Mesuji, (LV)-
Kondisi Bendungan Embung Albaret di Kabupaten Mesuji kini sangat memprihatinkan. Destinasi wisata yang dulunya diharapkan mampu menjadi penggerak ekonomi dan menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) kini justru tampak rusak parah dan terbengkalai tanpa perawatan.
Dibangun pada tahun 2022 melalui dana APBD di masa kepemimpinan Bupati H. Saply TH, proyek wisata ini menelan anggaran hingga miliaran rupiah. Namun, sejak terjadi pergantian kepemimpinan, perhatian terhadap keberlanjutan dan pemeliharaan fasilitas ini seakan hilang begitu saja.
Ironis dan menyedihkan, sejumlah fasilitas utama seperti gazebo, rumah apung, taman bermain anak, hingga wahana hiburan lainnya kini rusak dan tak lagi dapat digunakan. Keberadaan jembatan gantung yang dulu menjadi daya tarik utama dengan hiasan lampu warna-warni, kini berubah menjadi bangunan reyot yang nyaris membahayakan pengunjung.
Kondisi kayu penyeberangan dan tali penyangga jembatan sudah getas dan rapuh. Pagar pembatas di sekitar embung juga banyak yang rusak parah, bahkan beberapa di antaranya hilang. Tempat ini kini tak ubahnya lokasi bekas bencana, porak poranda, sepi, dan hancur tak berguna.
Masyarakat yang dulu menaruh harapan besar agar Embung Albaret menjadi ikon wisata keluarga, baik untuk warga Mesuji maupun pengunjung luar daerah, kini harus menelan kecewa. Keindahan yang pernah dijanjikan sirna begitu saja, luput dari perhatian serius pemerintah daerah.
“Pemerintah hanya terkesan menghambur-hamburkan anggaran kalau hasilnya seperti ini, sayang pak,” keluh salah seorang warga, Jumat (13/6), yang enggan disebutkan namanya.
Warga tersebut juga mengungkapkan bahwa pengadaan mesin air mancur yang menelan anggaran miliaran rupiah hanya berfungsi satu kali, yakni saat peresmian oleh Bupati Saply pada 2022.
“Waktu itu bagus, indah dengan air mancur warna-warni. Tapi hanya satu kali beroperasi setelah diresmikan. Sekarang sudah mati total,” ujarnya dengan nada sesal.
Ia juga mempertanyakan mengapa mesin travo air mancur tersebut tidak segera diperbaiki, padahal bisa dianggarkan kembali oleh pemerintah daerah jika memang niat merawat ada.
“Bukan cuma itu, lampu-lampu jembatan gantung, penerangan di sekitar embung, semua sudah mati. Fasilitas lainnya juga hancur. Sayang sekali, tempat ini sebenarnya bisa jadi kebanggaan Mesuji,” tambahnya.
Embung Albaret kini menjadi simbol harapan yang runtuh. Sebuah pengingat pahit tentang bagaimana proyek besar tanpa komitmen perawatan hanya akan berujung sia-sia. (Mihsan)