Tanpa Ogoh-Ogoh, Melasti Terbatas, Hari Raya Nyepi Tetap Sakral

Tanpa Ogoh-Ogoh, Melasti Terbatas, Hari Raya Nyepi Tetap Sakral
(Poster digital ucapan Selamat Hari Raya Nyepi 2021 dan Tahun Baru Saka 1943 dari anggota DPRD Lampung Fraksi Partai Gerindra, I Made Suarjaya, dan Fraksi Partai NasDem, Garinca Reza Pahlevi. | Kolase by Collage Maker/Facebook)
PROFIL & SOSOK

Kedua 1963, perubahan struktur menjadi dua kategori: libur nasional dan libur fakultatif, berdasarkan Keppres 21/1963. Delapan hari libur nasional antaranya Tahun Baru Masehi, Idul Fitri (dua hari), Idul Adha, Hari Buruh, Hari Kemerdekaan, dan Natal.

Sedang libur fakultatif diperuntukkan khusus pemeluk Islam (Tahun Baru Hijriyah, Asjura, Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra Mikraj, Nisfu Sja’ban, 1 Ramadhan, Nuzulul Quran).

Lantas, pemeluk Kristen (Hari Kedua Natal, Jumat Agung, Hari Senin Paskah, Kenaikan Isa Almasih), pemeluk Katolik (Hari Kedua Natal, Hari Senin Paskah, Kenaikan Isa Almasih, dan Hari Santa Maria).

Ditulis liburnasional.com, selain itu pemda Bali juga diberi hak menetapkan libur sesuai kalender Hindu, maksimal empat hari setiap tahun. Perubahan ini menjadikan total hari libur nasional tahun 1963 berkisar 8-15 hari.

“Dengan adanya Keppres Nomor 251/1967, pemerintah menyederhanakan pengaturan hari libur nasional dan mengurangi jumlah hari libur nasional menjadi 12 hari saja di tahun 1967,” ulas laman itu, diakses Minggu.

Meliputi libur Tahun Baru, Idul Fitri (dua hari), Idul Adha, Maulid Nabi Muhammad SAW, Hari Natal, Tahun Baru Hijriyah, Proklamasi Kemerdekaan, Hari Buruh 1 Mei, Isra Mikraj, Kenaikan Isa Al Masih, dan Santa Maria.

Penguasa Orde Baru, menghapus Hari Buruh dari libur nasional lewat Keppres 148/1968. Libur nasional berkurang jadi 11 hari di 1968.

Loading