Pertama Kali Dalam Sejarah, Kemkes Luncurkan Buku Profil Ketersediaan Sarana Air, Sanitasi, dan Higiene di Puskesmas Tahun 2020

(Buku Profil Ketersediaan Sarana Air, Sanitasi, dan Higiene di Puskesmas Tahun 2020, yang diluncurkan di Jakarta, Kamis 17 Desember 2020, pekan lalu. | Kemkes RI)
BANDAR LAMPUNGPROFIL & SOSOK

Bandar Lampung, lampungvisual.com-
Kementerian Kesehatan (Kemkes) meluncurkan buku Profil Ketersediaan Sarana Air, Sanitasi, dan Higiene di Puskesmas Tahun 2020, di Jakarta, Kamis 17 Desember 2020, pekan lalu.

Buku hasil taja kolaboratif ini, disusun Kemkes, Dana Anak-Anak PBB (United Nations Children’s Fund/UNICEF) dan Stichting Nederlandse Vrijwilligers (SNV) Indonesia, meskipun di tengah tren masif gelombang kedua bahkan gelombang ketiga beberapa negara belahan dunia kurva eksponensial pandemi terbesar abad ini, COVID-19.

Ekspresi gembira memancar di wajah pejabat Kemkes yang hadir: Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Dr Nana Mulyana, Kepala Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat Balitbangkes, Doddy Izwardy, dan Direktur Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (Ditjen Yankes), dr Andi Saguni, selama acara.

Membersamai, Deputi Perwakilan UNICEF Indonesia, Robert Gass, Team Lead NCDs and Healthier Populations World Health Organization (WHO), Dr Tara Kessaram, wakil dari Bappenas, dan perwakilan dari dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota se-Indonesia, pada kegiatan hybrid –luring daring itu.

Ekspresi, beralasan. Peluncuran buku menjadi tonggak sejarah, pertama kali Indonesia dapat melaporkan kondisi ketersediaan sarana air, sanitasi, dan higiene ke publik Tanah Air, dan dunia.

Buku juga hasil penelitian ketersediaan sarana air, sanitasi dan kebersihan –secara global dikenal Water, Sanitation, Hygiene (WASH), aspek pendukung utama pelayanan kesehatan: kualitas, keadilan, martabat bagi semua orang.

Pidato Sekretaris Balitbangkes Nana Mulyana menyatakan, publikasi ini selain ditujukan sebagai data kondisi dan keadaan sanitasi puskemas dalam rangka pencapaian target SDGs atau Sustainable Development Goals (TPB/Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030), juga untuk mendorong pemda untuk memperhatikan kerentanan puskesmas sebagai potensi sumber infeksi dan penyebaran penyakit pada masyarakat.

Baca Juga:  Yusuf Kohar Siap Terima Apapun Putusan Hukum MA

“Perlu dilakukan perbaikan atau peningkatan kondisi sarana air, sanitasi dan higiene lebih baik atau menuju layanan paripurna,” sekretaris badan per 12 Januari 2018 ini berujar.

Ketersediaan layanan dasar sarana air, sanitasi, dan higiene sangat penting memastikan tersedianya pelayanan kesehatan yang berkualitas. Serta, meningkatkan kesehatan masyarakat.

Fasyankes di puskesmas berperanan penting untuk masyarakat sebagai pusat pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif.

Namun, Dewan Pengawas Poltekkes Bandung 2017-2022 –salah satu BLU Kemkes ini mengingatkan, tak dapat dihindari, fasyankes juga berpotensi jadi sumber infeksi dan penyebaran penyakit jika tak dilengkapi sarana air, sanitasi, dan higiene yang layak.

“Tak tersedianya sarana air, sanitasi dan higiene layak di fasyankes sering kali dihubungkan dengan penyebaran healthcare associated infections,” tandas Nana.

