IWD2022, Gita Rahma Putri: Pendidikan Jadi Modal Dasar Prioritas Perempuan Hadapi Ini

IWD2022, Gita Rahma Putri: Pendidikan Jadi Modal Dasar Prioritas Perempuan Hadapi Ini
PROFIL & SOSOK

BANDARLAMPUNG, (LV)
Seiring perayaan Hari Perempuan Sedunia (International Womens Day/IWD) 2022, jatuh Selasa (8/3/2022), insight media merekam-digitalkan kembali bunyi Laporan Kesenjangan Gender Global 2021 rilisan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF), yang memprediksi kesetaraan gender secara global baru bisa tercapai 135 tahun kelak alias 2157 Masehi, meningkat 35 tahun dari perkiraan 2021 lalu.

Laporan yang hingga saat ini masih relevan itu mengukur capaian kesetaraan gender ini berbasis empat faktor, yakni partisipasi dan kesempatan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan politik.

Data WEF, kesenjangan sisi pemberdayaan politik pada 2021 lalu telah melebar cukup besar dibanding dengan laporan 2020. Sisi lain, partisipasi ekonomi sedikit membaik.

“Kami harap laporan tersusun bisa menjadi panggilan bagi para pembuat kebijakan agar membuat kesetaraan gender sebagai tujuan utama dari kebijakan serta praktik yang mendukung proses pemulihan pascapandemi, demi kepentingan ekonomi dan masyarakat global,” ujar rilis Direktur Pelaksana WEF, Saadia Zahidi, tahun lalu itu.

Apatah lagi, ujar perempuan berdarah Pakistan ini, WEF memprediksi kesetaraan gender di bidang ekonomi baru akan bisa tercapai dalam 267 tahun kedepan, atau tahun 2289 Masehi. Sayangnya, perkiraan 2021 lalu itu belum mengukur komprehensi dampak pandemi yang bisa jadi membuat situasi (semoga saja tidak) lebih buruk.

Dimana Indonesia? Forum dirian Klaus Schwab yang memulainya tahun 1971 guna membahas praktik manajemen global dan hingga kini setengah abad lebih kemudian meluas wewenangnya bukan lagi sekadar jadi wadah berkumpulnya kelompok nirlaba yang bermisi ambisius memperbaiki kondisi perekonomian dunia ini melaporkan, indeks Indonesia pada 2021 berada di peringkat 101 dari 156 negara.

Beranjak dari indikator WEF tersebut, bicara Indonesia, manakah isu strategis kaum perempuan berikut termasuk kaum ibu yang mendesak untuk dijadikan skala prioritas utama apalagi dikaitkan dengan pandemi: pemulihan ekonomi pascapandemi?

Baca Juga:  Ingin Majukan Wisata Lampura-Way Kanan, 'Muli Kobum' Miss ASEAN 2014 Ira Parucha Darwan Nyaleg Provinsi

Memutuskan untuk memilih salah satu dari empat indikator di atas, yakni dari sudut pandang pendidikan, Gita Rahma Putri, salah seorang perempuan dunia, asal Indonesia, dari Lampung, representasi generasi Z, mengajukan pendapatnyi.

Dara hijabers warga bilangan Enggal, Kota Bandarlampung kelahiran Juli 2000 ini berpandangan, sektor pendidikan mengikat menjadi sumber bagi kaum perempuan untuk merengkuh empat modal penting dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

“Menurut Gita, prioritas utama bagi kaum perempuan di masa tantangan global dan pandemi ini tentunya pendidikan ya. Karena menurut Gita, modal dasar untuk bisa menghadapi tantangan global yang terus berubah ini yaitu pendidikan,” ujar Gita, sapaan karibnyi, saat berhasil terhubung lewat pesan singkat, pukul 23.08 Waktu Indonesia Barat, Senin malam (7/3/2022).

Seolah hendak meyakinkan, mahasiswi semester VI Program Studi S1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila) ini perkuat pendapatnyi.

“Kenapa pendidikan? Karena dari pendidikan itu sumber kita untuk jadi perempuan yang punya value (nilai) diri, kapasitas, daya saing, critical thinking untuk kehidupan sehari-hari, dan lain-lain,” ujar ia berargumen.

Menohok keberpihakan kaum perempuan Indonesia agar harus mau terus belajar, ia melatarinya dengan ujaran satu kutipan.

“Ada sebuah kutipan yang Gita baca, kurang lebih gini, “perempuan cerdas akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang cerdas”. Apalagi dilihat dari banyaknya kekurangan negara kita, kayak kemiskinan, pendidikan yang belum bener, dan lain-lain. Dan itu, jawabannya ya kita sebagai perempuan harus mau belajar,” konklusinyi.

