Kisah Hidup Nenek Ginem Penghuni Gubuk Tua

LAMPUNG UTARA

Lampung Utara, lampungvisual.com
Dengan kondisi fisik yang sangat memprihatinkan nenek Ginem (70) yang merupakan Warga Dusun II Desa Simpang Abung Kecamatan Abung Barat Lampung Utara yang tinggal sebatangkara disebuah gubuk tua sungguh mengundang perhatian kita semua. Dengan kindisi fisiknya yang serba kekurangan. Dengan kondisi yang tidak bisa melihat dan mendengar, dirinya bercerita panjang lebar perjalan hidupnya diusia senja. Nenek Ginem dilahirkan di Lubuk Gentong (Bonglai), pada zaman Nipon tatkala penjajahan Jepang masuk di indonesia.
Nenek Ginem hidup bahagia bersama suaminya Sarkomi dan dikarunia dua orang anak.  Namun saat itu, roda kehidupan yang dialami cukup sulit, sehingga ia bersama suami dan anak-anak hidup di bawah garis kemiskinan. Hal demikian yang menjadi faktor anak pertamanya dibawa oleh kerabatnya yang bernama Gemono ke pulau Jawa.
Sebut saja Man anak pertamanya, dan anak kedua yang bernama Gunawan juga dibawa oleh Gemono ke pulau jawa.
“Lahiranku neng tanah Lampung, di Lubuk Gentong (Bonglai), zaman nipon. Anak ku neng Jowo melu Gemono sitok, sing sitoke ninggal, (“Aku lahir di Lampung di lubuk Gontong Bonglai anak saya di Jawa ikut Gemono yang satunya sudah meninggal dunia, ” kata nenek Ginem, dengan menggunakan bahasa Jawa, Jumat (12/7/2019).
Nenek Ginem mengaku tidak mengetahui secara pasti asal usul dirinya, ia hanya tau bahwa dirinya merupakan orang jawa tapi lahir di Lampung. bapaknya asli jawa namun tidak pernah bercerita tentang asal mereka.
“Saya ini ntah jawa mana, apa jawa Banyuwangi entah jawa mana, bapak saya ya entah jawa Banyuwangi entah jawa mana,” tuturnya.
Suhari salah satu warga Dusun II Tanjung Aman (Gunung Meraksa), Desa Simpang Abung, Kecamatan Abung Barat, Kabupaten Lampung Utara tetangga nenek Ginem membenarkan apa yang diceritakan Nenek Ginem dengan menggunakan logat bahasa Jawa. Beliau memiliki dua orang anak klaki-laki, yang pertama bernama Man dan kedua bernama Gunawan.
“Dia memiliki dua anak laki-laki, yang pertama Man, yang kedua Gunawan, anaknya diambil masih kecil sama Gemono, sekitar tahun delapan puluhan lalu,” Jelansnya.
Semenjak suminya almarhum belum sampai satu bulan lalu, nenek Ginem tinggal sendirian digubuk ini. Dalam menjalankan aktivitas kesehariannya nenek Ginem menggunakan ingatannya. Sebab, untuk memasak nasi nenek Ginem masih bisa melakukannya sendiri meski dia tidak lagi dapat melihat dan mendengar.
Penulis : Andrian Folta
Editor  : Susan