“Perempuan Besi Yang Tangguh” Lily Wahid Berpulang, Lampung Melara

"Perempuan Besi Yang Tangguh" Lily Wahid Berpulang, Lampung Melara
Poster digital ucapan duka cita atas meninggalnya Hajjah Lily Chodidjah Wahid binti KH A Wahid Hasjim, dari KLaSIKA Lampung. | dok KlaSIKA/Facebook/Muzzamil
BANDAR LAMPUNG

“Perempuan Besi Yang Tangguh” Lily Wahid Berpulang, Lampung Melara
BANDARLAMPUNG, (LV)
Kabar berpulangnya Hajjah Lily Chodidjah Wahid binti KH A Wahid Hasyim, atau disapa Lily Wahid, yang menghembuskan napas terakhirnyi pada Senin (9/5/2022) sekira pukul 16.28 WIB di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, usai bertarung melawan penyakit stroke dan disertai gangguan jantung yang menderanyi, turut membuncah kesedihan tersendiri bagi publik Lampung.

Lily Wahid, adalah adik dari dua mendiang, yakni mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), pendiri/mantan Ketua Dewan Syuro Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang juga Presiden ke-4 Indonesia, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, dan pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang Jawa Timur, juga eks cawapres 2004, KH Salahuddin Wahid atau Gus Solah.

Sebelum diberangkatkan ke Jombang untuk dikebumikan di komplek Ponpes Tebu Ireng, pada Selasa (10/5/2022) besok, jenazah almarhumah lebih dulu disemayamkan di rumah duka, klaster West Covina Blok SH 6/31, Kota Wisata Cibubur, Jl Transyogi KM 6 Desa Ciangsana, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Informasinya, jenazahnyi bakal dimakamkan sekomplek dengan makam kakek nenek, ayah bunda, serta Gus Dur yang wafat 30 Desember 2009, dan Gus Solah yang wafat 2 Februari 2020, kedua kakak lelakinyi itu.

Janda mendiang Indrawanto (wafat 1987) yang meninggalkan tiga anak ini, lahir di Jombang 4 Maret 1948 (74 tahun), adalah cucu pendiri NU, KH Hasyim Asyari.

Baca Juga:  Pimpin Apel Pagi, Danramil 410-01/Panjang Tekankan Peranan Babinsa di Wilayah Binaan

Lily anak kelima dari enam bersaudara, buah pernikahan ayahandanyi KH Wahid Hasyim (Menteri Agama tahun 1949) dan ibundanyi Nyai Solichah A Wahid Hasyim (putri pendiri Ponpes Denanyar Jombang). Pengingat, Lily anak ke-5 ini masih 5 tahun saat sang ayah tiada. Jadilah ia anak yatim bersama Gus Dur dan Gus Solah serta dua kakak lain dan adik bayi di kandung ibunyi.

Lahir tumbuh besar di lingkungan lembaga pendidikan berbasis agama nan kuat, Lily remaja tumbuh jadi sosok cerdas. Selain kutu buku, ia jua doyan melalap komik silat.

Mewarisi tidak saja darah biologis namun juga sosiologis: supel dan senang kumpul-kumpul, turut membentuk karakter Lily jadi sosok organisatoris humble bin gaul.

Menginjak SMA, ia aktif di Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) dan KAPPI. Laman Ponpes Tebu Ireng mencatat, Lily berjasa memindahkan IPPNU dari Yogya ke Jakarta. Tercatat, Lily remaja (18 tahun) juga pernah sepanggung dengan tokoh pemuda asli Betawi penggerak massa era Voolksraad, Mochamad Husni Thamrin.

Sayangnya, setamat SMA, meski diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, cuma bertahan sampai tingkat III. Lily gagal menyelesaikan pendidikannyi, saat ia lalu memutuskan menikah tahun 1970. Cita-cita jadi dokter pupus.

Semasa hidupnyi, ia dipercaya menjabat Wakil Ketua Dewan Syuro DPP PKB dan pernah jadi anggota DPR/MPR 2009-2014 dari PKB dapil Jatim II duduk Komisi I DPR.

Baca Juga:  Debat Kandidat, Ahmad Jajuli Dikawal 1000an Pemuda

Lily ikut terseret arus “pecah kongsi” PKB pasca Muktamar PKB di Ancol 2008 yang menetapkan duet Ketum dan Sekjen PKB, Muhaimin Iskandar-Lukman Edy. Gegara pro Cak Imin, ia diberhentikan dari anggota DPR dan dipecat dari PKB. “Membangkang perintah partai,” ujar Sekjen PKB Gus Dur, Imam Nahrawi, saat itu. Sempat melawan gugat pemecatannyi, Lily kalah di kasasi. Medio 2013, Lily pindah ke Partai Hanura.

Dari Bumi Ruwa Jurai, Ketua DPD Partai Hanura Lampung, Ali Darmawan, turut berbelasungkawa. “Turut berduka cita. Semoga almarhumah husnul khotimah. Beliau sosok yang memegang teguh prinsip. Anti mainstream, penantang arus. Kami ikut kehilangan,” ujar Ali Darmawan, dihubungi via saluran elektronik, Senin malam.

Kelompok Studi Kader (KLASIKA) Lampung, komunitas jejaring aktivis muda nahdliyin dan Gusdurian ternama di Lampung, yang disapih-dibesarkan oleh mantan aktivis 98 basis PMII Lampung, Chepry Hutabarat, kini di-direktur-i Ahmad Mufid, ikut berkabung.

“Duka cita yang mendalam, atas berpulangnya Nyai Hajjah Lily Chodidjah Wahid. Semoga amal ibadah almarhumah diterima Allah SWT dan yang ditinggalkan diberikan ketabahan,” takzim lara KLASIKA.

Penelusuran, sejumlah pihak lainnya juga mengkhaturkan ungkapan belasungkawa. Diantaranya mantan Ketua PMII Cabang Bandarlampung 1998-2000 Eddy Sudrajat.

Pada Selasa (10/5/2022) pagi, unggahan testimonial media sosial pribadi milik Ketua Umum DPP PKB cum Wakil Ketua DPR RI, Ahmad Muhaimin Iskandar, mengundang geraham bergeretak, melirih sedih.

Baca Juga:  Ketua Forhati Periodik Wilayah Lampung menyerahkan ADP Ke RSUD Abdoel Muluk

“Selamat jalan Bulik Lilik Khadidjah, perjalanan panjang telah bulik lalui, bulik adalah guru partner yang bersahaja, aku malu belum bisa jadi murid yang baik. Bulik Lily orang baik yang punya prinsip dan keberanian yang luar biasa. Dunia buatmu hanyalah lahan perjuangan, dan bulik tidak pernah butuh dunia. Saya yakin Bulik itu husnul khotimah, perempuan besi yang tangguh,” tulis Muhaimin, di Facebook. Dia instruksikan kader PKB salat gaib dan tahlil.

Selamat jalan, Nyai Lily Wahid. Hari ini saat engkau bersemayam peristirahatan terakhir, tidak dengan prinsip dan nyali juangmu. Beri kami izin meneruskannya, Nyai.

Redaksi Lampungvisual.com turut berduka cita. Semoga almarhumah diterima di sisi terbaik Allah, semoga segenap ahli musibah ikhlas dan tabah. Lahul Fatihah. Aamiin. [red/Muzzamil]

Mohon dengan tidak mengurangi rasa hormat kami “SUBSCRIBE” Video youtube.com/c/lampungvisual/videos. Atas partisipasinya Kami ucapkan terima kasih yang setinggi tingginya.

 543 kali dilihat