPN VII, atau menyengaja tandangi gerai sepanjang jalan ini borong keripik sentra keripik yang telah jadi jalan usaha ribuan pebisnis jalur ini, sila raba kebenaran info Sucipto. Dari total 54 gerai, berputar omset tak kurang dari Rp8 miliar per bulan!

Menutup ini, entitas mumpuni komunitas pengusaha mikro kecil/asosiasi pengusaha di Lampung turut diharapkan proaktif siaga melakukan segala sesuatu yang dibutuhkan ihwal sosialisasi, fasilitasi-asistensi teknis, edukasi (mentoring dan coaching, replikasi-duplikasi), pendampingan, dan pembukaan akses pasar produk UMK di Lampung, salah satunya melalui engagement program sesuai beleid anyar Kementerian BUMN ini. [red/Muzzamil/KemenBUMN/PTPN7/Pertamina]

 1,082 kali dilihat

Tagged