“Mengalgoritmakan stimulus imajinasi manusia bisa tapi mengalgoritmakan imajinasi belum, kecuali kita sudah menemukan Qualia (paket-paket kesadaran). Newton Howard, Max Tegmark, Roger Penrose, Christoff Koch, Henry Markram, Giulio Tononi & David Chalmers sedang berusaha,” cuit Twitternya, 25 Mei 2020, menjawab @HizkiaTrianto, warganet penanya, gimana mengalgoritmakan imajinasi.
Gegara pandemi, komunitas industri mahadata dunia tahun ini gigit jari lantaran urung unjuk gigi, setelah otoritas China menunda helat tahunan The Sixth Big Data Industry Expo 2020.
Sedianya digelar 26-29 Mei 2020, ajang expo industri mahadata terbesar itu 2019 lalu diikuti 448 korporasi dari 59 negara/wilayah, di sentra industri prototipe pangkalan utama mahadata China, kota kecil barat daya, Guiyang.
Kita tahu, dari Guiyang inilah, Foxconn, raksasa industri perakitan para gawai merek global macam Apple, Huawei, Nokia, berhasil menggoyang kartu kredit banyak end-user, berbelanja, menikmati virtual reality racikannya. Jangan-jangan, termasuk anda? Ehm.
Hebatnya negeri jago ngemix sistem komando komunisme-sosialisme dan triwatak kapitalisme-neoliberalisme ini, agar tak jenuh industri, Kota Guiyang disulap sentra mahadata usai sukses China menyulap Shenzen, Guangdong, jadi sentra industri digital, teknologi informasi dan komunikasi dunia.
Dengan mahadata, telah banyak rupa manusia jadi juragan kaya. Jangankan itu, dengan data lahir pemasok data, pengolah data, analis data, hingga penambang data, pun pemalsu data.