Pemenuhan sarana WASH fasyankes atau WASH in Health Care Facilities, diharapkan dapat tercapai melalui pemenuhan SDG’s 6 tahun 2030. Joint Monitoring Programme (JMP) telah menerbitkan laporan berkala untuk memantau kondisi penyediaan WASH sesuai dua indikator.

“Yaitu indikator SDG poin 6.1, tercapai akses semesta dan merata terhadap air minum yang aman dan terjangkau bagi semua pada tahun 2030,” urainya.

Baca Juga:  Prodi Sistem Informasi IIB Darmajaya Berikan Materi Pemanfaatan Akun Pembelajaran dan ClassPoint kepada Guru

Dan poin 6.2, tercapai akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang memadai dan merata bagi semua, menghentikan praktik buang air besar sembarangan, memberikan perhatian khusus pada kebutuhan kaum perempuan, serta kelompok masyarakat rentan pada tahun 2030.

Istilah ”semesta” dan ”untuk semua” pada SDG 6.1 dan 6.2, sebut Nana di ujung pidato, secara implisit menyoroti kebutuhan memperluas pemantauan WASH mulai dari rumah tangga dan institusi, termasuk fasyankes.

Sementara di tempat sama, Deputi Perwakilan UNICEF Indonesia, Robert Gass menegaskan, air, sanitasi, dan higiene layak di fasyankes berperan sangat penting bagi ibu melahirkan dan kesehatan anak.

“Ketersediaan sarana ini di fasilitas persalinan sangat penting dalam tata layanan persalinan yang memenuhi syarat, baik bagi ibu yang bersalin maupun petugas yang membantu persalinan,” ujar deputi perwakilan yang bertugas di Indonesia sejak Oktober 2018, dan telah 15 tahun lebih mengabdi di Dana Anak-Anak PBB itu.

Seperti kata berkait, Team Lead NCDs and Healthier Populations WHO Dr Tara Kessaram menyinggung soal pascapersalinan. ”Pedoman WHO tentang perawatan pascapersalinan, merekomendasikan, ibu mendapatkan perawatan inap setidaknya selama 24 jam setelah bersalin. Hal ini mungkin tak dapat terlayani sesuai standar, jika sarana WASH tak berfungsi atau tidak tersedia,” jelas Tara.

Demikian disarikan dari siaran pers kementerian melalui Karo Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemkes,
Widyawati, disitat diakses ulang Senin (21/12/2020), dari Bandarlampung.

Baca Juga:  Danrem 043/Gatam hadiri acara syukuran HUT Korp baret merah Ke-70 Tahun 2022 di prov Lampung

Sisi lain, peluncuran buku tematik ini bak melengkapi capaian kinerja apik Balitbangkes Kemkes selain kinerja penanggulangan kesehatan publik menghadapi pandemi tahun ini.

Setelah sebelumnya, jelang peringatan hari jadi Balitbangkes Kemkes ke-45 jatuh 12 Desember 2020 lalu, lima Peneliti Ahli Utama pada badan ini dikukuhkan sebagai Profesor Riset.

Istimewanya, kelimanya perempuan. Sekjen Kemkes Oscar Primadi, yang mengukuhkannya di Aula Siwabessy gedung kementerian pada 3 Desember 2020 lalu mewakili Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, menyebut mereka sebagai Srikandi.

Terdiri, Ekowati Rahajeng, Indirawati Tjahja Notohartojo, dan Rustika, tiga profesor riset bidang epidemiologi dan biostatistik, Sri Irianti (kesehatan lingkungan), dan Yuli Widiyastuti (tanaman obat dan obat tradisional).

Saat itu, atas pembuktian konsistensi, komitmen, kerja keras, dan karya nyata SDM Kemkes, membanggakannya lagi semuanya wanita, dapat lakukan multi peran –pendamping pasangan, ibu, dan pekerja– juga mampu mencapai gelar tertinggi dalam karir peneliti. “Selamat sekali lagi!“ ujar Oscar Primadi. [red/rls/Muzzamil]

 383 kali dilihat