
Doa Menag Fachrul Razi, yang juga Ketua Umum DPP Pejuang Bravo Lima ini menyertakan pula mulia harapan.
Yakni, agar apel kehormatan dan renungan suci yang dilaksanakan dapat menggugah semangat bangsa lebih meningkatkan upaya dan kemampuan melanjutkan cita-cita para pahlawan bagi kejayaan Indonesia.
Dari Kalibata, balik ke Lampung. Dian Ambarini (22), mahasiswi Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai (USBRJ) Bandarlampung, yang mengaku diri mengidolakan pahlawan asal Aceh, Cut Mutia ini mengajukan pendapat bahwa pahlawan pada dasarnya berjuang untuk kemerdekaan.
Ditanya lintasan masa, perbedaannya dengan pahlawan masa kini, warga Jl B. Rigis Blok A Perumahan Kemiling, Bandarlampung ini menjawab yakni pada tantangan yang harus dihadapi.
“Dahulu pahlawan berjuang melawan penjajah,” sebutnya, lewat pesan singkat, Senin (9/11/2020) malam, pukul 22.27 Waktu Indonesia Barat.
Sementara, “Pahlawan masa kini berjuang untuk dapat berpikir kreatif dan inovatif yang dapat menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat dalam melewati bersama era digital ini,” demikian Dian berpendapat.
Pada bagian lain sebelumnya, milenial bergerai rambut sepunggung ini kuat menerawang gambaran soal siapa itu figur pahlawan masa depan Indonesia.
“Menurut saya, pahlawan masa depan itu, pahlawan yang pemikiran, tindakannya, mempunyai tujuan untuk memajukan dan menyejahterakan masyarakat dan membuat negara Indonesia lebih maju,” nyala Dian, yang juga anggota bidang pengembangan usaha DPD PBL Lampung, pimpinan Ary Meizari Alfian.
Ary Meizari Alfian sendiri, lewat kawat elektronik Selasa petang, tak kalah heroik. Putra kedua, mendiang jaksa oditur militer yang pernah emban tugas negara melakukan penuntutan para terdakwa pelaku pemberontakan G30S/PKI pasca-1965, Alfian Husin itu menyebut semua orang yang lakukan terbaik atas kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan guna cegah kendali pandemi, sesejatinya pahlawan.
Ary menaruh hormat kepada seluruh dokter, perawat, tenaga medis pasukan tempur garda terdepan penanganan kesehatan COVID-19 di seluruh wilayah hukum Indonesia. Jika bagi seluruh yang gugur termasuk rakyat korban pandemi telah dijanjikan Allah Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai syuhada, matinya mati syahid, aku dia, mereka semua juga, sesejatinya pahlawan.
“Seluruh kaum ibu Indonesia, yang telah dengan sabar mendampingi putra dan putrinya belajar dari rumah selama masa pandemi ini, sekaligus berperan strategis sebagai manajer rumah tangga dalam cegah kendali COVID-19, mereka juga patut disemati gelar, sesejatinya pahlawan,” ujar Ary.
Menyeret-nyeret dengan menyinggung program raksasa pemindahan ibu kota negara (IKN) baru ke Kalimantan Timur yang juga “tersandera” pandemi, pria yang pernah aktif jadi Sekretaris Tim Harian DKI Lampung, barisan pejuang pengusulan kajian ilmiah Lampung sebagai alternatif calon lokasi IKN baru medio 2019 lalu itu membuncah memori kolektif seputar pahlawan.
“Melalui Koordinator Kampanye dan Publikasi Tim Nasional DKI Lampung, Saudara Muzzamil, kami pernah ajukan usulan agar ke-179 pahlawan nasional Indonesia sesuai data November 2018 (kini telah menjadi 191 orang, red) untuk diabadikan menjadi nama jalan protokol di lokasi IKN baru tersebut,” sambung Ary, memaksudkan agar generasi anak cucu kelak tak ahistoris.
Ary mengajak semua pihak untuk bisa memaknai tema raya peringatan Hari Pahlawan pertama kali di tengah situasi pandemi ini, minimal dengan menjadi pahlawan bagi diri sendiri.
“Saudara-saudaraku sebangsa setanah air, dengan semangat kerukunan, mari kita bersama-sama berusaha, agar perang melawan pandemi ini dapat segera kita sudahi. Mari kita patuhi protokol kesehatan. Itu. Jadilah patriot, jadilah flamboyan. Jadilah pahlawan keluarga, pahlawan gerakan 3M, pahlawan kemanusiaan,” pesan kunci Ary Meizari Alfian.
Selamat Hari Pahlawan. Tetap tegar, bugar semangat, dan tetap tersenyum. Badai pandemi ini pasti akan berlalu. Merdeka! [red/rls/Muzzamil]