Seni dan Anak di Tubaba

Ket-Foto: (IST) dokumentasi panitia TAF#7.
OPINI DAN PUISIRAGAM BUDAYA

Tulang Bawang Barat (LV) – Pada akhir bulan Juli lalu, publik Lampung disuguhkan festival kebudayaan berkualitas: Tubaba Art Festival (TAF) ke-7. Banyak hal menarik dari gelaran tahunan tersebut, bukan semata festival berhasil menampilkan puluhan karya seni, melainkan banyak dari kacamata penikmat penampil menyorot kepada pelaku festival yang didominasi kalangan remaja, bahkan anak-anak.

Disela kesibukannya menjadi Panel Ahli Lokakarya Platform Indonesiana Kemendikbud Ristek RI di Pringsewu, Senin (21/08), melalui sambungan telepon, Direktur TAF Semi Ikra Anggara, menjelaskan betapa pentingnya membiasakan proses kesenian pada anak sejak dini. Dunia anak adalah dunia yang penuh imajinasi, sedangkan kesenian adalah ruang yang menjadikan imajinasi sebagai variabel utama, maka mempertemukan anak dan seni bisa berdampak pada pertumbuhan karakter si anak.

Bagi seniman berlatar belakang pendidikan Ilmu Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (2003), imajinasi tidak boleh dilihat sebagai satu aspek subordinat, posisinya tidak berada di bawah rasio. Imajinasi juga tidak boleh disamakan sebagai khayalan. Khayalan hanyalah suatu obsesi dari alam bawah sadar yang tidak berhubungan dengan realitas, sebaliknya imajinasi bersifat produktif dan bisa menumbuhkan kreativitas di dalam realitas.

Baca Juga:  Eksistensi Perlindungan Hak Ulayat dalam Hukum Adat

Tubaba Art Festival merupakan proses panjang, tahapannya berlangsung hampir sepanjang tahun. Tim kurator telah menyiapkan konsep setahun sebelum pelaksanaan, lanjutnya. Satu tahapan paling penting adalah proses pembelajaran pada program “Pendidikan Seni untuk Pembentukan Karakter”, program ini memang banyak melibatkan anak-anak. Tujuan utamanya menciptakan sumber daya manusia berkualitas di masa depan.

Proses yang perlahan, penuh kesabaran, dilakukan berbulan-bulan. Dampaknya bermacam-macam, di satu sisi menumbuhkan karakter si anak, tapi disisi lain juga menghasilkan karya kreatif.

Semi menjelaskan, bagaimana anak-anak Tubaba konsisten di dalam penciptaan karya. Peserta kelas Seni Rupa Anak contohnya, telah menghasilkan ratusan karya yang berkualitas, bahkan mendapatkan apresiasi sangat luas, mereka terpilih berpameran di Festival Seni Rupa Anak Nasional di Jakarta (2019) dan ARTJOG di Yogyakarta (2022). Sekaligus mencatatkan sejarah, anak-anak Tubaba sebagai seniman pertama yang lolos kurasi pada festival Seni Rupa Kontemporer terbesar di Indonesia yang dihelat sejak tahun 2008.

Baca Juga:  Nahdlatul Ulama Peringati Hari Santri Nasional

Semi melanjutkan, konsistensi anak-anak Tubaba layak dijadikan contoh, bahkan bagi orang dewasa sekalipun. Pementasan teater “Bunian” yang dimainkan oleh anak-anak berusia 5 hingga 17 tahun. Prosesnya memakan waktu hampir selama tiga tahun, bukan semata mengulang pementasan yang sama, melainkan mengevaluasi tanpa henti, mencermati secara lebih detail segala kekurangan, hingga pada gilirannya menghasilkan tontonan dan pendidikan yang lebih baik publik.

Perlu diketahui “Bunian” merupakan kisah fiksi dari Ulluan Nughik, narasi persahabatan hantu kecil dengan manusia yang mengurai berbagai nilai kebaikan: kesetaraan, kesederhanaan, menghormati perbedaan dan melestarikan lingkungan. Kisah ini telah diangkat ke dalam berbagai versi: novelet anak dan pementasan teater musikal.

Baca Juga:  Bukan Kesabaran jika masih mempunyai batas dan bukanlah keikhlasan Jika masih Merasa sakit

Jika sejak dini anak-anak sudah terlibat di dalam proses kreatif dan terus menerus mengembangkan daya imajinasi mereka, kita tidak perlu khawatir tentang kualitas sumber daya manusia (SDM) Tubaba di masa depan. Bagi Semi, Tubaba adalah kota yang dibangun dengan imajinasi, menjadikan mitos sebagai model pengetahuan, kemudian diwujudkan ke dalam kerja yang produktif. Semi meyakini, dengan bertumbuhnya kualitas anak-anak Tubaba, sewajarnya mereka dapat dilibatkan di dalam pembangunan kota, sebab mereka adalah pemilik sah masa depan Tubaba, pungkasnya. (YP)

 271 kali dilihat

Tagged