Ia mendedah, karena perempuan butuh pendidikan dan need to be smart, nantinya menjadi seorang ibu atau akan melahirkan anak-anak bangsa yang sumber daya manusianya dapat menyaingi negara maju.

Baca Juga:  Lepas Masa Lajang dr Lintar Mustafa Meminang Pujaan Hati

“Bukan hanya itu ya, dengan perempuan punya pendidikan, kita bisa buang jauh-jauh stereotip (break the bias) bahwa kaum perempuan lebih rendah derajatnya dari laki-laki,” ujar pemahir bermain alat musik tradisi Gamolan Lampung ini, merujuk tema raya perayaan IWD 2022, #BreakTheBias.

“Dengan pendidikan, kita bisa nunjukin bahwa perempuan bisa loh bersaing bahkan mengungguli kaum pria. Banyak kok profesi yang dipandang hanya laki-laki yang bisa, tapi perempuan juga bisa,” ujar ia mangkus.

Dan, demi meyakinkan kembali pentingnya pendidikan sebagai modal dasar pun bagi kaum perempuan dalam menghadapi tantangan global alih-alih pascapandemi nanti, memasuki Selasa dini hari Gita Rahma Putri tak ragu mengirimkan quotes magis.

“Education is the most powerful weapon to change everything in this world (Pendidikan ialah senjata paling ampuh untuk mengubah segalanya di dunia ini),” bujur Gita, yang juga pengurus Bidang Kepemudaan DPD Perkumpulan Pejuang Bravo Lima (PBL) Lampung.

Pembaca, himpunan data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat bahwa dari total 7,87 miliar manusia populasi penduduk dunia pada tahun 2021 lalu, terdapat 3,97 miliar laki-laki di dunia, atau setara 50,42 persen populasi, dan 3,90 miliar perempuan di dunia, atau setara 49,58 persen populasi.

Data ini menyebutkan, rasio laki-laki dan perempuan tahun 2021 ialah 101,68 laki-laki per 100 perempuan, dari itu menjadikan laki-laki sebagai gender dominan dunia kini.

Di Indonesia, data Sensus Penduduk 2020, populasi penduduk kita berjumlah 270,2 juta jiwa terdiri dari 136,66 juta laki-laki (50,58%) dan 133,54 juta perempuan (49,42%), dengan rasio jenis kelamin 1,02.

Sekadar ilustrasi merujuk pada preferensi pendapat Gita Rahma Putri sebelumnya, data Institute for Statistics UNESCO 2019 misalnya, rata-rata proporsi perempuan periset di seluruh dunia hanya 29,3%.

Baca Juga:  Menjaring Generasi Grup lampung 1 Adakan Pelatihan menulis dan Teknik Membaca

Tentu, terdapat perbedaan antarkawasan, negara, dan disiplin ilmu. Proporsi terbesar ditemukan di Asia Tengah (Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan) sebesar 48,2%.

Menariknya, proporsi perempuan periset di negara-negara Arab (41,5%) lebih tinggi dibanding misalnya Eropa Tengah dan Timur (39,3%) dan Amerika Utara dan Eropa Barat (32,7%). Proporsi ini mendasari cacah orang bekerja di bidang riset dan pengembangan (research and development).

Sayangnya, seperti dikutip disaripatikan dari sambutan pada Global Women’s Breakfast 2021 (GWB2021), even tahunan serentak sedunia taja International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) dan para mitra, di Tanah Air salah satunya dihelat oleh Jurusan Kimia, Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, pada 9 Februari 2021 lalu, data serupa untuk konteks Indonesia tidak tersedia.

Mengambil pendekatan sampel, dengan menganggap bahwa perguruan tinggi ialah representasi lembaga ilmiah, sampai akhir 2019, proporsi perempuan dosen di lebih dari 4.500 perguruan tinggi di Indonesia ialah 43,6%. Data UII nyaris serupa, 43,2%.

Data (saat masih bernama) Kemendikbud 2019, mengkonfirmasi, proporsi mahasiswa perempuan alias mahasiswi di Indonesia adalah sebesar 51,2%. Meski tentu lagi-lagi, sebarannya bisa beragam antarwilayah dan antardisiplin keilmuannya.

Dengan demikian, adakah bunyi pendapat Gita Rahma Putri, sahih? Setujukah Anda? Perempuan penyala, takzim teriring salam hormat buat kalian: Selamat Hari Perempuan Sedunia! [red/Muzzamil]

 401 kali dilihat